Selasa, 12 Juli 2011

HIPOKALSEMIA

HIPOKALSEMIA

1.   Definisi
Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis. Bagaimanapun pasien, dapat mengalai kekurangan kalsium tubuh total ( seperti pada osteoporosis ) dan mempertahankan  kadar kalsium normal. Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi tulang adalah berkaitan dengan imobilisasi.

2.   Faktor Penyebab Hipokalsemia
Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam gangguan ini, seperti yang terjadi pada hipoparatiroidisme bedah. Hipoparatiroidisme akibat bedah sangat sering terjadi. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan. Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat ( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara membuangnya dari sirkulasi.
Inflamsi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses ini, hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi dugaan dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu hormon yang menurunkan ion kalsium ).
Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat. Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein, sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak menyerang orang Amerika terutama wanita pasca – menopause. Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan terhadap fraktur.

3.   Manisfestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari – jari, sekitar mulut, dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang di persarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk dengan hipokalsemia termasuk perubahan – perubahan mental seperti depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.

4.   Evalusi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kasar serum, perawat harus mempertimbangkan variabel lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien. Karena abnormalitas dalam kadar serum, mungkin perlu untuk menghitung serum kalsium yang diperbaiki jika kadar albumin serum abnormal. Untuk setiap penurunan serum albumin 1g/dl di bawah 4g/dl, kadar kalsium serum total di abaikan hingga mendekati 0,8 mg/dl.
Para praktisi klinis akan mengabaikan kadar kalsium serum yang rendah pada adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium yang berionisasi biasanya normal pada pasien dengan penurunan kadar kalsium seru total dan hipoalbuminemia konkomitan. Bila pH arteri meningkat ( alkalosis ), maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan protein. Sebagai hasilnya, porsi yang di ionisasi menjadi turun. Gejala – gejala hipokalsemia dapat terjadi pad adanya alkalosis. Asidosis ( pH rendah )mempunyai efek sebaliknya; yaitu, lebih sedikit kalsium yang berkaitan dengan protein dan dengan demikian lebih banyak yang terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanapun perubahan yang secara relatif kecil terjadi selama abnormalitas asam basa ini.
Idealnya, laboraturium harus mengukur kadar kalsium yang diionisasi. Bagaimanapun, kebanyakan laboraturium hanya melaporkan kadar kalsium total; dengan demikian, konsentraksi fraksi terionisasi harus diperkirakan berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara stimulan. Kadar hormon paratiroid akan menurun pada hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan fosfor harus dikaji untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan kalsium.

5.   Penatalaksaan  
Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk kalsium glukonat, kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibanding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian infus intravena kalsium yang terlalu cepat dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian kalsium intavena terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi ion kalsium dari traktus GI. Antasid hidroksida alumunium dapat diresepkan untuk menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati hipokalsemia. Dan terakhir, menigkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat di anjurkan ( produk dari susu; sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin, dan oyster segar ). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium IV maka kadar magnesium yang rendah di gali sebagai kemungkinan penyebab tetani.

6.   Intervensi keperawatan 
Penting artinya untuk menagamati hipokalsemia pada pasien beresiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat. Status jalan nafas harus di pantau dengan teliti karena dapat terjadi stridor laringeal. Tindak keamanaan kewaspadaan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir.
Individu beresiko terhadap osteoporosisi diintruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More