Selasa, 12 Juli 2011

HIPOMAGNESEMIA

HIPOMAGNESEMIA

1. Definisi
Hipomagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum dibawah normal. Kadar magnesium serum normal 1,5 sampai 2,5 mEq/L ( atau 1,8 – 3,0 mg/dl; SI 0,75 – 1,25mmol/L ). Hampir sepeirtiga magnesium serum berkaitan dengan protein, duapertiga sisanya terdapat sbagai kation bebas ( Mg2+). Seperti kalsium, kation ini adalah fraksi terionisasi yang terutamanya terlibat dalam aktivitas neuromuskular dan proses fisiologis lainnya. Seperti halnya kadar kalsium, kadar magnesium harius dievaluasi dalam kombinasi dengan kadar albumin. Kadar albumin serum yang rendah kan menurunkan magnesium total.
Hipomagnesemia adalah ketidakseimbangan yang umum pada pasien yang sakit secara kritis, namun hal ini sering terabaikan. Kekurangan magnesuim juga terjadi pada pasien lain yang sakit secara akut, seperti mereka yang mengalami putus alkohol dan mereka yang menerima makanan bernutrisi setelah periode kelaparan, seperti pada nutrisi selang atau nutrisi parenteral.
Rute kehilangan megnesium yang terpenting adalah traktus intestinalis. Kehilangan bisa dalam bentuk drainase dari penghisap nasogastrik, diare atau fistula. Karena ccairan dari gastrointestinal bagian bawah lebih banyak mengandung magnesium ( 10 – 14 mEq/L) di bandingkan dengan cairan dari traktus gastrointestinal bagian atas (1 – 2 mEq/L), kehilangan akibat diare atau fistula intestinal mungkin akan lebih menyebabkan kekurangan magnesium di banding dengan kehilangan yang diakibatkan oleh pengisapan lambung. Meskipun kehilangan magnesiu secara relatif kecil dalam penghisapan nasogastrik, hipomagnesia akan terjadi bila kehilangan berkepanjangan dan cairan parenteral tidak mengandung magnesium. Karena usus kecil distal adalah tempat utama penyerapan magnesium, segala bentuk fungsi usus, seperti reseksi intestin atau penyakit inflamasi usus, dapat menagarah pada hipomagnesemia.
Alkoholisme adalah penyebab hipomagnesia simtomatik yang paling umum di Amerika Serikat. Kondisi ini terutama sangat mengganggu ketika sedang mengobati putus alkohol. Karena hal ini, sangat di anjurkan bahwa kadar magnesium serum di ukur setiap 2 atau 3 hari pada pasien yang sedang menjalani penghentian alkohol. Meskipun kadar megnesium serum dapat normal saat masuk, kadar ini dapat turun sebagai akibat perubahan metabolisme yang berkaitan dengan terapi, seperti perpindahan magnesium intraseluler yang berkaitan dengan pemberian glukosa intravena.
Selama penggantian nutrisi, elektrolit seluler utama di tarik dari serum dalam disimpan dalam sel – sel yang baru saja mengalami sintesis. Karenanya, jika formula pemberian makan ebteral atau parenteral kandungan magnesiumnya kurang, maka hipomagnesemia serius akan terjadi. Kareana hal ini, kadar ion serum yang terutama interseluler ini harus di ukur pada interval yang teratur selama pemberian makan enteral, khususnya pada pasien yang telah mengalami periode kelaparan.
Penyebab lain hipomagnesemia termasuk pemberian aminoglikosida, siklosporine, sisplantin, diuretik, digiitalis, dan amfoteresin, dan pemberian cepat darah bersitrat khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal atau hepatik. Defisiensi magnesium sering terjadi  pada pasien dengan diabetik atau ketoasidosis. Kondisi ini secara primer merupakan akibat peningkatan ekresi megnaesium selama diuresis osmotik dan perpindahan magnesium kedalam sel – sel dengan terapi insulin.
2. Manisfestasi klinis
Manisfestasi klinis hipomagnesemia sangat berkaitan dengan sistem neuromuskuler.Beberapa efeknya akibat secara lnagsung dari rendahnya kadar meagnesium serum, lainnya akibat perubahan – perubahan sekunder dalam metabolisme kalsium dan kalium. Gejala – gejalanya biasanya belu terjadi sampai kadsar magnesium kurang dari 1 mEq/L ( SI: 0.5mmol/L ).
Diantara perubahan neuromuskuler adalah hiperesitrabilitas dengan kelemahan otot, tremor dan gerakan etitod ( gerakan – gerakan lambat kedutan involunter, dan memutar – mutar ). Perubahn  lainnya termasuk tetani, tonik klonik dan penggeneralisasian atau kejang vokal, dan stridor laringeal, dan tanda chvostek dan Trousseu positif, yang terjadi sebagian karena hipokalasemia yang menyertai.
Difesiensi magnesium mencetuskan disritmai ajntung seperti, PVC, takikardia supraventrikuler, dan fibrilasi ventrikuler. Peningkatan kerentanan terhadap toksisitas digitalis adalah berkaitan dengan rendahnya kadar megnesium serum. Ini merupakan oertimbanga penting karena pasien yang menerima digoksin juga mungkin mendapat tera[i diuretik, sehingga mencetuskan kehilangan magnesium melalui ginjal.
Hipomagnesemia mungkin disertai oleh perubahn suasana hati yang jelas. Apatis, deperesi gelisah atau agitasi ekstrim telah terbukti, juga ataksia, pusing, insomnia dan kealm pikir. Pada waktunya delirium dan psikosis nyata dapat terjadi, seperti halusinasi dengar atau lihat.

3. Evaluasi Diagnostik
Pada analisi laboraturium, kadar magnesium serum kurang dari 1,5mEq/L atau 1,8 mg/dl ( SI: 0,75mmol/L ). Hipomagnesemia seringkali berkaitan dengan hi[okalemioa dan hipokalsemia. Sekitar 25% magnesium berikatan dengan protein terutama seringkali dengan albumin. Penurunan albumin karenya dapat menurunkan hasil total konsentrasi magnesium. Evaluasi EKG mencerminkan difesiensi magnesium, kalium, dan kalsium, takiaritmia perpanjangan interval PR dan QT, pelebaran QRS, depresi ST, dan pendataran gelombang T. Torsades de pointes, suatu bentuk takikardia ventikuler berkaitan dengan perubahan ketiga elektrolit tersebut. PVC, PAT, dan blok jantung dapat juga terjadi. Kadar magnesium urine dapat membatu dalam mengidentifikasi penyebab penipisan magnesium dan dilakukan setela pemberian magnesium sulfat.

4. Penatalaksanaan
Defisiensi magnesium dapat diperbaiki hanya dengan diet saja. Sebagian magnesium yang utama adalah sayuran hijau, kacang – kacangan dan legume, serta buah – buahan seperti pisang, buah anggur dan jeruk. Magnesium juga banyak terkandung dalam mentega kacang dan coklat. Bila diperlukan, garam magnesium dapat juga diberikan per oral untuk menggantikan kehilangan kontinu. Daire adalah komplikasi umum dari magnesium bentuk oral. Pasien yang menerima nutrisi parenteral total membutuhkan magnesium dalam larutan intavena untuk mencegah perkembangan hipomagnesia. Pemberian intravena magnesium sulfat harus dilakukan melalui pompa IV, dan kalsium glukononat harus sudah tersedia untuk berjaga – jaga bila terjadi tetani hipokalsemik atau hipermagnesemia.
Gejala berat hipomagnesemia di atasi dengan pemberian magnesium parenteral. Magnesium sulfat merupakan garam magnesium yang paling umum digunakan. Konsentrasi garam magnesium seri dapat digunakan untuk mengatur dosisnya.

5. Intervensi keperawatan
Perawat harus waspada pada pasien yang beresiko terhadap hipomagnesemia dan mengamti terjadinya kondisi ini. Pasien yang sedang mendapat digitalis harus dipantau dengan ketat karena kekurangan magnesium mencetuskan toksisitas digitalis. Bila hipomagnesemia menjadi berat, perawat harus bersiap diri untuk melakukan tindak kewaspadaan kejang. Kewaspadaan keselamatan lainnya dilakukan, sesuai indikasi jika rejadi kelam pikir.
Karena kesulitan menelan ( dispagia ) dapat terjadi pada pasien denhan penipisan magnesium, kemampuan untuk menelan harus dinuji dengan air sebelum medikasi oral atau makanan diberikan. Disfagia kemungkinan berkaitan  dengan gerakan atetoid atau khoreiform ( berkejut cepat, involunter, dan tidak teratur ) yang berkaitan dengan kekurangan magnesium.
Bila kekurangan magnesium dikarenakan salah pengunaan diuretik atau laksatif., penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan masalah. Bagi pasien yang mendapat diet umum yang mengalami kehilangan megnesium abnormal, masukan makana yang banyak mengandung magnesium ( mis, sayuran hijau, kacang – kacangan dan lagume, pisang dan jeruk ) diperbanyak. Jika kekurangan berkenan dengan penyalahgunaan alkohol, rujukan pada pekerja sosial atau Alkoholics Anonymous diindikasikan.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More