tag:blogger.com,1999:blog-41297757784239558322024-02-20T21:10:05.395-08:00duNia keSehaTaNeM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.comBlogger96125tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-34205733243182584682012-01-16T01:21:00.000-08:002012-01-16T01:25:29.396-08:00PiLih daN kEtaHui diRimU Kami memainkan sebuah permainan. Saya menggambar empat buah simbol pada sebuah kertas dan meminta anda memilih salah satu yang paling menarik. Simbol-simbol tersebut harus anda susun sesuai prioritas dari yang paling anda suka, suka, biasa hingga kurang suka. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut :<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNG8UqEj9KreD8YAXJYf0CGP9Lbp69gvgMntssax_67UrRSquA0r71DVJeii8-FYm0Aduh2xYGVoRduUmCq0Nt-xa8PeoW_ZIHpfgUMufCacxgYZx8KiGa9-LDZHiV_tUZL3vd975rquN0/s1600/cats2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="46" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNG8UqEj9KreD8YAXJYf0CGP9Lbp69gvgMntssax_67UrRSquA0r71DVJeii8-FYm0Aduh2xYGVoRduUmCq0Nt-xa8PeoW_ZIHpfgUMufCacxgYZx8KiGa9-LDZHiV_tUZL3vd975rquN0/s400/cats2.jpg" width="400" /></a></div><br />
<br />
<span id="goog_1760032800"></span><span id="goog_1760032801"></span><br />
<span id="goog_1334338239"></span><span id="goog_1334338240"></span><br />
Dan sekarang, mulai lah untuk menentukan dan mengurutkan pilihan anda tersebut dari yang paling anda suka hingga kurang suka.<br />
Setiap gambar mempunyai makna yang tersirat, sehingga pilihan anda secara tidak langsung menggambarkan pribadi anda secara singkat. Arti dari gambar-gambar tersebut adalah:<br />
<br />
LINGKARAN<br />
Lingkaran diartikan sebuah kasih sayang, jika anda memilihnya menjadi prioritas utama maka anda menganggap bahwa kasih adalah eemen penting dalam hidup anda. Mereka biasanya dipengaruhi oleh kasih dan hasrat untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. <br />
Dengan memilih lingkaran, anda sudah membagi perasaan bahwa kebutuhan akan kasih sayang adalah hal yang paling penting dalam hidup anda. Anda merasa tidak bahagia dalam hidup dan pekerjaan anda kecuali anda tau bahwa anda bisa berbagi dengan orang-orang terkasih anda. Anda lebih melihat perbedaan pendapat sebagai sesuatu yang menyedihkan, serta lebih suka mencari persetujuan terlebih dahulu. Anda bukan orang yang agresif atau bisa dibilang anda lebih senang bermain daripada berkelahi.<br />
<br />
SEGI EMPAT<br />
Jika anda memilih segi empat sebagai prioritas, maka anda digambarkan sebagai orang yang menganggap penting perintah dan disiplin dalam hidup anda. Anda termotivasi oleh rasa aman dan senang bekerja. Anda juga mempunyai pemikiran untuk membangun sesuatu dengan pemikiran anda yang logis dan praktis. Selain itu anda merupakan orang yang dapat diandalkan ketika diminta bantuan.<br />
<br />
SEGI TIGA<br />
Jika anda memilih segitiga, maka anda lebih mengutamakan kebutuhan akan kekuatan dalam hidup anda. Mempunyai kekuatan untuk mendorong lebih jauh dan melepaskan energi lebih besar dengan menunjukan ketajaman berpikir dan persepsi mendalam anda. Anda cenerung ingin cepat dalam menghadapi masalah, pemikir yang mandiri dan tahan pada posisi yang sulit.<br />
<br />
GARIS BERLEKUK TAK BERATURAN<br />
Jika anda memilih garis berlekik tak beraturan maka anda menunjukan bahwa motivasi dan imajinasi adalah hal utama dalam hidup anda. Garis berlekuk menandakan orang yang kreatif, Anda menolak hal yang berbentuk rutinitas, ketepatam waktu, protokoler dan kegiatan yang sama atau hal yang monoton lainnya.<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan pilihan anda selanjutnya??? Pilihan anda yang selanjutnya atau yang kedua dapat seinformatif pilihan pertama.<br />
<br />
LINGKARAN kemudian segi empat.<br />
Cinta datang pertama kali. Simbol kedua menyiratkan kebutuhan akan rasa aman untuk mempertahankan cinta tersebut. Caranya adalah berusaha tetap dekat dengan tempat tinggal, keluarga, dan teman-teman. Anda tidak didorong keinginan kuat atas materi maupun kebutuhan-kebutuhan duniawi.<br />
<br />
LINGKARAN kemudian segitiga.<br />
Motivasi utama anda adalah cinta. Diikuti dengan kebutuhan akan kekuasaan dan seks. Anda bisa saja pandai bermain dan penuh hasrat dalam kedua hal tersebut.<br />
<br />
LINGKARAN kemudian garis berlekuk.<br />
Apabila berbicara tentang cinta, anda orang yang idealis. Anda mencari kasih untuk melepaskan seluruh hasrat dan ide-ide anda. Anda akan mencari pasangan yang sempurna dan akan melakukan metode yang paling imajinatif untuk menemukan orang pilihan anda itu.<br />
<br />
SEGI EMPAT kemudian lingkaran.<br />
Sekali anda merasa aman dan nyaman di rumah, maka anda akan meraih seseorang untuk berbagi kenyamanan tersebut. Keluarga adalah hal terpenting dalam hidup anda. Hal yang palin anda butuhkan adalah menjaga kedamaian dan keseimbangan hidup.<br />
<br />
SEGI EMPAT kemudian segitiga.<br />
Keamanan adalah hal terpenting dalam hidup anda. Apabila ada seseorang atau sesuatu mengancam keamanan anda, maka anda tidak ragu untuk bertarung dengannya. Karena anda cerdas, anda akan menghadapi permasalahan anda dengan persepsi tajam dan kekuatan sikap yang dapat diterima oleh akal sehat atau logis.<br />
<br />
SEGI EMPAT kemudian garis berlekuk.<br />
Anda merupakan orang yang tangguh akan pemahaman. Anda sangat masuk akal dan praktis. Di sisi lain, kepribadian anda menunjukan keputusasaan akan rutinitas. Anda menginginkan keanekaragaman dan sangat menuntut perubahan.<br />
<br />
SEGITIGA lalu lingkaran.<br />
Anda mempunyai kebutuhan untuk mengekspresikan kasih dan termotivasi oleh ekspresi seksual. Penting bagi anda untuk membuat diri anda dikelilingi banyak orang. Anda termasuk orang yang bertindak.<br />
<br />
SEGITIGA kemudian segi empat.<br />
Anda mampu melihat suatu masalah dan memecahkannya tanpa menjadi emosional. Anda mampu menghadapi situasi kondisi dengan penuh kesabaran dan pemahaman yang baik.<br />
<br />
SEGITIGA kemudian garis berlekuk.<br />
Anda adalah pribadi yang agresif dan unik. Anda sangat kreatif. Bagi anda “Langit adalah batas diri anda”. Anda tak akan mengenal batas.<br />
<br />
GARIS BERLEKUK lalu lingkaran.<br />
Imajinasi membawa anda ke dalam suatu falsafah dan keyakinan spiritual. Anda mampu membuat segala sesuatu tampak indah dalam hidup anda.<br />
<br />
GARIS BERLEKUK lalu segi empat.<br />
Meskipun rumah dan lingkungan merupakan hal penting bagi anda, anda masih haus akan sesuatu yang baru dan menantang. Sesuatu yang membawa anda keluar dari rumah dan lingkungan itu sendiri. Anda sangat kreatif namun kurang mampu menjaga keseimbangan antara keamanan diri anda di rumah dan hasrat anda untuk berpetualang.<br />
<br />
GARIS BERLEKUK lalu segitiga.<br />
Anda sangat kreatif dan tidak pernah berhenti bergerak. Orang lain akan beranggapan bahwa hidup bersama anda akan sangat menantang. Anda berhasrat untuk bertualang dan menyukai keanekaragaman. Penting bagi anda untuk dikelilingi banyak orang. Anda termasuk orang yang bertindak.<br />
<br />
Ini merupakan suatu permainan yang sangat menyenangkan untuk segala usia.eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-5484957329603909952012-01-16T01:07:00.000-08:002012-01-16T01:28:06.365-08:00ayah ibu, SAYANG KALIAN Dirumah megah bilangan sebuah kota besar hanya ada dua orang yang selalu melintas mondar mandir dengan jadwalnya. Sang pembantu dirumah dan seorang anak kecil yang selalu riang bernyanyi dan bermain. Dia kurang begitu fasih jika harus menafsirkan tentang siapa dan bagaimana ayah ibunya. Dia selalu murung dalam keluguannya. Wajar saja, karna dia sangat jarang bertemu dengan ayah ibunya yang selalu pulang larut malam dan hilang sebelum fajar membangunkannya. Namun meskipun demikian, dia selalu mengucap “selamat malam ayah, selamat malam ibu” sebelum matanya tertutup rapat dengan harapan yang sama, bermain dengan sang ayah.<br />
Suatu hari seperti biasa bibi dengan cekatan mempersiapkan makan siang untuk gadis. Sementara gadis tersebut dengan lincahnya mengitari rumah, bermain dan menari lentik bersama boneka kucingnya. Selasar demi selasar ditelusuri dengan kaki lentiknya. Tiba-tiba dia terhenti dengan cekat tepat didepan pintu bagasi rumah. Matanya tajam menatap sebatang paku bening yang hampir saja menusuk kaki baletnya. Namun tatapannya semakin aneh, ketika dia mulai menatap tak henti pada paku tersebut, dengan lugunya dia mengambil paku tersebut. Lantas dia langsung mencoba mengukirkan ujung paku dikeramik rumah tersebut, berharap ada nama yang indah dlantai itu. Namun itu tak berhasil, karna tulisan yang terukir tak begitu jelas. Lantas dia berdiri dan sekejap dia menemukan dinding hitam yang mengkilap. Diapun mencoba menuliskan rangkaian indah yang telah dipelajarinya. Merasa tak puas karna tulisan itu telah menghabiskan luas dinding itu, sang anak pun berlari hingga mendapati papan putih. Lagi lagi sang anak menancapkan paku tersebut dan menggoreskannya dengan keras hingga terdengar suara decitan yang. Karna dia pikir dengan begitu hasilnya pasti akan lebih jelas. Dia merasa bangga dengan karyanya, dan berharap ayah dan ibu akan memujinya besok.<br />
Setiba malam harinya, ayah dan ibu pulang lebih awal. Mereka begitu semangat!. Dan setibanya dirumah setelah beranjak dari mobilnya, tepat didepan garasi sang ayah tertegun dengan spontannya ketika melihat mobil barunya yang dibeli kemaren hari penuh dengan goresan goresan aneh hingga membuatnya meradang dan berteriak marah memecahkan kesunyian suasana perumahan. Ibu yang kebingungan berlari kedalam rumah berharap bibi tau apa yang terjadi. Dan ketika ibu bertemu bibi, bukan bibi yang dia lihat melainkan kulkas mewahnya yang terlihat penuh goresan goresan tajam. Ibu lantas berteriak dengan pekikan tinggi layaknya wanita sedang histeris. Ibu memarahi bibi habis-habisan dibantu sang ayah.<br />
Dikamar yang penuh boneka, ternyata sang gadis terbangun dari mimpinya karna teriakan ibu. Anak itu tau bahwa itu adalah suara ibunya. Lantas dia keluar dengan senangnya, merasa siap akan pujian dari sang ayah dan ibu. <br />
“ma... Itu lihat, bagus kan ma???” Kata sang anak dengan centil.<br />
Ayah dan ibu nampak tertegun sejenak,<br />
“Oh...jadi itu gara-gara kamu???” jawab sang ayah.<br />
Tak berselang detik wajah sang anak mengerut dan kecut melihat ayahnya yang tiba-tiba membentak.<br />
Semalaman itu pun dilewatkan dengan tangis isak sang anak. Sedu sedan tangis yang seolah tertahan-tahan, karna ayahnya juga menyuruhnya berhenti menangis. Tapi nyatanya itulah yang membuatnya nyaman setelah mendapat pukulan-pukulan keras ditangannya dari sang ayah.<br />
Seminggu berlalu, sang gadis tak lagi terlihat. Dia terus menelan waktu-waktunya berbaring dengan lemas. Anak itu sakit sejak kejadian itu. Dan siang harinya ayah dan ibu pulang lebih awal untuk membawa sang anak ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, dokter meminta sang anak untuk dirawat intensif di Rumah Sakit.<br />
Tiga minggu berlalu. Sang ayah bertanya pada dokter,<br />
“Bagaimana anak saya ini dok?”<br />
“Pak, kami sudah berusaha. Namun tangan anak bapak justru semakin memburuk. Hanya ada satu jalan untuk menghentikannya.<br />
“Apa itu pak??Lakukan saja, saya punya uang banyak kok!”<br />
Tiga hari kemudian anak itu pun tersadar setelah dokter membiusnya dua hari yang lalu. Anak itu termenung. Dia terlihat murung dibalik wajah lugunya.<br />
“Ayah...ampuni aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Ayah...” Kata anak itu.<br />
Sang ayah dan ibu pun hanya bisa menangis dan terisak berat setelah sadar bahwa itulah jalan terbaik untuk anaknya.<br />
“Ayah...ampun ayah. Ayah sudah menghukumku kemarin. Ayah telah memukul tanganku. Tapi ku mohon, kembalikan tanganku ayah...Jangan ambil tanganku”<br />
Sang ayah semakin tersudut. Lantas dia pun pulang kerumah dengan penuh rasa bersalah. <br />
Sesampainya dirumah ayah hanya bisa berjalan lemas dan terduduk tepat didepan pintu mobilnya yang baru dan penuh goresan. Dia termenung dalam penyesalannya. Dan tiba-tiba diapun tersentak kaget. Dia menatap penuh pada mobil itu. Bukan...bukan pada mobil, melainkan pada goresan pecah dari seorang anak kecil yang nampaknya terlihat seperti tulisan. Ya, itu tulisan...dan ayah hanya mencoba membacanya dalam hati. Dimobil itu tertulis.<br />
“AYAH, IBU AKU SAYANG KALIAN”<br />
“SAYANG KALIAN :)”eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-57284062751098646372012-01-10T01:49:00.000-08:002012-01-10T01:59:13.805-08:00mEnaNGguH wArNa aUra mElaLui tEteEl!<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcjG11YIF9lDErmV5d9yaaKBCwWLrgrtry7n4P9heAJAY0taF71FY0Nc5j3YmOVG_bYALbe_ohwvVeXAEtCCvRXcwZWU6eZDf30Gyp2Cqohhoro6-GP562eoAWfWtGDcQ0uklMXZBK2Kcd/s1600/aura.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcjG11YIF9lDErmV5d9yaaKBCwWLrgrtry7n4P9heAJAY0taF71FY0Nc5j3YmOVG_bYALbe_ohwvVeXAEtCCvRXcwZWU6eZDf30Gyp2Cqohhoro6-GP562eoAWfWtGDcQ0uklMXZBK2Kcd/s200/aura.jpg" width="198" /></a><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Warna aura mampu mendefinisikan karakteristik dari seseorang. Hanya saja mengetahui warna aura terkadang sulit dilakukan oleh orang awam. Nnamun disini saya memaparkan bagaimana caranya mengetahui warna aura dengan menggunakan tanggal, bulan dan tahun lahir anda. Meskipun tidak spesifik, namun semoga cukup mendekati pada kebenaranya.<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk langkah awal, ubahlah tanggal, bulan dan tahun lahir anda mejadi satu angka digit dengan mengikuti acuan dibawah ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
A <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>B <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>C <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>D <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>E <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>F <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>G <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>H <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>I<br />
J <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>K <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>L <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>M<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>N<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>O<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>V <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Q<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>R<br />
S <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>T<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>U<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>V<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>W<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>X<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Y <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Z <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>-<br />
1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>4<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>6<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>7<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>8<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>9<br />
<br />
<br />
Dari pengubahan kode huruf menjadi angka tersebut akan ditemukan hasil yang merujuk pada perkiraan warna aura. Sebagai contoh, untuk tanggal lahir 16 september 1975, digital tunggal angka hari lahirnya adalah sebagai berikut,<br />
<br />
S<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>E<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>P<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>T<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>E<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>M<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>B<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>E<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>R<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>6<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>9<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>7<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<br />
1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>7<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>4<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>9<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>6<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>9<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>7<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><br />
Hasilnya 69 = 6+9 = 15 = 1+5 = 6<br />
Dengan formula ini,orang dalam contoh mempunyai angka lahir 6. Nah, bagaimana dengan anda? Silahkan anda coba sendiri. Selamat mencoba,<br />
<br />
Digit angka darihasil anda dapat dicocokan dengan warna, dengan penelaahan sebagai berikut.<br />
Angka lahir 1<br />
Pada orang denagn angka lahir 1 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan orange.<br />
Angka lahir 2<br />
Pada orang dengan angka lahir 2 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan Biru muda.<br />
Angka lahir 3<br />
Pada orang dengan angka lahir 3 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan merah muda.<br />
Angka lahir 4<br />
Pada orang dengan angka lahir 4 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan coklat.<br />
Angka lahir 5<br />
Pada orang dengan angka lahir 5 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan merah dan pelangi.<br />
Angka lahir 6<br />
Pada orang dengan angka lahir 6 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan kuning.<br />
Angka lahir 7<br />
Pada orang dengan angka lahir 7 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan ungu.<br />
Angka lahir 8<br />
Pada orang dengan angka lahir 8 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan orange.<br />
Angka lahir 9<br />
Pada orang dengan angka lahir 9 biasanya ditemukan aura denggan warna dominan hijau.<br />
<br />
Dan sekarang, silahkan cocokan dengan penafsirannya sesuai warna aura anda.<br />
Kuning<br />
Warna ini sering terlihat melimpah pada orang-orang yang cerdas, mudah bergaul, dan dapat diandalkan.<br />
<br />
Biru<br />
Biru muda dikaitkan dengan keseimbangan, ketenangan,keluwesan dan optimisme. Untuk biru tua lebih kepada kewaspadaan dan pengendalian emosi. Sedangkan untuk biru kusam berhubungan dengan perasaan tertekan, pesimis, kemurunggan, dan rasa tidak aman.<br />
<br />
Hijau<br />
Hijau cerah pada aura berarti energi penyembuhan,aktualisasidiri, dan meninggkatkan kesadaran terutama menyangkut keadaan- keadaan global. Biasanya terdapat pada mereka yang bergerak dibidang kesehatan seperti dokter, perawat, psikolog, pekerja sosial dan lainnya. Sementara untuk hijau kusam berkaitan dengan pesimisme, konflik bathin, dan ketidak puasan pribadi serta iri hati.<br />
<br />
Merah muda<br />
Merah muda kerap dikaitkan dengan kemudaan, peremajaan kembali, kepekaan, idealisme, dan bakat.<br />
<br />
Cokelat<br />
Warna ini berkaitan dengan minat yang kuat akan tanah dan sumber alamnya, denggan kepribadian yang praktis, kemantapan, dan kemandirian. Biasanya terdapat pada mereka para geologi, ekologi, arkeologi, pertamanandan lainnya.<br />
<br />
Ungu<br />
Warna ini jarang ditemukan dalam aura. Warna ini berkaitan dengan miat abstrak dan falsafah, mereka biasanya kreatif dan artistik..<br />
<br />
Orange<br />
Warna ini serig ditemukan pada mereka peraih sukses sejati. Mereka mempunyai sifat ekstover dalam pergaulan dan mengejar karier yang membutuhkanbanyak interaksi sosial. Mereka mandiri dan menyukai persaingan, serta memiliki keterampilan yang menakjubkan. Mereka cenderung lebih tahan dalam menghadapi kecaman.<br />
<br />
Abu-Abu<br />
Warna ini biasanya hanya datang sementara namun merupakan warna pemberi isyarat. Abu-abu dapat emberikan isyarat akan datangnya penyakit, permusuhan dan konflik lainnya.<br />
<br />
Merah<br />
Merah seringkali dikaitkan dengan tingkah laku yyang memperturutkan dorongan hati serta emosi yang kuat, termasuk ledakan-ledakan amarah.<br />
<br />
Terima kasih telah mampir di Blog saya,hihihihi.... cara mengetahui aura ini saya kutip dari buku berjudul ENERGI AURA karangan JOE. H. SLATE, Ph.D<br />
Salam GETENK teman-teman KSR...gkgkgkeM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-73618374087095653652011-12-16T17:28:00.000-08:002011-12-16T17:28:25.736-08:00ANGINA PECTORISA. PENGERTIAN<br />
1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)<br />
2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)<br />
3. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)<br />
B. ETIOLOGI<br />
<br />
1. Ateriosklerosis<br />
2. Spasme arteri koroner<br />
3. Anemia berat<br />
4. Artritis<br />
5. Aorta Insufisiensi<br />
<br />
C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO<br />
1. Dapat Diubah (dimodifikasi)<br />
a. Diet (hiperlipidemia)<br />
b. Rokok<br />
c. Hipertensi<br />
d. Stress<br />
e. Obesitas<br />
f. Kurang aktifitas<br />
g. Diabetes Mellitus<br />
h. Pemakaian kontrasepsi oral<br />
2. Tidak dapat diubah<br />
a. Usia<br />
b. Jenis Kelamin<br />
c. Ras<br />
d. Herediter<br />
e. Kepribadian tipe A<br />
D. FAKTOR PENCETUS SERANGAN<br />
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :<br />
1. Emosi<br />
2. Stress<br />
3. Kerja fisik terlalu berat<br />
4. Hawa terlalu panas dan lembab<br />
5. Terlalu kenyang<br />
6. Banyak merokok<br />
E. GAMBARAN KLINIS<br />
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.<br />
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).<br />
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.<br />
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.<br />
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.<br />
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.<br />
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.<br />
F. TIPE SERANGAN<br />
1. Angina Pektoris Stabil<br />
? Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.<br />
? Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.<br />
? Durasi nyeri 3 – 15 menit.<br />
2. Angina Pektoris Tidak Stabil<br />
? Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.<br />
? Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.<br />
? Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.<br />
? Kurang responsif terhadap nitrat.<br />
? Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.<br />
? Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.<br />
3. Angina Prinzmental (Angina Varian).<br />
? Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.<br />
? Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.<br />
? EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.<br />
? Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.<br />
? Dapat terjadi aritmia.<br />
G. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS<br />
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.<br />
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.<br />
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL<br />
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.<br />
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.<br />
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.<br />
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.<br />
I. FOKUS INTERVENSI<br />
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.<br />
Intervensi :<br />
? Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.<br />
? Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler.<br />
? Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.<br />
? Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.<br />
? Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.<br />
? Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.<br />
? Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.<br />
? Kolaborasi pengobatan.<br />
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.<br />
Intervensi :<br />
? Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.<br />
? Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.<br />
? Catat warna kulit dan kualittas nadi.<br />
? Tingkatkan katifitas klien secara teratur.<br />
? Pantau EKG dengan sering.<br />
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.<br />
Intervensi :<br />
? Jelaskan semua prosedur tindakan.<br />
? Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.<br />
? Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.<br />
? Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.<br />
? Kolaborasi.<br />
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.<br />
Intervensi :<br />
? Tekankan perlunya mencegah serangan angina.<br />
? Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.<br />
? Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.<br />
? Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.<br />
? Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.<br />
? Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.<br />
2. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996<br />
3. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998<br />
4. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta, EGC, 1998<br />
5. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996<br />
6. Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996<br />
7. Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I Jakarta, EGC, 1994<br />
8. ……., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan Kita, 1993.<br />
9. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 1998<br />
10. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 199eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-1841058271674911932011-12-16T06:49:00.000-08:002011-12-16T06:49:00.009-08:00PERAWATAN GANGREN<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;"><strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;">Apa itu Gangrene?</strong> Gangrene adalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena disertai pembusukan oleh bakteri.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;" />Adapun pada penderita diabetes melitus, jenis gangrene basah (diabetic gangrene) dan umumnya terdapat di kaki. Pada penderita diabetes melitus, gangrene disebabkan oleh neuropathy, angiopathy dan komplikasi lainnya. Untuk merawat agar luka gangrene tidak lebih parah, berikut ini beberapa tips merawat luka gangrene.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;"><strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;">Tips merawat luka gangrene pada pasien diabetik:</strong><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;" />Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor atau tidak, ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji, barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai tumbuh).</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus ( luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya disemprot ( irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus terdapat banyak kuman.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali ( pagi dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan NaCl).</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, jaga agar jaringan luar luka tidak tertutup. Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup akan menimbulkan masrasi (pembengkakan).</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-decoration: none;">Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi ( pertumbuhan jaringan kulit yang baik/ bagus yang membuat luka rata), selanjutnya akan ada penutupan luka tahap kedua ( skin draw), biasanya diambil dari kulit paha. Penanganan luka diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus menyebar dan memperparah luka.</div><span style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: left; text-decoration: none;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;" /></span>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-76473665107863180762011-12-16T06:36:00.001-08:002011-12-16T06:36:32.933-08:00GAGAL GINJAL KRONIKGagal ginjal kronik<br />
1 Definisi<br />
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari<br />
3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti<br />
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik<br />
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m²,<br />
seperti pada tabel 2.1 berikut:<br />
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,<br />
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:<br />
- Kelainan patologik<br />
- Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada<br />
pemeriksaan pencitraan<br />
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan<br />
atau tanpa kerusakan ginjal<br />
(Sumber: Chonchol, 2005)<br />
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh<br />
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai<br />
laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit<br />
ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan<br />
fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan<br />
fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang<br />
sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi<br />
ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal (Perazella, 2005) . Hal ini dapat dilihat<br />
pada tabel 2.2 berikut:<br />
Universitas Sumatera UtaraTabel 2.2 Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan stadium penyakit ginjal kronik<br />
Stadium 0 Risiko meningkat ≥ 90 dengan faktor risiko<br />
Stadium 1 Kerusakan ginjal disertai LFG normal atau meninggi ≥ 90<br />
Stadium 2 Penurunan ringan LFG 60-89<br />
Stadium 3 Penurunan moderat LFG 30-59<br />
Stadium 4 Penurunan berat LFG 15-29<br />
Stadium 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis<br />
(Sumber: Clarkson, 2005)<br />
2 Etiologi <br />
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal<br />
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak<br />
sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)<br />
dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).<br />
a. Glomerulonefritis <br />
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang<br />
etiologinya tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran<br />
histopatologi tertentu pada glomerulus (Markum, 1998). Berdasarkan sumber<br />
terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.<br />
Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri<br />
sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat<br />
penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES),<br />
mieloma multipel, atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2006).<br />
Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara<br />
kebetulan dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat<br />
medik yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis (Sukandar,<br />
2006).<br />
Universitas Sumatera Utarab. Diabetes melitus<br />
Menurut American Diabetes Association (2003) dalam Soegondo (2005)<br />
diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan<br />
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja<br />
insulin atau kedua-duanya.<br />
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini<br />
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.<br />
Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan<br />
sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang<br />
menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang<br />
menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai<br />
kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya<br />
(Waspadji, 1996).<br />
c. Hipertensi<br />
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik<br />
≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, 2001).<br />
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu<br />
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau<br />
idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal (Sidabutar,<br />
1998).<br />
d. Ginjal polikistik<br />
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau<br />
material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat<br />
ditemuka n kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di<br />
medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai<br />
keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang<br />
paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit<br />
ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian<br />
besar baru bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat<br />
ditemukan pada fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal<br />
Universitas Sumatera Utaralebih tepat dipakai daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa (Suhardjono,<br />
1998).<br />
3 Faktor risiko<br />
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes<br />
melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan<br />
individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal<br />
dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2009).<br />
4 Patofisiologi<br />
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun<br />
penyakit primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan<br />
adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang<br />
sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan<br />
adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik ginjal yang sama<br />
pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun.<br />
Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal<br />
akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih<br />
lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang<br />
berakhir dengan gagal ginjal terminal (Noer, 2006).<br />
5 Gambaran klinik<br />
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia<br />
sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan<br />
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan<br />
kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).<br />
a. Kelainan hemopoeisis<br />
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering<br />
ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi<br />
bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml<br />
per menit.<br />
Universitas Sumatera Utarab. Kelainan saluran cerna<br />
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien<br />
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dam<br />
muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh<br />
flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi<br />
atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna<br />
ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan<br />
antibiotika.<br />
c. Kelainan mata<br />
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil<br />
pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari<br />
mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis.<br />
Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris.<br />
Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang<br />
sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam<br />
kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan<br />
hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal<br />
ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.<br />
d. Kelainan kulit<br />
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan<br />
diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan<br />
segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan<br />
bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan<br />
dinamakan urea frost<br />
e. Kelainan selaput serosa<br />
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai<br />
pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa<br />
merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.<br />
f. Kelainan neuropsikiatri<br />
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan<br />
depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat<br />
Universitas Sumatera Utaraseperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering<br />
dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai<br />
pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar<br />
kepribadiannya (personalitas).<br />
g. Kelainan kardiovaskular<br />
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat<br />
kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi<br />
sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada<br />
stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.<br />
6 Diagnosis <br />
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran<br />
berikut:<br />
a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)<br />
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi<br />
c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)<br />
d. Menentukan strategi terapi rasional<br />
e. Meramalkan prognosis<br />
Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan<br />
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik<br />
diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus (Sukandar,<br />
2006).<br />
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik<br />
Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang<br />
berhubungan dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,<br />
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal<br />
(LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan<br />
laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan<br />
tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.<br />
Universitas Sumatera Utarab. Pemeriksaan laboratorium<br />
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan<br />
derajat penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan<br />
perjalanan penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.<br />
1) Pemeriksaan faal ginjal (LFG)<br />
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup<br />
memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).<br />
2) Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)<br />
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan<br />
imunodiagnosis.<br />
3) Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit<br />
Progresivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan<br />
pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal ginjal<br />
(LFG).<br />
c. Pemeriksaan penunjang diagnosis<br />
Pemeriksaan penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan tujuannya,<br />
yaitu:<br />
1) Diagnosis etiologi GGK<br />
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis, yaitu foto polos perut,<br />
ultrasonografi (USG), nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi<br />
antegrade dan Micturating Cysto Urography (MCU).<br />
2) Diagnosis pemburuk faal ginjal<br />
Pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan<br />
ultrasonografi (USG).<br />
7 Pencegahan<br />
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai<br />
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan<br />
yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan<br />
kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin<br />
Universitas Sumatera Utarakecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah,<br />
anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat<br />
badan (National Kidney Foundation, 2009) .<br />
8 Penatalaksanaan<br />
a. Terapi konservatif<br />
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal<br />
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,<br />
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan<br />
dan elektrolit (Sukandar, 2006).<br />
1) Peranan diet<br />
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau<br />
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan<br />
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.<br />
2) Kebutuhan jumlah kalori<br />
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan<br />
tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,<br />
memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.<br />
3) Kebutuhan cairan<br />
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah<br />
diuresis mencapai 2 L per hari.<br />
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral<br />
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari<br />
LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).<br />
b. Terapi simtomatik<br />
1) Asidosis metabolik<br />
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium<br />
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat<br />
Universitas Sumatera Utaradiberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera<br />
diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.<br />
2) Anemia<br />
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan<br />
terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus<br />
hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.<br />
3) Keluhan gastrointestinal<br />
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering<br />
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama<br />
(chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah<br />
ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus<br />
dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.<br />
4) Kelainan kulit<br />
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.<br />
5) Kelainan neuromuskular<br />
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler<br />
yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.<br />
6) Hipertensi<br />
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.<br />
7) Kelainan sistem kardiovaskular<br />
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang<br />
diderita.<br />
c. Terapi pengganti ginjal<br />
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu<br />
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,<br />
dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).<br />
1) Hemodialisis<br />
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik<br />
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada<br />
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).<br />
Universitas Sumatera UtaraIndikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.<br />
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,<br />
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang<br />
tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan<br />
Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi<br />
elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah,<br />
dan astenia berat (Sukandar, 2006).<br />
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang<br />
telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan<br />
ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput<br />
semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup<br />
baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala<br />
yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).<br />
2) Dialisis peritoneal (DP)<br />
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis<br />
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik<br />
CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun),<br />
pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasienpasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan<br />
hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien<br />
GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien<br />
nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik,<br />
yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan<br />
sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).<br />
3) Transplantasi ginjal<br />
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).<br />
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:<br />
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal<br />
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal<br />
alamiah<br />
b) Kualitas hidup normal kembali<br />
Universitas Sumatera Utarac) Masa hidup (survival rate) lebih lama<br />
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat<br />
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan<br />
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-81578800956600824992011-12-16T06:24:00.003-08:002011-12-16T06:24:48.824-08:00GAGAL GINJAL AKUTASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT<br />
A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>PENGERTIAN GAGAL GINJAL AKUT<br />
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )<br />
<br />
B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>KLASIFIKASI :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gagal Ginjal Akut Prerenal<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gagal Ginjal Akut Post Renal<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gagal Ginjal Akut Renal<br />
<br />
Gagal Ginjal Akut Prerenal;<br />
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).<br />
<br />
Etiologi<br />
1.Penurunan Volume vaskular ;<br />
a. Kehilangan darah/plasma karena perdarahan,luka bakar.<br />
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah, diare.<br />
<br />
2. Kenaikan kapasitas vaskular<br />
a. sepsis<br />
b. Blokade ganglion<br />
c. Reaksi anafilaksis.<br />
<br />
3. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung<br />
a. renjatan kardiogenik<br />
b. Payah jantung kongesti<br />
c. Tamponade jantung<br />
d. Distritmia<br />
e. Emboli paru<br />
f. Infark jantung.<br />
<br />
Gagal Ginjal Akut Posrenal<br />
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi<br />
<br />
Etiologi<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obstruksi<br />
a. Saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kristal dll.<br />
b. Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein (mieloma).<br />
2. Ektravasasi.<br />
<br />
Gagal Ginjal Akut Renal<br />
1. GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Glomerulonefritis<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nefrosklerosis<br />
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penyakit kolagen<br />
d.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Angitis hipersensitif<br />
e.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.<br />
2.Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )<br />
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.<br />
<br />
Pemeriksaan Laboratorium :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.<br />
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.<br />
9.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.<br />
10.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.<br />
11.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.<br />
12.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.<br />
13.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.<br />
14.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.<br />
15.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.<br />
16.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.<br />
<br />
Darah :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hb. : menurun pada adanya anemia.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.<br />
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.<br />
9.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.<br />
10.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial<br />
11.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>CT.Skan<br />
12.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>MRI<br />
13.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.<br />
<br />
C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>PENGKAJIAN<br />
1. Aktifitas dan istirahat :<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>gejala : Kelitihan kelemahan malaese<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.<br />
<br />
2. Sirkulasi.<br />
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).<br />
Disritmia jantung.<br />
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).<br />
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).<br />
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).<br />
Pucat, kecenderungan perdarahan.<br />
<br />
3. Eliminasi<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)<br />
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).<br />
Abdomen kembung diare atau konstipasi<br />
Riwayat HPB, batu/kalkuli<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.<br />
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).<br />
<br />
4. Makanan/Cairan<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).<br />
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati<br />
Penggunaan diuretik<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.<br />
Edema (Umum, bagian bawah).<br />
<br />
5. Neurosensori<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.<br />
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.<br />
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.<br />
<br />
6. Nyeri/Kenyamanan<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.<br />
<br />
7. Pernafasan<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : nafas pendek<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).<br />
<br />
8. Keamanan<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala : adanya reaksi transfusi<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.<br />
<br />
9. Penyuluhan/Pembelajaran:<br />
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.<br />
<br />
D.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingateM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-39777897709431184912011-12-16T06:22:00.000-08:002011-12-16T06:22:12.754-08:00ANEMIA DAN JENISNYAANEMIA<br />
<br />
ANEMIA didefinisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Manifestasi klinik yang timbul tergantung pada :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kecepatan timbulnya anemia<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>umur individu<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>mekanisme kompensasi tubuh<br />
seperti : peningkatan curah jantung dan pernapasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>tingkat aktivitasnya<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>keadaan penyakit yang mendasari<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>parahnya anemia tersebut<br />
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anemia defisiensi<br />
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anemia aplastik<br />
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anemia hemoragik<br />
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.<br />
IV. Anemia hemolitik<br />
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis kongenital, defisiensi G6PD atau bersifat ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.<br />
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah dan pembesaran lien.<br />
Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis hemoglobin dan biopsi sumsum tulang.<br />
Untuk penanganan anemia diadasarkan dari penyakit yang menyebabkannya seperti jika karena defisiensi besi diberikan suplemen besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat diberikan suplemen asam folat dan vitamion B12, dapat juga dilakukan transfusi darah, splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang.<br />
<br />
I. Anemia Defisiensi<br />
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya. Anemia defisiensi dapat diklasifikasikan menurut morfologi dan etiologi menjadi 3 golongan :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>a. Mikrositik Hipokrom<br />
Mikrositik berarti sel darah merah berukuran kecil, dibawah ukuran normal (MCV<80 fL). Hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik atau gangguan sintesis globin seperti pada penderita talasemia. Dari semua itu defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia didunia.<br />
Anemia Defisiensi Besi<br />
merupakan penyakit yang sering pada bayi dan anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan pada wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar dari orang normal. Jumlah besi dalam badan orang dewasa adalah 4-5 gr sedang pada bayi 400 mg, yang terdiri dari : masa eritrosit 60 %, feritin dan hemosiderin 30 %, mioglobin 5-10 %, hemenzim 1 %, besi plasma 0,1 %. Kebutuhan besi pada bayi dan anak lebih besar dari pengelurannya karena pemakaiannya untuk proses pertumbuhan, dengan kebutuhan rata-rata 5 mg/hari tetapi bila terdapat infeksi meningkat sampai 10 mg/hari.<br />
Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut bagan metabolisme besi :<br />
<br />
Adapun sumber besi dapat diperoleh dari<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>makanan seperti : hati, daging telur, buah, sayuran yang mengandung klorofil, terkadang untuk menghindari anemia defisiensi besi kedalam susu buatan atau tepung untuk makanan bayi ditambahkan kandungan besi namun terkadang dapat menimbulkan terjadinya hemokromatosis.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cadangan besi dalam tubuh<br />
Bayi normal/sehat cadangan besi cukup untuk 6 bulan<br />
Bayi prematur cadangan besi cukup untuk 3 bulan<br />
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit bisa melalui urin, tinja, keringat, sel kulit yang terkelupas dan karena perdarahan (mens) sangat sedikit. Sedangkan besi yang dilepaskan pada pemecahan hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan masuk kembali ke dalam iron pool dan digunakan lagi untuk sintesa hemoglobin. Pengeluaran besi dari tubuh yang normal : <br />
Bayi 0,3 – 0,4 mg.hari<br />
Anak 4-12 tahun 0,4 – 1 mg/hari<br />
Laki-laki dewasa 1 – 1,5 mg/hari<br />
Wanita dewasa 1 – 2,5 mg/hari<br />
Wanita hamil 2,7 mg/hari<br />
Etiologi<br />
menurut patogenesisnya :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Masukan kurang : MEP, defisiensi diet, pertumbuhan cepat.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Absorpsi kurang : MEP, diare kronis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sintesis kurang : transferin kurang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kebutuhan meningkat : infeksi dan pertumbuhan cepat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengeluaran bertambah: kehilangan darah karena infeksi parasit dan polip<br />
berdasarkan umur penderita penyebab dari defisiensi besi dapat dibedakan:<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>bayi < 1tahun : persediaan besi kurang karena BBLR, lahir kembar, ASI eklusif tanpa suplemen besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemi selama kehamilan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>anak 1-2 tahun : masukan besi kurang, kebutuhan yang meningkat karena infeksi berulang (enteritis,BP), absorpsi kurang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>anak 2-5 tahun : masukan besi kurang, kebutuhan meningkat, kehilangan darah karena divertikulum meckeli.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anak 5-remaja : perdarahan karena infeksi parasit dan polip, diet tidak adekuat.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Remaja-dewasa: mentruasi berlebihan<br />
Gejala klinis<br />
- Lemas, pucat dan cepat lelah<br />
- Sering berdebar-debar<br />
- Sakit kepala dan iritabel<br />
- Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku<br />
- Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)<br />
- Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit.<br />
- Jantung dapat takikardi<br />
- Jika karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly<br />
- Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok.<br />
Laboratorium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kadar Hb <10 g/dL, Ht menurun<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>MCV <80, MCHC <32 %<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SSTL sistem eritropoetik hiperaktif<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SI menurun, IBC meningkat<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengobatan kausal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Makanan adekuat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sulfas ferosus 3X10 mg /KgBB/hari. Diharapkan kenaikan Hb 1 g.dL setiap 1-2 minggu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Transfusi darah bila kadar Hb <5 g/dL dan keadaan umum tidak baik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antelmintik jika ada infeksi parasit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antibiotik jika ada infeksi<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>b. Makrositik Normokrom (Megalobalstik)<br />
Makrositik berarti ukuran sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobin normal (MCV >100 fL, MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1. Anemia Defisiensi Asam Folat<br />
Asam folat adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan. Berikut metabolisme asam folat :<br />
<br />
etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kekurangan masukan asam folat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>gangguan absorpsi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kekurangan faktor intrinsik seperti pada anemia pernisiosa dan postgastrektomi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>infeksi parasit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>penyakit usus dan keganasan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>obat yang bersifat antagonistik terhadap asam folat seperti metotrexat<br />
gejala klinis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>pucat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>lekas letih dan lemas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berdebar-debar<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>pusing dan sukar tidur<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>tampak seperti malnutrisi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>diare dan kehilangan nafsu makan<br />
laboratorium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hb menurun, MCV >96 fL<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Retikulosit biasanya berkurang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hipersegmentasi neutrofil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aktivitas asam folat dalam serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SSTL eritropoetik megaobalstk, granulopoetik, trombopoetik<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Asam folat 3X5 mg/hari untuk anak<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Asam folat 3X2,5 mg/hari untuk bayi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atasi faktor etiologi<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2. Anemia Defisiensi Vitamin B12<br />
Dihasilkan dari kobalamin dalam makanan terutama makanan yang mengandung sumber hewani seperti daging dan telur. Vitamin B12 merupakan bahan esensial untuk produksi sel darah merah dan fungsi sistem saraf secara normal. Anemia jenis ini biasanya disebabkan karena kurangnya masukan, panderita alkoholik kronik, pembedahan lambung dan ileum terminale, malabsorpsi dan lain-lain. Adapun gejala dari penyakit ini berupa penurunan nafsu makan, diare, sesak napas, lemah, dan cepat lelah. Untuk pengobatannya dapat diberikan suplementasi vitamin B12.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>c. Anemia Dimorfik<br />
Suatu campuran anemia mikrositik hipokrom dan anemia megaloblastik. Biasanya disebabkan oleh defisiensi dari asam folat dan besi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>hipokrom makrositik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>mikrositik normokrom<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>MCV, MCH, MCHC mungkin normal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SI menurun sedikit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>IBC agak menurun<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SSTL terlihat gejala campuran dari kedua jenis anemia<br />
Untuk terapi dapat diberikan : preparat besi dan asam folat<br />
II. Anemia Aplastik / Pansitopenia<br />
Keadaan yang disebabkan berkurangnya sel-sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemapoetik dalam SSTL, sehingga penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Anemia aplastik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kongenital<br />
Timbul perdarahan bawah kulit diikuti dengan anemia progresif dengan clinical onset 1,5-22 tahun, rerata 6-8 tahun. Salah satu contoh adalah sindrom fanconi yang bersifat constitusional aplastic anemia resesif autosom, pada 2/3 penderita disertai anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali jari, kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Didapat<br />
disebabkan oleh :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>radiasi sinar rontgen dan sinar radioaktif<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>zat kimia seperti benzena, insektisida, As, Au, Pb<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>obat seperti kloramfenikol, busulfan, metotrexate, sulfonamide, fenilbutazon.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Individual seperti alergi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Infeksi seperti IBC milier, hepatitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lain-lain seperti keganasan, penyakit ginjal, penyakit endokrin<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Yang paling sering bersifat idiopatik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pucat, lemah, anorexia, palpitasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sesak napas karena gagal jantung<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aplasi sistem hematopoetik seperti ikterus, limpa/hepar membesar, KGB membesar<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anemia karena eritropoetik menurun retikulositopenia,Hb,Ht, eritrosit menurun<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perdarahan oleh karena trombopoetik menurun trombositopenia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rentan terhadap infeksi oleh karena granulopoetik menurun netropenia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bersifat berat dan serius<br />
1. 1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala klinis<br />
1. 2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laboratorium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anemia hipokrom normositik dan makrositik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Retikulosit menurun<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Leukopenia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trombositopenia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kromosom patah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>SSTL hipoplasia / aplasia yang diganti oleh jaringan lemak atau jaringan penyokong<br />
1. 3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Prednison /kortikosteroid 2-5 mg/KgBB/hari secara oral<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Androgen/testosteron 1-2 mg /KgBB/ hari secara parenteral<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Transfusi darah bila perlu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengobatan terhadap infeksi sekunder<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Makanan lunak<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Istirahat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Transplantasi sumsum tulang pada pasien muda, antithymocyte globulin (ATG) untuk pasien tua.<br />
III. Anemia Hemolitik<br />
Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran eritrosit sehingga dapat menimbulkan gejala anemi, bilirubin meningkat bila fungsi hepar buruk dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran tersebut (hipereaktif eritropoetik) sehingga dalam darah tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi, bahkan eritropoesis ektrameduler. Adapun gejala klinis penyakit ini berupa : menggigil, pucat, cepat lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan pembesaran limpa. Penyakit ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar yaitu :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>a. Gangguan Intrakorpuskular (kongenital)<br />
Kelainan ini umumnya disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme eritrosit sendiri. Dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1. Gangguan pada struktur dinding eritrosit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sferositosis<br />
Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl hipotonis menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit meningkat. Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus. Suatu infeksi yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan dapat dilakukan transfusi darah dalam keadaan kritis, pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun), roboransia.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ovalositosis (eliptositosis)<br />
50-90% Eritrosit berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis tidak seberat sferositosis, dengan splenektomi dapat mengurangi proses hemolisis.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>A beta lipoproteinemia<br />
Diduga kelainan bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gangguan pembentukan nukleotida<br />
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisisnsi vitamin E<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalam eritrosit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi G6PD<br />
akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi. Glutation dalam keadaan tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi eritrosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih nyata pada laki-laki. Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada : obat-obatan (asetosal, sulfa, obat anti malaria), memakan kacang babi, alergi serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala klinis yang timbul berupa cepat lelah, pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar. Untuk terapi bersifat kausal.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi glutation reduktase<br />
Disertai trombositopenia dan leukopenia dan disertai kelainan neurologis.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi glutation<br />
Diturunkan secara resesif dan jarang ditemukan.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi piruvat kinase<br />
Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat dilakukan tranfusi darah.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi triose phosphatase isomerase (TPI)<br />
Menyerupai sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak ditemnukan sferosit. Pada bentuk homozigot bnersiaft lebih berat.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi difosfogliserat mutase<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi heksokinase<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Defisiensi gliseraldehide 3 fosfat dehidrogenase<br />
Ketiga jenis terakhir diturunkan secara resesif dan diagnosis ditgakkan dengan pemeriksaan biokimia.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3. Hemoglobinopatia<br />
Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan yang normal. Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan Hemoglobin ini yaitu :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misal HbE, HbS dan lain-lain.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin misal talasemia<br />
TALASEMIA<br />
Penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif. Di Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskular. Secara molekular dibedakan atas :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia µ (gangguan pembentukan rantai µ)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia b (gangguan pembentukan tantai b)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia b-d (gangguan pembentuka rantai b dand yang letak gennya diduga berdekatan )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia d (gangguan pembentukan rantai d)<br />
Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia mayor (bentuk homozigot)<br />
Memberikan gejala klinis yang jelas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Talasemia minor<br />
Biasanya tidak memberikan gejala klinis<br />
Gejala klinis dan laboratorium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelaian darah<br />
Berupa anemia berat tipe mikrositik karena sintesis HbA menurun, penghancuran eritrosit meningkat dan defisiensi asam folat.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelainan organ<br />
karena proses penyakit dan hemosiderosis karena transfusi. Berupa hepatomegali – splenomegali, pada anak yang besar disertai gizi yang jelek dan muka fasies mongoloid. tulang medula lebar, kortek tipis sehingga mudah fraktur dan trabekula kasar, tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan brush appereance. Gangguan pertumbuhan berupa pendek, menarche, gangguan pertumbuhan sex sekunder, perikarditis dan kardiomegali dapat menyebabkan dekomp kordis.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Darah tepi<br />
Mikrositik hipokrom, jumlah retikulosit meningkat, pada hapusan darah tepi didapatkan anisositosis, hipokromi, poikilositositosis, sel target. Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum besi (IBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung kadar HbF yang tinggi lebih dari 30%. Di indonesia kira-kira 45% penderita talasmeia juga mempunyai HbE, penderita talasemia HbE maupun HbS secara klinis lebih ringan dari talasemia mayor. Umumnya datang ke dokter pada umur 4-6 tahun sedang talasemia mayor gejala sudah tampak pada umur 3 bulan. Penderita talasemia HbE dapat hidup hingga dewasa.<br />
Komplikasi<br />
Anemi berat dan lama dapat menyebabkan gagal jantung, transfusi darah berulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai organ (hepar, limpa, kulit, jantung).hemokromatosis, limpa yang besar mudah ruptur kadang disertai tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombositopenia.<br />
Pengobatan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Saat diagnosis (baru)<br />
- Atasi anemi dengan transfusi PRC bila hb <6g/dL dan dipertahankan >12 g/dL<br />
- Atasi komplikasi karena penyakit : gagal jantung karena anemi beri oksigen, transfusi, diuretik, digitalisasi hanya bila Hb >8 g/dL. Jika ada infeksi beri antibiotik.<br />
- Lengkapi antropometri<br />
- Lengkapi penunjang : kadar besi dan feritin, foto tulang, analisa Hb, rontgen thorak dan EKG, pemeriksaan DNA<br />
- Imunisasi hepatitis B<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tindak lanjut (pasien lama)<br />
- kontrol Hb 2- 4 minggu, darah lengkap setiap 4 minggu<br />
- pemberian kelasi besi (deferoxamin /DFO)<br />
jika kadar feritin ³2000 mg/L diberikan 5 hari dalam 1 minggu, jika kadar feritin <2000 mg/L diberikan tiap kali transfusi<br />
- pemantauan fungsi organ : setiap 3 bulan<br />
- splenektomi<br />
- pemeriksaan IQ<br />
- atasi komplikasi<br />
untuk dekomp kordis jika Hb>8 g/dL dan ada kardiomiopati beri dosteral IM, transfusi. Jika Hb < 8 g/dL oleh karena anemi dapat dilakukan transfusi, dosteral biasa.<br />
- Obat-obatan seperti vitamin C dan asam folat 2-5 mg/hari.<br />
- Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan, transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g/dL) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah<br />
- Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating agent yaitu desferal secata intramuskular atau intavena.<br />
- Splenektomi dilakukan pada anak 2 tahun sebelum didapatkan tanda hipersplenisme atau hemosiderosis. Dapat pula diberikan vitamin.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>b. Gangguan Ektrakorpuskular<br />
Golongan dengan penyebab hemolisis ektraseluler, biasanya penyebabnya merupakan faktor yang didapat (acquired) dan dapat disebakan oleh :<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>obat-obatan, racun ular, jamur, bahan kimia (bensin, saponin, air), toksin (hemolisisn) streptokokkus, virus, malaria.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>hipesplenisme<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>anemia akibat penghancuran eritrosit karena reaksi antigen-antibodi. Seperti inkompabilitas golongan darah, alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, bisa juga karena reaksi autoimun.<br />
Pengobatan<br />
Pemberian transfusi darah dapat menolong penderita, dapat pula diberikan prednison atau hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun ini.<br />
IV. Anemia Post Hemoragik<br />
Terjadi akibat perdarahan masif atau perdarahan menahun seperti kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum, hemoroid.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>a. Kehilangan darah mendadak<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1. Pengaruh yang timbul segera<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kehilangan darah yang cepat akan menimbulkan reflek kardiovaskular sehingga terjadi kontraksi arteriola, penurunan aliran darah keorgan yang kurang vital (anggota gerak, ginjal dan sebagainya) dan peningkaata aliran darah keorgan vital (otak dan jantung).<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kehilangan darah 12-15% : pucat, takikardi, TD normal/menurun<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kehilangan darah 15-20% : TD menurun, syok reversibel<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kehilangan darah >20% : syok reversibel<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terapi : transfusi darah dan plasma<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2. Pengaruh lambat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>pergeseran cairan ektraseluler ke intraseluler sehingga terjadi hemodilusi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>gejala : leukositosis (15.000-20.000/mm3), Hb, Ht, eritrosit menurun, eritropoetik meningkat, oligouria / anuria, gagal jantung.<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terapi dapat diberikan PRC<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>b. Kehilangan darah menahun<br />
Berupa gejala defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan suplemn besi.<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-531035590267518852011-12-16T06:16:00.000-08:002011-12-16T06:16:20.165-08:00FRAKTUR CRURISI. PENGERTIAN<br />
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)<br />
<br />
II. JENIS FRAKTUR<br />
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.<br />
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang<br />
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit<br />
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.<br />
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.<br />
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang<br />
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen<br />
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam<br />
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)<br />
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.<br />
<br />
III. ETIOLOGI<br />
a. Trauma<br />
b. Gerakan pintir mendadak<br />
c. Kontraksi otot ekstem<br />
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma<br />
<br />
V. MANIFESTASI KLINIS<br />
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema<br />
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah<br />
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur<br />
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya<br />
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit<br />
<br />
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG<br />
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya<br />
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap<br />
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai<br />
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal<br />
VII. PENATALAKSANAAN<br />
<br />
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.<br />
b. Imobilisasi fraktur<br />
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna<br />
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi<br />
? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan<br />
? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri<br />
? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau<br />
? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah<br />
<br />
VIII. KOMPLIKASI<br />
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.<br />
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.<br />
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali<br />
<br />
IX. PENGKAJIAN<br />
1. Pengkajian primer<br />
- Airway<br />
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk<br />
- Breathing<br />
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi<br />
- Circulation<br />
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut<br />
2. Pengkajian sekunder<br />
a.Aktivitas/istirahat<br />
? kehilangan fungsi pada bagian yangterkena<br />
? Keterbatasan mobilitas<br />
b. Sirkulasi<br />
? Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)<br />
? Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)<br />
? Tachikardi<br />
? Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera<br />
? Cailary refil melambat<br />
? Pucat pada bagian yang terkena<br />
? Masa hematoma pada sisi cedera<br />
c. Neurosensori<br />
? Kesemutan<br />
? Deformitas, krepitasi, pemendekan<br />
? kelemahan<br />
d. Kenyamanan<br />
? nyeri tiba-tiba saat cidera<br />
? spasme/ kram otot<br />
e. Keamanan<br />
? laserasi kulit<br />
? perdarahan<br />
? perubahan warna<br />
? pembengkakan lokal<br />
<br />
<br />
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI<br />
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler<br />
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan<br />
Kriteria hasil:<br />
? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin<br />
? Mempertahankan posisi fungsinal<br />
? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit<br />
? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas<br />
Intervensi:<br />
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan<br />
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit<br />
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit<br />
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak<br />
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas<br />
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas<br />
g. Ubah psisi secara periodik<br />
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi<br />
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang<br />
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan<br />
Kriteria hasil:<br />
? Klien menyatajkan nyei berkurang<br />
? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat<br />
? Tekanan darahnormal<br />
? Tidak ada eningkatan nadi dan RR<br />
Intervensi:<br />
a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri<br />
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring<br />
c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan<br />
d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi<br />
e. Jelaskanprosedu sebelum memulai<br />
f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif<br />
g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan<br />
h. Observasi tanda-tanda vital<br />
i. Kolaborasi : pemberian analgetik<br />
<br />
C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan<br />
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan<br />
Kriteria hasil:<br />
? Penyembuhan luka sesuai waktu<br />
? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik<br />
<br />
Intervensi:<br />
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae<br />
b. Monitor suhu tubuh<br />
c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol<br />
d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh<br />
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan<br />
f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol<br />
g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi<br />
h. Kolaborasi emberian antibiotik.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC<br />
2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC<br />
3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC<br />
4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-50466656025073422172011-07-12T06:35:00.000-07:002011-07-12T06:35:08.403-07:00LIMFOMA MALIGNALIMFOMA MALIGNA<br />
(KANKER KELENJAR GETAH BENING)<br />
<br />
B.Pengertian Limfoma maligna<br />
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas).<br />
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.<br />
C.Klasifikasi<br />
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif<br />
<br />
Perbedaan Gejala Klinis antara LNH dan PH<br />
<br />
LNH<br />
PH<br />
Pola kelenjar getah bening yang terlibat<br />
Sentrifugal; KGB yang terlibat lebih luas<br />
Sentripetal; KGB yang terlibat setempat-setempat (terlokalisasi); KGB aksila adalah yang paling sering terkena<br />
<br />
Sifat kelenjar getah bening<br />
Keras dan berbatas tegas<br />
Kenyal<br />
Cincin Waldeyer, KGB epitroklear, traktus gastrointestinal dan testis<br />
+<br />
KGB Abdomen<br />
+<br />
- ; kecuali pada penderita PH jenis sel B dan usia lanjut<br />
KGB mediastinum<br />
< 20% pasien<br />
> 50% pasien<br />
Sumsum tulang<br />
+<br />
Hati<br />
+ ; terutama pada tipe limfoma folikuler<br />
<br />
D.Etiologi<br />
Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).<br />
E.Patofisiologi Dan Gambaran Klinis<br />
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).<br />
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.<br />
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:<br />
1.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC<br />
2.Sering keringat malam<br />
3.Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan<br />
F.Klasifikasi Patologi<br />
Klasifikasi patologi limfoma telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis<br />
<br />
G.Stadium limfoma maligna<br />
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.<br />
1.Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.<br />
2.Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.<br />
3.Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.<br />
4.Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak<br />
H.Pemeriksaan Diagnosis<br />
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna:<br />
1.Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar<br />
2.Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.<br />
3.Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.<br />
I.Penatalaksanaan<br />
Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa cara, sesuai dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah kambuh, stadium berapa, umur, kondisi badan, kebutuhan dan keinginan pasien. Secara garis besar penyembuhan terjadi sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan.<br />
<br />
PATHWAYS<br />
<br />
Kelenjar getah bening (nodal)<br />
<br />
Diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal)<br />
<br />
Mendesak jaringan sekitar<br />
Mendesak Sel syaraf<br />
Mendesak Pembuluh darah<br />
<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN LOMFOMA MALIGNA<br />
<br />
A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN<br />
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.<br />
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :<br />
1.Data subyektif<br />
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC<br />
b.Sering keringat malam<br />
c.Cepat merasa lelah<br />
d.Badan lemah<br />
e.Mengeluh nyeri pada benjolan<br />
f.Nafsu makan berkurang<br />
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah<br />
2.Data Obyektif<br />
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha<br />
b.Wajah pucat<br />
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />
1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi<br />
2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi<br />
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf<br />
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen terhadap perdaharan<br />
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak ke jaringan luar<br />
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.<br />
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.<br />
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang<br />
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah<br />
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan perawatan<br />
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber<br />
<br />
<br />
C.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN<br />
1.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi<br />
a.Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºC)<br />
b.Intervensi :<br />
Observasi suhu tubuh pasien<br />
Rasional : dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.<br />
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)<br />
Rasional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.<br />
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.<br />
Rasional : kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi.<br />
Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.<br />
Rasional : Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadi seimbang.<br />
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.<br />
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.<br />
2.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf<br />
a.Tujuan : nyeri berkurang<br />
b.Intervensi :<br />
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam<br />
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.<br />
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam<br />
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat<br />
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)<br />
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri<br />
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri<br />
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.<br />
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman<br />
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.<br />
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.<br />
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.<br />
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.<br />
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi<br />
b.Intervensi :<br />
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering<br />
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total<br />
Timbang BB sesuai indikasi<br />
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi<br />
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi<br />
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi<br />
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan<br />
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk makan<br />
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi<br />
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh<br />
4.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.<br />
a.Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan<br />
b.Intervensi :<br />
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas<br />
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi<br />
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL<br />
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen<br />
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien<br />
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien<br />
Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien<br />
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen).<br />
5.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan perawatan<br />
a.Tujuan : pasien tidak cemas/berkurang<br />
b.Intervensi<br />
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi<br />
Rasional ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur yang akan dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya<br />
Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.<br />
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan meningkatkan pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya<br />
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.<br />
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien<br />
Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.<br />
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien<br />
D.Pelaksanaan<br />
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat<br />
E.Evaluasi<br />
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :<br />
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºc)<br />
2.Nyeri berkurang<br />
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi<br />
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi<br />
5.Pasien tidak cemas/berkurang<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-35011849572806426512011-07-12T06:33:00.003-07:002011-07-12T06:33:06.010-07:00HIPOMAGNESEMIAHIPOMAGNESEMIA<br />
<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Definisi<br />
Hipomagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum dibawah normal. Kadar magnesium serum normal 1,5 sampai 2,5 mEq/L ( atau 1,8 – 3,0 mg/dl; SI 0,75 – 1,25mmol/L ). Hampir sepeirtiga magnesium serum berkaitan dengan protein, duapertiga sisanya terdapat sbagai kation bebas ( Mg2+). Seperti kalsium, kation ini adalah fraksi terionisasi yang terutamanya terlibat dalam aktivitas neuromuskular dan proses fisiologis lainnya. Seperti halnya kadar kalsium, kadar magnesium harius dievaluasi dalam kombinasi dengan kadar albumin. Kadar albumin serum yang rendah kan menurunkan magnesium total.<br />
Hipomagnesemia adalah ketidakseimbangan yang umum pada pasien yang sakit secara kritis, namun hal ini sering terabaikan. Kekurangan magnesuim juga terjadi pada pasien lain yang sakit secara akut, seperti mereka yang mengalami putus alkohol dan mereka yang menerima makanan bernutrisi setelah periode kelaparan, seperti pada nutrisi selang atau nutrisi parenteral.<br />
Rute kehilangan megnesium yang terpenting adalah traktus intestinalis. Kehilangan bisa dalam bentuk drainase dari penghisap nasogastrik, diare atau fistula. Karena ccairan dari gastrointestinal bagian bawah lebih banyak mengandung magnesium ( 10 – 14 mEq/L) di bandingkan dengan cairan dari traktus gastrointestinal bagian atas (1 – 2 mEq/L), kehilangan akibat diare atau fistula intestinal mungkin akan lebih menyebabkan kekurangan magnesium di banding dengan kehilangan yang diakibatkan oleh pengisapan lambung. Meskipun kehilangan magnesiu secara relatif kecil dalam penghisapan nasogastrik, hipomagnesia akan terjadi bila kehilangan berkepanjangan dan cairan parenteral tidak mengandung magnesium. Karena usus kecil distal adalah tempat utama penyerapan magnesium, segala bentuk fungsi usus, seperti reseksi intestin atau penyakit inflamasi usus, dapat menagarah pada hipomagnesemia.<br />
Alkoholisme adalah penyebab hipomagnesia simtomatik yang paling umum di Amerika Serikat. Kondisi ini terutama sangat mengganggu ketika sedang mengobati putus alkohol. Karena hal ini, sangat di anjurkan bahwa kadar magnesium serum di ukur setiap 2 atau 3 hari pada pasien yang sedang menjalani penghentian alkohol. Meskipun kadar megnesium serum dapat normal saat masuk, kadar ini dapat turun sebagai akibat perubahan metabolisme yang berkaitan dengan terapi, seperti perpindahan magnesium intraseluler yang berkaitan dengan pemberian glukosa intravena.<br />
Selama penggantian nutrisi, elektrolit seluler utama di tarik dari serum dalam disimpan dalam sel – sel yang baru saja mengalami sintesis. Karenanya, jika formula pemberian makan ebteral atau parenteral kandungan magnesiumnya kurang, maka hipomagnesemia serius akan terjadi. Kareana hal ini, kadar ion serum yang terutama interseluler ini harus di ukur pada interval yang teratur selama pemberian makan enteral, khususnya pada pasien yang telah mengalami periode kelaparan.<br />
Penyebab lain hipomagnesemia termasuk pemberian aminoglikosida, siklosporine, sisplantin, diuretik, digiitalis, dan amfoteresin, dan pemberian cepat darah bersitrat khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal atau hepatik. Defisiensi magnesium sering terjadi pada pasien dengan diabetik atau ketoasidosis. Kondisi ini secara primer merupakan akibat peningkatan ekresi megnaesium selama diuresis osmotik dan perpindahan magnesium kedalam sel – sel dengan terapi insulin.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Manisfestasi klinis<br />
Manisfestasi klinis hipomagnesemia sangat berkaitan dengan sistem neuromuskuler.Beberapa efeknya akibat secara lnagsung dari rendahnya kadar meagnesium serum, lainnya akibat perubahan – perubahan sekunder dalam metabolisme kalsium dan kalium. Gejala – gejalanya biasanya belu terjadi sampai kadsar magnesium kurang dari 1 mEq/L ( SI: 0.5mmol/L ).<br />
Diantara perubahan neuromuskuler adalah hiperesitrabilitas dengan kelemahan otot, tremor dan gerakan etitod ( gerakan – gerakan lambat kedutan involunter, dan memutar – mutar ). Perubahn lainnya termasuk tetani, tonik klonik dan penggeneralisasian atau kejang vokal, dan stridor laringeal, dan tanda chvostek dan Trousseu positif, yang terjadi sebagian karena hipokalasemia yang menyertai.<br />
Difesiensi magnesium mencetuskan disritmai ajntung seperti, PVC, takikardia supraventrikuler, dan fibrilasi ventrikuler. Peningkatan kerentanan terhadap toksisitas digitalis adalah berkaitan dengan rendahnya kadar megnesium serum. Ini merupakan oertimbanga penting karena pasien yang menerima digoksin juga mungkin mendapat tera[i diuretik, sehingga mencetuskan kehilangan magnesium melalui ginjal.<br />
Hipomagnesemia mungkin disertai oleh perubahn suasana hati yang jelas. Apatis, deperesi gelisah atau agitasi ekstrim telah terbukti, juga ataksia, pusing, insomnia dan kealm pikir. Pada waktunya delirium dan psikosis nyata dapat terjadi, seperti halusinasi dengar atau lihat.<br />
<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Evaluasi Diagnostik<br />
Pada analisi laboraturium, kadar magnesium serum kurang dari 1,5mEq/L atau 1,8 mg/dl ( SI: 0,75mmol/L ). Hipomagnesemia seringkali berkaitan dengan hi[okalemioa dan hipokalsemia. Sekitar 25% magnesium berikatan dengan protein terutama seringkali dengan albumin. Penurunan albumin karenya dapat menurunkan hasil total konsentrasi magnesium. Evaluasi EKG mencerminkan difesiensi magnesium, kalium, dan kalsium, takiaritmia perpanjangan interval PR dan QT, pelebaran QRS, depresi ST, dan pendataran gelombang T. Torsades de pointes, suatu bentuk takikardia ventikuler berkaitan dengan perubahan ketiga elektrolit tersebut. PVC, PAT, dan blok jantung dapat juga terjadi. Kadar magnesium urine dapat membatu dalam mengidentifikasi penyebab penipisan magnesium dan dilakukan setela pemberian magnesium sulfat.<br />
<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penatalaksanaan<br />
Defisiensi magnesium dapat diperbaiki hanya dengan diet saja. Sebagian magnesium yang utama adalah sayuran hijau, kacang – kacangan dan legume, serta buah – buahan seperti pisang, buah anggur dan jeruk. Magnesium juga banyak terkandung dalam mentega kacang dan coklat. Bila diperlukan, garam magnesium dapat juga diberikan per oral untuk menggantikan kehilangan kontinu. Daire adalah komplikasi umum dari magnesium bentuk oral. Pasien yang menerima nutrisi parenteral total membutuhkan magnesium dalam larutan intavena untuk mencegah perkembangan hipomagnesia. Pemberian intravena magnesium sulfat harus dilakukan melalui pompa IV, dan kalsium glukononat harus sudah tersedia untuk berjaga – jaga bila terjadi tetani hipokalsemik atau hipermagnesemia.<br />
Gejala berat hipomagnesemia di atasi dengan pemberian magnesium parenteral. Magnesium sulfat merupakan garam magnesium yang paling umum digunakan. Konsentrasi garam magnesium seri dapat digunakan untuk mengatur dosisnya.<br />
<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Intervensi keperawatan<br />
Perawat harus waspada pada pasien yang beresiko terhadap hipomagnesemia dan mengamti terjadinya kondisi ini. Pasien yang sedang mendapat digitalis harus dipantau dengan ketat karena kekurangan magnesium mencetuskan toksisitas digitalis. Bila hipomagnesemia menjadi berat, perawat harus bersiap diri untuk melakukan tindak kewaspadaan kejang. Kewaspadaan keselamatan lainnya dilakukan, sesuai indikasi jika rejadi kelam pikir.<br />
Karena kesulitan menelan ( dispagia ) dapat terjadi pada pasien denhan penipisan magnesium, kemampuan untuk menelan harus dinuji dengan air sebelum medikasi oral atau makanan diberikan. Disfagia kemungkinan berkaitan dengan gerakan atetoid atau khoreiform ( berkejut cepat, involunter, dan tidak teratur ) yang berkaitan dengan kekurangan magnesium.<br />
Bila kekurangan magnesium dikarenakan salah pengunaan diuretik atau laksatif., penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan masalah. Bagi pasien yang mendapat diet umum yang mengalami kehilangan megnesium abnormal, masukan makana yang banyak mengandung magnesium ( mis, sayuran hijau, kacang – kacangan dan lagume, pisang dan jeruk ) diperbanyak. Jika kekurangan berkenan dengan penyalahgunaan alkohol, rujukan pada pekerja sosial atau Alkoholics Anonymous diindikasikan.<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-36191803270575465592011-07-12T06:27:00.000-07:002011-07-12T06:27:12.043-07:00HIPERKALSEMIA<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">HIPERKALSEMIA</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Definisi</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi ini merupakan ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis krisis hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemmia melalui berbagai mekanisme. Sekresi hormon paratiroid berlebih yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatnya pelepasan kalsium dari tulang an meningkatnya penyerapan kalsium pada usu dan ginjal.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebakan kenaikan kalsium total ( dan secara khusus terionisasi ) dalam aliran darah. Hiperkalsemia simtomatik akibat imobilisasi, bagaimanapun jarang terjadi, bila memang terjadi hal ini tampaknya terbatas pada individu dengan angka kepulihan kalsium yang tinggi </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">( seperti pada remaja selama pertumbuhan yang cepat ). Sebagian besar kasus hiperkalsemia sekunder terhadap imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau multipel atau paralisis traumatik yang luas.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Diuretik tiasid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena diuretik ini memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi ekskresi kalsium urine. Sindrom susu – alkali dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptikum yang di obati dalam waktu lama menggunakan antasida susu dan alkalin, terutama kalsium karbonat. Intoksikasi vitamin A dan D, juga penggunaan litium, dapat menyebabkan kelebihan kalsium.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Disamping itu meningkatnya kalsium dalamdarah juga didukung dengan asupan kalsium yang memang tinggi sertameningkatnya penyerapan kalsium pada sluran cerna.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Manisfestasi Klinis</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Secara umum, gejala – gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksatabilitas neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala sperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi pada mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan kalsium yang bwrkaitan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri abdomen dan tulang dapat terjadi. Distensi abdomen dan paralitik ileus dapat menyulitka krisis hiperkalsemia hebat. Rasa haus yang hebat dapat terjadi sekunder terhadap poliuria yang disebabakan oleh beban zat terlarut ( kalsium ) yang tinggi. Pasien dengan hiperkalsemia dapat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus peptikum karena hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganggu dengan kadar serum kalsium hanya 12mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum kembali pada normal setelah pengobatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum adalah sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya, toksisitas digitalis diperberat oleh hiperkalsemia.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga 17mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat atau poliuria secara khas ada. Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan muskular, mual yang tidak dapat dihilangkan, kram andomen, obstipasi ( konstipasi yang sangat hebat ) atau diare, gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi, konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan henti jantung.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Evaluasi Diagnostik </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5mg/dl ( SI: 2,6mmol/L ). Perubahan – perubahan kardiovaskuler dapat mencakup beragam disritmia dan perpendekan interval QT dan segmen ST. Interval PR kadang memanjang. Uji antibodi hormon paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan antara hiperparatiroidisme dengan malignansi sebagai penyebab hiperkalsemia. Kadar hormon paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme primer atau sekunder dan ditekan paa malignansi. Temuan rontgen dapat menunjukan adanya osteoporosis, kavitasi tulang, atau batu saluran kemih.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penatalaksanaan </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum dan memeperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasari ( kemoterapi untuk malignansi atau paratirodektomi parsial untuk hiperparatiroidisme ) adalah penting.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan menungkatkan eksresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melaui diet. Pemberian larutan natrium klorida 0.9% intravena secara temporer mengencerkan kadar kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan menghambat reabsorbsi kalsium ditubular. Furosemid ( lasix ) sering digunakan dalam kaitannya dengan pemberian salin, selain menyebabkan dieuresis, furosemid meningkatkan ekskresi kalsium.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Kalsitosin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang tidak apat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitosin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan defosit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urine. Meskipun tesedia dalam beberapa bentuk, kalsitosin yang didapatkan dari salmon umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi terhadap kalsitosin salmon penting untuk dilakukan sebelum kalsitosin diberikan. Reaksi alergi sistemik mungkin terjadi karena hormon ini merupakan protein, resistensi terhadap medikasi ini dapat berbentuk kemudian karena pembentukan antibodi. Kalsitosin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkuta karena pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada pengendalian kondisi melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi. Kortikosteroid mungkin digunakan untuk menurunkan pergantian tulang dan reabsorbsi tubular bagi pasien dengan sarkoidosis, mieloma, limfoma, dan leukimia, pasien dengan tumor padat kurang responsif. Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklas. Pamidronat ( Aredia ) adalah agen yang paling paten dari preparat ini dan diberikan secara intravena, obat ini menyebabkan pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah SDP, dan miralgia. Etidronat ( didronel ) adalah bifosfonat lainnya yang diberikan secara intravena, tetapi kerjanya lambat. Mitharamycin, suatu antibiotik sitotoksik, menghambat resorpsi tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum. Preparat ini harus digunakan secara hati – hati karena memiliki efek samping yang signifikan, termasuk trombositosenia, nefrotoksisitas, dan hepatotoksistas. Garam fosfat inorganik dapat diberikan secara oral atau melalui selang nasogastrik (dalam bentuk phosbo-soda atau neutra-Phos), secara rektal ( sebagai enema retensi ), atau secara intravena. Terapi fosfat intravena dilakukan dengan sangat hati – hati dalam mengobati hiperkalsemia karena hal ini dapat menyebabkan klasifikasi dalam beragam jaringan, hipotensi, tetani, dan gagal ginjal akut.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Intervensi Keperawatan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Penting untuk memanatau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang beresiko terhadap kelainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan mobilitas pasien dan memperbanyak cairan, dapt membantu mencegah hiperkalsemia, atau setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat yang bereriko tehadap hiperkalsemia diberikan dorongan untuk ambulasi secepat mungkin, pasien rawat jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan tentang pentingnya ambulasi yang sering. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;">Ketika memperbanyak cairan oral, perawat harus mwmpertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan pasien. Cairan yang menganduing natrium harus diberikan, kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi lainnya, karena natrium memudahkan ekskresi kalsium. Pasien yang dirawat dirumah didorong untuk minum 3 sampai 4 quart air setiap hari, jika memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan dilakukan sesuai kebutuhan, ketika gejala – gejala mental akibat hiperkalsemia timbul. Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mentak ini dapat pulih dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis, karenanya pasien dikaji terhadap tanda dan gejala toksisitas digitalis. Perubhan EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan blok jantung) , karenanya nadi pasien dipantau terhadap segala abnormalitas.</span></div><div style="line-height: normal; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Arial Unicode MS', sans-serif;"><br />
</span></div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-77493114895657788512011-07-12T06:23:00.000-07:002011-07-12T06:23:12.510-07:00HIPOKALSEMIA<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; tab-stops: 45.2pt; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">HIPOKALSEMIA</span><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Definisi<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis. Bagaimanapun pasien, dapat mengalai kekurangan kalsium tubuh total ( seperti pada osteoporosis ) dan mempertahankan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kadar kalsium normal. Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi tulang adalah berkaitan dengan imobilisasi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Faktor Penyebab Hipokalsemia<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam gangguan ini, seperti yang terjadi pada hipoparatiroidisme bedah. Hipoparatiroidisme akibat bedah sangat sering terjadi. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan. Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat ( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara membuangnya dari sirkulasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Inflamsi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses ini, hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi dugaan dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu hormon yang menurunkan ion kalsium ).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat. Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein, sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak menyerang orang Amerika terutama wanita pasca – menopause. Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan terhadap fraktur. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Manisfestasi Klinis<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari – jari, sekitar mulut, dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang di persarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk dengan hipokalsemia termasuk perubahan – perubahan mental seperti depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Evalusi Diagnostik<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Ketika mengevaluasi kasar serum, perawat harus mempertimbangkan variabel lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien. Karena abnormalitas dalam kadar serum, mungkin perlu untuk menghitung serum kalsium yang diperbaiki jika kadar albumin serum abnormal. Untuk setiap penurunan serum albumin 1g/dl di bawah 4g/dl, kadar kalsium serum total di abaikan hingga mendekati 0,8 mg/dl. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Para praktisi klinis akan mengabaikan kadar kalsium serum yang rendah pada adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium yang berionisasi biasanya normal pada pasien dengan penurunan kadar kalsium seru total dan hipoalbuminemia konkomitan. Bila pH arteri meningkat ( alkalosis ), maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan protein. Sebagai hasilnya, porsi yang di ionisasi menjadi turun. Gejala – gejala hipokalsemia dapat terjadi pad adanya alkalosis. Asidosis ( pH rendah )mempunyai efek sebaliknya; yaitu, lebih sedikit kalsium yang berkaitan dengan protein dan dengan demikian lebih banyak yang terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanapun perubahan yang secara relatif kecil terjadi selama abnormalitas asam basa ini. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Idealnya, laboraturium harus mengukur kadar kalsium yang diionisasi. Bagaimanapun, kebanyakan laboraturium hanya melaporkan kadar kalsium total; dengan demikian, konsentraksi fraksi terionisasi harus diperkirakan berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara stimulan. Kadar hormon paratiroid akan menurun pada hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan fosfor harus dikaji untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan kalsium.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Penatalaksaan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk kalsium glukonat, kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibanding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian infus intravena kalsium yang terlalu cepat dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian kalsium intavena terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang merugikan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi ion kalsium dari traktus GI. Antasid hidroksida alumunium dapat diresepkan untuk menurunkan</span><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati hipokalsemia. Dan terakhir, menigkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat di anjurkan ( produk dari susu; sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin, dan oyster segar ). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium IV maka kadar magnesium yang rendah di gali sebagai kemungkinan penyebab tetani. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Intervensi keperawatan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Penting artinya untuk menagamati hipokalsemia pada pasien beresiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat. Status jalan nafas harus di pantau dengan teliti karena dapat terjadi stridor laringeal. Tindak keamanaan kewaspadaan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Arial Unicode MS","sans-serif";">Individu beresiko terhadap osteoporosisi diintruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine.<o:p></o:p></span></div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-54470849375229729152011-07-07T03:58:00.001-07:002011-07-07T03:58:32.024-07:00VARISELAVARISELA<br />
<br />
1. Definisi<br />
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.<br />
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.<br />
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.<br />
<br />
2. Etiologi<br />
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus.<br />
<br />
3. Patofisiologi<br />
Menyebar Hematogen.<br />
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.<br />
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.<br />
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.<br />
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.<br />
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.<br />
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.<br />
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.<br />
<br />
4. Sign / Symtoms<br />
- Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.<br />
- Pusing.<br />
- Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.<br />
- Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar).<br />
- Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.<br />
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.<br />
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.<br />
<br />
5. Komplikasi<br />
Komplikasi Tersering secara umum :<br />
a. Pnemonia<br />
b. Kelainan ginjal.<br />
c. Ensefalitis.<br />
d. Meningitis.<br />
Komplikasi yang langka :<br />
a. Radang sumsum tulang.<br />
b. Kegagalan hati.<br />
c. Hepatitis.<br />
d. Sindrom Reye.<br />
Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang pari-paru atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak..<br />
<br />
6. Treatment<br />
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.<br />
<br />
• Umum<br />
1. Isolasi untuk mencegah penularan.<br />
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).<br />
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.<br />
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.<br />
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.<br />
- Jangan menggaruk vesikel.<br />
- Kuku jangan dibiarkan panjang.<br />
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan digosok.<br />
Farmakoterapi<br />
1. Antivirus dan Asiklovir<br />
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.<br />
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam<br />
- Parasetamol atau ibuprofen.<br />
- Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.<br />
3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.<br />
4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.<br />
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).<br />
Pencegahan :<br />
1. Hindari kontak dengan penderita.<br />
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.<br />
3. Imunoglobulin Varicella Zoster<br />
- Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.<br />
- Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.<br />
<br />
<br />
B. KONSEP KEPERAWATAN<br />
1. Pengkajian<br />
Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.<br />
Data Objektif :<br />
a. Integumen : kulit hangat, pucat.<br />
adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih.<br />
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.<br />
c. Psikologis : menarik diri.<br />
d. GI : anoreksia.<br />
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.<br />
2. Diagnosa Keperawatan<br />
a. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.<br />
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.<br />
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.<br />
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.<br />
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.<br />
<br />
3. Intervensi<br />
1) Diagnosa 1<br />
a. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.<br />
b. Intervensi<br />
- Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dnegan pasien.<br />
Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.<br />
- Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan kulit.<br />
Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.<br />
- Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.<br />
Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.<br />
- Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.<br />
Rasional : rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.<br />
- Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)<br />
Rasional : meningkatkan penyembuhan.<br />
- Awasi tanda vital<br />
Rasional : Indikator terjadinya infeksi.<br />
<br />
2) Diagnosa 2<br />
a. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.<br />
b. Intervensi<br />
- Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.<br />
Rasional : mengetahui keadaan integritas kulit.<br />
- Berikan perawatan kulit<br />
Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.<br />
<br />
<br />
3) Diagnosa 3<br />
a. Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.<br />
b. Intervensi<br />
- Berikan makanan sedikit tapi sering.<br />
Rasional : membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.<br />
- Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.<br />
Rasional : meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.<br />
<br />
4) Diagnosa 4<br />
a. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.<br />
b. Intervensi<br />
- Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.<br />
Rasional : memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.<br />
- Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.<br />
Rasional : memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.<br />
<br />
5) Diagnosa 5<br />
a. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.<br />
b. Intervensi<br />
- Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.<br />
Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.<br />
<br />
4. Implementasi<br />
1) Diagnosa 1<br />
a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.<br />
b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.<br />
c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.<br />
d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.<br />
e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).<br />
f. Mengawasi tanda vital.<br />
<br />
2) Diagnosa 2<br />
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.<br />
b. Memberikan perawatan kulit.<br />
<br />
3). Diagnosa 3<br />
a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.<br />
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.<br />
<br />
4) Diagnosa 4<br />
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.<br />
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.<br />
<br />
5) Diagnosa 5<br />
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.<br />
<br />
5. Evaluasi<br />
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.<br />
<br />
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.<br />
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7<br />
Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html<br />
Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtleM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-83284952069438768962011-07-07T03:54:00.000-07:002011-07-07T03:54:19.830-07:00Si Daun Sirih dan Epistaksis (Mimisan)Daun sirih<br />
<br />
Secara tradisional, orang Indonesia spontan akan menggulung selembar daun sirih (piper betle lynn) dan memasukkannya ke hidung bocah untuk menyumbat darah yang keluar akibat mimisan. Dalam sekejap, aliran darah dari hidung itu pun berhenti.<br />
Harus diakui, hingga saat ini, belum banyak kajian ilmiah tentang kaitan mimisan dengan daun sirih tersebut. Namun, dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia (1987) disebutkan, jika diisap, cairan daun sirih mampu menghentikan perdarahan pada hidung.<br />
Adapun ekstrak daun sirih bisa digunakan untuk berkumur jika mulut sedang bengkak, menghilangkan bau mulut, serta menghentikan darah ketika gigi dicabut. Bahkan, rasa gatal dan bisul kecil dapat disembuhkan dengan mencuci bagian tersebut dengan ekstrak daun sirih.<br />
Hal itu terjadi, antara lain, karena daun sirih mengandung styptic yang bisa menahan perdarahan. Sedangkan seluruh tumbuhan sirih mengandung arecoline yang bisa merangsang saraf pusat, meningkatkan daya pikir, gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran.<br />
Daun sirih di yakini bisa meredakan kucuran darah dari hidung atau mimisan, khasiat daun sirih membantu menutupnya pembuluh darah yang pecah di hidung .Daun sirih lebih efektif karena memiliki dua fungsi.Fungsi pertama adalah mekanis dan kedua berfungsi kimiawi. Fungsi mekanis daun sirih adalah menekan pembuluh darah didalam hidung, saat gulungan daun dimasukkan ke dalam lubang hidung yang mimisan. Dengan begitu, otomatis penutupan pembuluh darah yang pecah bertambah cepat. Sedangkan fungsi kimiawi daun sirih disebabkan adanya kandungan zat kimia bernama tanin di dalamnya zat ini bisa membantu menutup pembuluh darah yang pecah di hidung. Sumber lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih mengandung betalephenol dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan anti jamur. Itulah sebabnya, daun sirih bersifat menahan pebuluh darah, menyembuhkan luka pada kulit, dan menghentikan pendarahan.Fungsi daun sirih sebagai desinfektan atau pembunuh kuman, membuat tanaman obat tradisional ini dapat membunuh bakteri atau kuman yang terdapat dalam hidung. Selain menghentikan pendarahan , akan mengurangi luka dihidung akibat infeksi.<br />
Daun sirih juga mengandung eugenol yang bisa mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur candida albicans yang antara lain menyebabkan keputihan pada kaum wanita, dan bisa meredakan rasa nyeri. Selain itu, terdapat pula kandungan tanin yang bisa mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare.<br />
Yang pasti, daun sirih mengandung banyak jaringan yang berisi kelenjar minyak aetheris atau minyak terbang (Kompas, 4/11/1971). Minyak yang bisa diperoleh dengan cara menyuling ini terutama mengandung senyawa chavicol dan fenol. Karena itu, minyak sirih sangat berguna untuk mengobati batuk dan radang selaput lendir tenggorokan.<br />
Kenyataannya, daun sirih memang tidak asing dalam kehidupan dan pengobatan tradisional. Sejak sekitar tahun 600 SM, masyarakat tradisional Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan. Dari tata cara adat hingga pengobatan. Sayang, daun yang sangat bermanfaat ini semakin "hilang" dari halaman rumah…. ***<br />
<br />
Pertolongan pada mimisan (epistaksis )<br />
1. Duduk, agar hidung anak lebih tinggi dari jantung.<br />
2. Membungkuk ke depan sedikit, dan bernapas dari<br />
mulut.<br />
3. Jangan tidur terlentang. Aliran darah ke hidung<br />
bertambah deras,<br />
dan darah dapat tertelan ke belakang.<br />
4. Tekan hidung selama 5 menit. Yang ditekan adalah<br />
seluruh bagian<br />
depan cuping hidung, tepat di atas lubang hidung.<br />
5. Tangan yang lain dapat digunakan untuk memberi<br />
kompres dingin<br />
menggunakan es pada tulang hidung, untuk memperlambat<br />
aliran darah<br />
ke hidung.<br />
6. Bila setelah 5 menit masih berdarah, tekan lagi<br />
selama 10 menit.<br />
7. Kalau masih tetap berdarah, bawalah anak ke ruang<br />
gawat darurat<br />
rumah sakit.<br />
8. Bila sudah sering mengalami mimisan, dapat meminta campuran lidokain 4% untuk mengurangi nyeri dan epinefrin 1 :<br />
10.000 untuk<br />
mempercepat darah berhenti. Pemasangan selama 10-15<br />
menit seringkali<br />
sudah cukup. Semprotan hidung oxymetazoline 0.05% juga<br />
dapat<br />
membantu<br />
Panik kah Anda ketika tiba-tiba melihat si buah hati banyak mengeluarkan darah dari hidungnya?Bagi yang sering mengalami hal ini maupun yang ingin mengetahui seputar Mimisan, disini ada beberapa Fakta dan Tips seputar Mimisan, semoga bermanfaat.Apakah mimisan berbahaya?Sebagian besar mimisan pada anak tidak berbahaya.Jadi, tak perlu panik. Selama anak terlihat sehat dan aktif, juga tidak disertai gejala lain seperti demam,orangtua tak perlu kelewat khawatir.Tapi harus selalu waspada ! Mengapa dari hidung sering keluar darah atau mimisan?Maklum saja, hidung punya banyak pembuluh darah,terutama di balik lapisan tipis cupingnya.Mengapa mimisan paling sering terjadi pada anak?Selaput lendir dan pembuluh darah anak masih tipis dan sensitif, sehingga saat ada faktor pencetus seperti udara dingin atau trauma ringan, darah pun langsung mengucur keluar. Terjadinya pun umumnya spontan, ringan, dan mudah berhenti.Apa saja faktor pencetus mimisan pada anak?- TraumaSeperti akibat benturan benda keras, kemasukan benda asing, atau dikorek-korek yang membuat selaput lendir dan pembuluh darah di hidung terluka dan menyebabkan perdarahan.- Penggunaan AC tidak bijakCara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering.Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.- Reaksi refluksKhusus untuk bayi, mimisan bisa terjadi karena reaksi refluks. Ini terjadi saat bayi muntah atau gumoh.Aliran balik makanan dari lambung ke mulut atau hidung dapat menyebabkan mimisan. Muntahan yang banyak mengandung zat asam itu bisa mengiritasi atau melukai hidung. Mimisan pada bayi umumnya juga sembuh sendiri dan tidak perlu penanganan khusus.- Faktor keturunanAnak-anak tertentu lahir dengan pembuluh darah di hidung yang gampang pecah dan berdarah. Jika kelembapan udara sangat rendah seperti di negeri subtropis dan suhunya sangat dingin, maka anak-anak seperti ini umumnya tidak sehingga hidungnya terus-menerus mengeluarkan darah. Padahal, banyak anak lain yang tidak merasakan gangguan serupa.Pernah ada kasus seorang anak Indonesia batal melanjutkan sekolahnya selama musim dingin ke negeri empat musim "hanya" karena berbakat mimisan.Bagaimana mengatasinya?Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menghentikan perdarahan tanpa bantuan obat dan alat. Cukup dengan duduk dengan posisi badan dan kepala agak maju ke depan. Lalu gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menekan dan menutup hidung. Sedangkan mulut dibuka untuk bernapas. Lakukan selama 1-2 menit. Tak berapa lama kemudian biasanya darah langsung berhenti.Dengan memajukan kepala berarti darah tidak akan mengalir kembali ke tenggorokan. Gunanya mencegah iritasi dan batuk, tersedak, atau muntah darah. Posisi duduk juga membuat aliran darah lebih lambat, karena posisi jantung sebagai pusat pompa darah berada di bawah hidung. Berbeda jika anak dibaringkan, karena posisi jantung berada sejajar dengan hidung, sehingga darah yang mengalir pun relatif lebih cepat.Jika cara pertama belum berhasil, cobalah kompres hidung dengan es. Bungkuslah es dengan saputangan lalu tempelkan di antara kening dan hidung. Selain es, benda lain seperti makanan atau minuman beku bisa digunakan. Es dan benda dingin lainnya yang ditempelkan mampu mengecilkan pembuluh darah sehingga perdarahan pun cepat berhenti. Kompres bisa dilakukan saat perdarahan sedang berlangsung maupun berhenti.Hal yang penting dilakukan, bersikaplah tenang saat si kecil mimisan. Kepanikan orangtua dapat membuat anak ikut panik dan menangis. Akhirnya, perdarahan sulit dihentikan.Bagaimana kalau darah belum berhenti keluar?Jika dalam waktu 15-20 menit perdarahan tidak kunjung berhenti, ulangi gerakan menutup dan menekan hidung seperti dijelaskan tadi. Segera datangi klinik dokter atau rumah sakit terdekat jika mimisan tidak berhenti.Dokter akan membantu dengan memberikan obat tetes atau obat semprot yang mampu menghambat pecahnya pembuluh darah. Bahkan, boleh jadi bagian hidung yang berdarah dibakar (dikostik) agar darah tidak terus-menerus keluar, kemudian hidung dibersihkan. Kalau tidak berhasil, dokter akan memberi tampon atau kapas dengan salep vaselin selama 1-2 hari. Fungsinya menekan dan mengistirahatkan perdarahan.Setelah darah berhenti keluar, apa yang harus dilakukan?Usahakan anak tidak mengembuskan napas lewat hidung terlalu keras. Anak juga harus dijelaskan agar tidak mengorek-ngorek hidung atau bekas luka yang mengering.Tindakan itu akan menyebabkan hidung mengalami perdarahan kembali.Akankah kejadian mimisan reda selamanya?Jika sudah diatasi maka gangguan mimisan pun akan berhenti. Mimisan karena demam berdarah, misalnya, tentu akan hilang setelah demam berdarahnya sembuh.Demikian juga dengan mimisan karena penyakit infeksi,setelah diobati, mimisan pun segera pergi.Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah.Mimisan seperti apa yang perlu ditangani serius?Meski mayoritas kasus mimisan tidak berbahaya, orangtua hendaknya waspada jika frekuensi mimisan itu cukup sering, tiap 1-2 hari. Ini karena ada kemungkinan si kecil mengidap penyakit berbahaya.Penyakit seperti ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), demam berdarah, leukemia, thalasemia berat, atau hemofilia, bisa juga menunjukkan gejala mimisan. Ini karena kadar trombosit yang rendah bisa menyebabkan perdarahan di hidung. Anak hemofilia bisasaja memiliki kadar trombosit yang normal, tapi faktor pembekuan darahnya rendah sehingga sering mengalami perdarahan. Meski kasusnya sangat jarang, anak darah tinggi dan gagal ginjal pun memiliki risiko besar mengalami mimisan. Demikian juga anak dengan riwayat hipertensi (tekanan darah tinggi).Perhatikan gejala-gejala yang mungkin menyertai. Jika disertai demam, kemungkinan penyebabnya penyakit infeksi seperti demam berdarah. Jika disertai munculnya bercak-bercak darah kemungkinan menjurus pada leukemia atau ITP. Sedangkan pada sinusitis umumnya mimisan disertai sakit kepala.Berbeda dari mimisan normal yang umumnya bersumber pada bagian anterior (bagian depan rongga hidung), maka mimisan yang disertai penyakit berbahaya bersumber dari bagian dalam hidung (posterior). Tak heran, darah yang keluar banyak dan sulit dihentikan.Perdarahan yang banyak bisa membuat anak kekurangan darah (anemia). Bahkan, bukan tidak mungkin menyebabkannya pingsan. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan vitamin dan mineral. Lain hal jika anak kehilangan darah cukup banyak. Sangat mungkin dia harus menjalani transfusi darah.Apakah pemakaian obat-obat tertentu dapat menyebabkan mimisan?Ya, penggunaan obat-obat tertentu pun bisa menyebabkan mimisan. Obat antipanas yang mengandung acetyl salicylic acid, misalnya, pada beberapa anak bisa menyebabkan mimisan. Segera konsultasikan pada dokter jika obat tertentu memberikan reaksi kurang baik seperti mimisan pada anak.TIPS MENCEGAH MIMISAN* Gunakan AC dengan bijak dan aman. Jangan menyetel AC terlalu dingin dan lama. Selain boros energi, udara di ruangan akan menjadi sangat dingin dan kering. Untuk Indonesia, suhu 23-26oC relatif cukup.* Hindari anak dari paparan asap rokok. Selain dapat mengiritasi saluran pernapasan, rokok juga bisa mengeringkan saluran hidung. Ini jelas akan membuat anak mudah mengalami mimisan.* Saat gatal, pilek, atau membersihkan kotoran hidung,ajari anak untuk menggunakan tisu maupun saputangan. Hindari kebiasaan mengorek-ngorek hidung atau mengembuskan udara lewat hidung terlalu keras.* Usahakan banyak makan sayur dan buah guna memperkuat selaput lendir hidung.* Jauhkan anak dari benda-benda pencetus alergi dirumah. Barang-barang berbahaya juga sebaiknya disingkirkan agar tidak sampai mencederai anak.Semoga bermanfaat.<br />
<br />
Mimisan atau keluarnya darah yang mengalir dari hidung, kerap terjadi begitu saja pada sikecil . Bila darah yang keluar berjumlah banyak dan sulit dihentikan, perlu hati-hati. Mimisan atau episteksis lebih banyak terjadi pada balita dibandingkan orang dewasa. Penyebabnya selaput lendir hidungnya masih tipis sehingga pembuluh darah mudah pecah. Selain tipisnya, selaput lendir, mimisan juga terjadi karena pecahnya pembuluh darah di hidung anak, tumor dihidung, tumor disinus paranasal atau tumor di nasofaring. Pecahnya pembuluh darah di hidung paling banyak disebabkan oleh kebiasaan buruk anak, misalnya sering mengutak-atik kotoran hidung (mengupil) sehingga pembuluh darah di sekitar hidung rusak atau mengalami infeksi. Pecahnya pembuluh darah pada hidung juga bisa dipicu oleh udara yang terlalu dingin, atau kondisi udara yang terlalu kering.Daun sirih di yakini bisa meredakan kucuran darah dari hidung atau mimisan, khasiat daun sirih membantu menutupnya pembuluh darah yang pecah di hidung .Daun sirih lebih efektif karena memiliki dua fungsi.Fungsi pertama adalah mekanis dan kedua berfungsi kimiawi. Fungsi mekanis daun sirih adalah menekan pembuluh darah didalam hidung, saat gulungan daun dimasukkan ke dalam lubang hidung yang mimisan. Dengan begitu, otomatis penutupan pembuluh darah yang pecah bertambah cepat.Sedangkan fungsi kimiawi daun sirih disebabkan adanya kandungan zat kimia bernama tanin di dalamnya zat ini bisa membantu menutup pembuluh darah yang pecah di hidung. Sumber lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih mengandung betalephenol dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan anti jamur. Itulah sebabnya, daun sirih bersifat menahan pebuluh darah, menyembuhkan luka pada kulit, dan menghentikan pendarahan.Fungsi daun sirih sebagai desinfektan atau pembunuh kuman, membuat tanaman obat tradisional ini dapat membunuh bakteri atau kuman yang terdapat dalam hidung. Selain menghentikan pendarahan , akan mengurangi luka dihidung akibat infeksi. (info-sehat)eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-44228404309903417132011-05-18T07:31:00.000-07:002011-05-18T07:31:01.952-07:00ASTHMA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFSmMu11MjRTj3P88-G-1i8zQK5qIj1eRtDSoEpXNPe-8QEndgbcmM3OPWF-_tloaPhFiToVdAnsDFVoz1ZLIPnFalis1n9Jmi6WKAJiI5rj0eZ4sxo5fnMd4R5-egePY3YczhRNj1Ary6/s1600/ASMA.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFSmMu11MjRTj3P88-G-1i8zQK5qIj1eRtDSoEpXNPe-8QEndgbcmM3OPWF-_tloaPhFiToVdAnsDFVoz1ZLIPnFalis1n9Jmi6WKAJiI5rj0eZ4sxo5fnMd4R5-egePY3YczhRNj1Ary6/s320/ASMA.jpg" width="311" /></a></div>A. Konsep dasar<br />
1. Pengertian<br />
a. Asthma Bronkiale<br />
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan,(Tjen Daniel, 1991).<br />
b. Status Astmatikus<br />
Status Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B. Baratawidjaja, 1995).<br />
Faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah<br />
a. Anatomi dan fisiologi<br />
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh. Serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Lorraine M.wilson,1995).<br />
Secara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua zona, zona konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring,trakea, bronkus, bronkiolus segmentalis dan berakir pada bronkiolus terminalis. Sedangkan zona respiratoris dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan berakhir pada sakus alveulus terminalis (N.L.G.Yasmin, 1995 dan Syaifuddin,1997).<br />
Saluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kerongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epiotel thorak yang bertingkat, bersilia dan bersel goblet.Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang sisekresi sel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung. Sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus untuk kemudian dibatukkan atau ditelan. Air untuk kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai keudara inspirasi berasal dari jaringan dibawahnya yang kaya dengan pembulu darah, sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembapanya mencapai 100%(Lorraine M. Wilson, 1995).<br />
Udara mengalir dari hidung kefaring yang merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : nasofaring, orofaring dan laringofaring. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat follikel getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak, (Syaifuddin,1997).<br />
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke trakea di bawahnya (Syaifuddin,1997). Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Pada saat menelan, gerakan laring keatas, penutupan dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika benda asing masih bisa melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi batuk yang akan membantu merngeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah, (Larroin M.W, 1995).<br />
Trakea dibentuk 16 sampai dengan 20 cincin tulang rawan, yang berbentuk seperti kuku kuda dengan panjang kurang lebih 5 inci (9-11 cm), lebar 2,5 cm, dan diantara kartilago satu dengan yang lain dihubaungkan oleh jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar(sel bersilia) yang hanya bergerak keluar. Sel-sel bersilia ini berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara pernafasan, dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukusa, (Syaifuddin,1997).<br />
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. Sedangkan tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri disebut karina. Karina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika batuk dirangsang . Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih vertikal dari yang kiri. Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih panjang,dan lebih kecil, terdiri dari 9-12 cicin serta mempunyai dua cabang,(Syaifuddin,1997).<br />
Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran uadara ,mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis ini disebut saluran penghantar udara atau zona konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar epitellium yang mengandung lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch reseptor yang dilanjutkan oleh nervus vagus,(Lorraine M. Wilson,1995).<br />
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru , yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : Bronkiolus respiratoris, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir dari paru. (Lorraine M.Wilson,1995 ).<br />
Secara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pertukaran gas dan keseimbangan asam basa. Fungsi pertukaran gas ada tiga proses yang terjadi. Pertama ventilasi, merupakan proses pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-cabang trakeo bronkial sehingga oksigen sampai pada alveoli dan karbondioksida dibuang. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan. Udara akan mengalir dari tekanan yang tianggi ke tekanan yang rendah. Selama inspirasi volume thorak bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat. Peningkatan volume ini menyebabkan menurunan tekanan intra pleura dari –4 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir) menjadi sekita –8mmHg. Pada saat yang sama tekanan pada intra pulmunal menurun –2 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir). Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir kedalam paru sampai tekanan saluran udara sama dengan tekanan atmosfir. Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa meningkat 1-2 mmHg akibat volume torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar paru,(Lorraine M. Wilson,1995).<br />
Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari alveoli ke kapiler melalui membran alveoli-kapiler. Proses ini terjadi karena gas mengalir dari tempat yang tinggai tekanan parsialnya ketempat yang lebih rendah tekanan partialnya. Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan partial yang lebih tinggi dari oksigen yang berada didalam darah. Karbondioksida darah lebih tinggi tekanan partialnya dari pada karbondioksida dialveoli. Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke alveoli,(John Gibson,1995).<br />
Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari kapiler ke jaringan melalui transpor aliran darah. Oksigen dapat masik ke jaringan melalui dua jalan : pertama secara fisik larut dalam plasma dan secara kimiawi berikata dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin, sedangkan karbondioksida ditransportasi dalam darah sebagai bikarbonat, natrium bikarbonat dalam plasma dan kalium bikarbonat dalam sel-sel darah merah. Satu gram hemoglobin dapat mengika 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi hemoglobin rata-rata dalam darah orang dewasa sebesar 15 gram, maka 20,1 ml oksigen bila darah jenuh total ( Sa O2 = 100% ),bila darah teroksigenasi mencapai jaringan . Oksigen mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan karena tekanan partial oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam cairan jaringan. Dari dalam cairan jaringan oksigen mengalir kedalan sel-sel sesuai kebutuhan masing-masing. Sedangkan karbondioksida yang dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan jaringan. Tekanan partial karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada tekanan dalam darah maka karbondioksida mengalir dari cairan jaringan kedalam darah (Lorraine M.Wilson, 1995).<br />
Fungsi sebagain pengaturan keseimbangan asam basa : pH darah yang normal berkisar 7,35 – 7,45. Sedangkan manusia dapat hidup dalam rentang pH 7,0 – 7,45. Pada peninggian CO2 baik karena kegagalan fungsi maupun tambahnya produksi CO2 jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis respiratoris adalah keadaan terjadinya retensi CO2 atau CO2 yang diproduksi oleh jaringan lebih banyak dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. Sedangkan alkalosis respiratorius adalah suatu keadaan Pa CO2 turun akibat hiper ventilasi, (Hudak dan Gallo,1997 ).<br />
b. Patofisiologi<br />
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).<br />
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.<br />
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )<br />
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).<br />
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen daniel,1991 ).<br />
c. Penatalaksanaan<br />
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.<br />
1. Penobatan non farmakologik<br />
a) Penyuluhan<br />
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.<br />
b) Menghindari faktor pencetus<br />
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.<br />
c) Fisioterapi<br />
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.<br />
<br />
2. Pengobatan farmakologik<br />
a) Agonis beta<br />
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).<br />
b) Metil Xantin<br />
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.<br />
c) Kortikosteroid<br />
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.<br />
d) Kromolin<br />
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.<br />
e) Ketotifen<br />
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.<br />
f) Iprutropioum bromide (Atroven)<br />
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.<br />
(Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )<br />
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus<br />
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam<br />
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul<br />
c) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.<br />
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.<br />
e) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.<br />
f) Antibiotik spektrum luas.<br />
(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo Surabaya ).<br />
Dampak masalah<br />
a. Pada klien<br />
Penderita asthma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk menghindari faktor pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup sanpai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan asthma, maka terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat lelah dan ketidak mampuan memenuhi ADL. Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri, merasa tidak mampu, berkepribadian labil,mudah tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain, terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan peranya, (Antony C. 1997 ; Tjen daniel, 1991).<br />
b. Pada keluarga<br />
Melihat kondisi klien dengan gejala asthma dan dirawat dirumah sakit, tentang penyebab, prognosa penyakit dan keberhasilan dari terapi, akan menimbulkan kecemasan pada keluarga. Perlunya klien dirawat dirumahsakit menimbulkan respon kehilangan pada keluarga yang ditinggalkan. Peran klien dalam keluarga sebagai sumber ekonomi akan terganggu karena klien tidak bisa masuk kerja serta perawatan dan biaya rumah sakit yang tidak sedikit akan menjadi beban bagi keluarga.<br />
<br />
B. Asuhan Keperawatan<br />
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang, optimal didalam memberikan asuhan keperawatan dugunakan metode proses keperawatan yang meliputi:pengkajian, diagnosa keperawatanm, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.<br />
1. Pengkajian<br />
a. Pengumpulan data.<br />
1) Identitas klien.<br />
Pengajian mengenai nama, umur danjenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status asthmatikus. Serangan asthma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa di mingkinkan adanya faktor non atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. Status perkawinan, gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis. (Antony C, 1997; M Amin 1993; karnen B 1994).<br />
2) Riwayat penyakit sekarang.<br />
Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.<br />
3) Riwayat penyakit dahulu.<br />
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma (Tjen Daniel, 1991)<br />
4) Riwayat kesehatan keluarga.<br />
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)<br />
5) Riwayat spikososial<br />
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).<br />
6) Pola fungsi kesehatan<br />
a) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat<br />
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan asthma (Antony Crokett ;1997, Tjien Daniel ;1991, Karnen B;1994)<br />
b) Pola nutrisi dan metabolisme<br />
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas yang dialami klien, (Hudak dan Gallo;1997)<br />
c) Pola eliminasi<br />
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.<br />
d) Pola tidur dan istirahat<br />
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, ( Antony C;1997)<br />
e) Pola aktifitas dan latihan<br />
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan Exerase Induced Asthma, (Tjien Daniel;1991)<br />
f) Pola hubungan dan peran<br />
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja, (Antony C, 1997)<br />
g) Pola persepsi dan konsep diri<br />
Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang berulang.<br />
h) Pola sensori dan kognetif<br />
Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan memepengaruhi konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi.<br />
i) Pola reproduksi seksual<br />
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.<br />
j) Pola penangulangan stress<br />
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor, (Tjien Daniel;1991)<br />
k) Pola tata nilai dan kepercayaan<br />
Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif<br />
7) Pemeriksaan fisik<br />
a) Status kesehatan umum<br />
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien (Laura A. T.; 1995, Karnen B ;19983).<br />
b) Integumen<br />
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A. Talbot; 1995).<br />
c) Kepala.<br />
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.(Laura A.Talbot;1995).<br />
d) Mata.<br />
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995)).<br />
e) Hidung<br />
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995)<br />
f) Mulut dan laring<br />
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara. (Karnen B.:1994)).<br />
g) Leher<br />
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).<br />
h) Thorak<br />
(1) Inspeksi<br />
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.(Karnen B.;1994, Laura A.T.;1995).<br />
(2) Palpasi.<br />
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus (Laura A.T.;1995).<br />
(3) Perkusi<br />
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. (Laura A.T.;1995).<br />
(4) Auskultasi.<br />
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing. (Karnen B .;1994).<br />
i) Kardiovaskuler.<br />
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).<br />
j) Abdomen.<br />
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi (Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).<br />
k) Ekstrimitas.<br />
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(Laura A.T.;1995).<br />
8) Pemeriksaan penunjang.<br />
a) Pemeriksaan spinometri.<br />
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen B;1998).<br />
b) Tes provokasi brokial.<br />
Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih,(Karnen B.;1998).<br />
c) Pemeriksan tes kulit.<br />
Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh, (Karnen B.;1998).<br />
d) Laboratorium.<br />
(1) Analisa gas darah.<br />
Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik,(Karnen B.;1998).<br />
(2) Sputum.<br />
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik,(Arjadiono T.;1995).<br />
(3) Sel eosinofil<br />
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat,(Arjadiono T.;1995).<br />
(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia<br />
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea,(Arjadiono T.;1995).<br />
e) Radiologi<br />
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain, (Karnen B.;1998).<br />
f) Elektrokardiogram<br />
Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.<br />
b. Analisa data<br />
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan.<br />
2. Diagnosa Keperawatan .<br />
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya, (Lismidar ; 1992).<br />
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien status astmatikus.<br />
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme (Lindajual C.;1995).<br />
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan, (Hudak dan Gallo ;1997).<br />
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. (Lindajual C;1995).<br />
d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,(Susan Martin Tucker;1993).<br />
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas, (Hudak dan Gallo;1997).<br />
f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi, (Hudak dan Gallo;1997).<br />
g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2 hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur, (Hudak dan Gallo;1997).<br />
h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri saat pulang,(Susan Martin Tucker;1993).<br />
Perencanaan<br />
Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan . Pada tahap ini perawat membuat rencana perawatan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan, (Lismidar;1992).<br />
Perencanaan dari diagnosis – diagnosis keperawatan diatas adalah sebagai berikut:<br />
a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus bronkospasme.<br />
1) Tujuan<br />
Jalan nafas menjadi efektif.<br />
2) Kriteria hasil<br />
(a) menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan pertukaran gas.<br />
(b) dapat mendemontrasikan batuk efektif<br />
(c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi<br />
(d) tidak ada suara nafas tambahan<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum<br />
(b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.<br />
(c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi<br />
(d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan<br />
(e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada.<br />
(f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut<br />
4) Rasional<br />
(a) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi<br />
(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi<br />
(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.<br />
(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan keberhasilan<br />
(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.<br />
(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.<br />
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.<br />
1) Tujuan<br />
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif<br />
2) Kriteria hasil<br />
(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru<br />
(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebut<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan<br />
(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler<br />
(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif<br />
(d) Minimalkan distensi gaster<br />
(e) Kaji pernafasan selama tidur<br />
(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea<br />
4) Rasional<br />
(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif<br />
(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan pada organ paru<br />
(c) Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif<br />
(d) Distensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma<br />
(e) Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif<br />
(f) Rasa ragu–ragu pada klien dapat menghambat komunikasi terapeutik.<br />
c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.<br />
1) Tujuan<br />
Asietas berkurang atau hilang.<br />
2) Kriteria hasil<br />
(a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.<br />
(b) Munghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis.<br />
(c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas.<br />
3) Rencana tindakan.<br />
(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.<br />
(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.<br />
(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati.<br />
(d) Implementasikan teknik relaksasi.<br />
(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.<br />
(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.<br />
<br />
4) Rasional.<br />
(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya.<br />
(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta menawarkan alternatif koping yang bisa di gunakan.<br />
(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama.<br />
(d) Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan menghilangkan kecemasan<br />
(e) Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif.<br />
d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.<br />
1) Tujuan<br />
Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.<br />
2) Kreteria hasil<br />
(a) Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit<br />
(b) Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit<br />
(c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal<br />
<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan haluaran<br />
(b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler<br />
(c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran<br />
(d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2<br />
(e) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda toksisitas<br />
4) Rasional<br />
(a) Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien<br />
(b) Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih baik<br />
(c) Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan vaskular untuk pemberian obat – obat darurat.<br />
(d) Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan<br />
(e) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi sebelumnya<br />
(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis<br />
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas<br />
<br />
3) Tujuan<br />
Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi<br />
4) Kriteria hasil<br />
(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit<br />
(b) Tidak terjadi penurunan berat badan<br />
5) Rencana tindakan<br />
(a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang banyak ataupun dipsnea.<br />
(b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum makan.<br />
(c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna<br />
(d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan<br />
(e) Bantu klien istirahat sebelum makan<br />
(f) Timbang berat badan setiap hari<br />
6) Rasional<br />
(a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab masalah.<br />
(b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu makan.<br />
(c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.<br />
(d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.<br />
(e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.<br />
(f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.<br />
f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi.<br />
1) Tujuan<br />
Klien tidak mengalami infeksi nosokomial<br />
2) Kriteria hasil<br />
Tidak ada tanda – tanda infeksi<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Monitor tanda – tanda infeksi tiap 4 jam.<br />
(b) Gunakan teknik steril untuk perawatan infus. atau tidakan infasif lainnya.<br />
(c) Pertahankan kewaspadaan umum.<br />
(d) Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum.<br />
(e) Berikan nutrisi yang adekuat<br />
(f) Monitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan<br />
(g) Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi<br />
4) Rasional<br />
(a) Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda – tanda infeksi<br />
(b) Teknik steril memutus rantai infeksi nosokomial<br />
(c) Kewaspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi perawat untuk melakukan tindakan bila ada perubahan kondisi klien.<br />
(d) Sputum merupakan media berkembangnya kuman.<br />
(e) Nutrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan tubuh.<br />
(f) Sel darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan infeksi.<br />
(g) Tindakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh.<br />
g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi CO2, hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.<br />
1) Tujuan<br />
Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan tingkat enegi saat terbangun<br />
2) Kriteria hasil<br />
(a) Mampu mendiskusikan penyebab keletihan<br />
(b) Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh<br />
(c) Klien dapat rilek dan wajahnya cerah.<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Jelaskan sebab – sebab keletihan individu<br />
(b) Hindari gangguan saat tidur.<br />
(c) Menganalisa bersama – sama tingkat kelelahan dengan menggunakan skala Rhoten (1982).<br />
(d) Indentivikasi aktivitas – aktivitas penting dan sesuaikan antara aktivitas dengan istirahat.<br />
(e) Ajarkan teknik pernafasan yang efektif.<br />
(f) Pertahankan tambahan O2 bila latihan .<br />
(g) Hindarkan penggunaan sedatif dan hipnotif.<br />
4) Rasional<br />
(a) Diketahuinya faktor–faktor penyebab maka diharapkan bias menghindarinya.<br />
(b) Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah menurun setelah aktivitas.<br />
(c) Skala Rhoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami klien.<br />
(d) Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan aktifitas dan kebutuhan istirahat.<br />
(e) Pernafasan efektif membantu terpenuhnya O2 dijaringan.<br />
(f) O2 digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi.<br />
(g) Sedatif dan hipnotik melemahkan otot–otot khususnya otot pernafasan.<br />
h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri pada saat pulang.<br />
1) Tujuan<br />
Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti rencana pengobatan.<br />
2) Kriteria hasil<br />
(a) Klien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan perawatan diri pada saat pulang<br />
(b) Menggunakan alat – alat pernafasan yang tepat<br />
3) Rencana tindakan<br />
(a) Bantu mengidentifikasi faktor – faktor pencetus serangan asthma<br />
(b) Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah perawatan di rumah sakit<br />
(c) Anjurkan dan beri alternative untuk menghindari faktor pencetus.<br />
(d) Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan pernafasan .<br />
(e) Jelaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi.<br />
(f) Instruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan karakteristrik sputum, peningkatan suhu, batuk, kelemahan nafas pendek ataupun peningkatan berat badan atau bengkak pada telapak kaki.<br />
4) Rasional<br />
(a) Diketahuinya faktor pencetus mempermudah cara menghindari serangan asthma .<br />
(b) Tindakan preventif merupakan salah satu upaya yang di lakukan untuk memberikan pelayanan secara komprehensif.<br />
(c) Salah satu upaya preventif adalah menghindarkan klien dari faktor pencetus.<br />
(d) Klien dengan asthma sewring mengalami kecemasan yang mengakibatkan pola nafas tidak efektif sehingga perlu dilakukan latihan pernafasan.<br />
(e) Infeksi terutama ISPA menjadi faktor penyebab serangan asthma .<br />
(f) Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya penanganan segera agar tidak mengalami komplikasi.<br />
3. Implementasi<br />
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat . Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :<br />
a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan<br />
b. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan<br />
c. Memberikan asuhan keperawatan<br />
d. Melanjutkan pengumpulan data<br />
4. Evaluasi<br />
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya<br />
<br />
Tujuan evaluasi adalah :<br />
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak<br />
b. Untuk melakukan pengkajian ulang<br />
Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan prilaku klien<br />
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan<br />
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan<br />
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-44938352403105584232011-05-17T00:48:00.000-07:002011-05-17T00:48:32.111-07:00PLASENTA PREVIA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJWmcBXTKRtWAaO6VqtnsvEWD7ar1QTLSxPhg8deOyZFHOJGtk8PUTylez97HtJemK7aOcz9YzZEzA7S-e8umr0xkwJsA05IxGdhaP6slIjHkBy_MvoPb8gOgIK5rHX8dbqqV4IiIJSFiS/s1600/placentaprevia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJWmcBXTKRtWAaO6VqtnsvEWD7ar1QTLSxPhg8deOyZFHOJGtk8PUTylez97HtJemK7aOcz9YzZEzA7S-e8umr0xkwJsA05IxGdhaP6slIjHkBy_MvoPb8gOgIK5rHX8dbqqV4IiIJSFiS/s320/placentaprevia.jpg" width="320" /></a></div>A. DEFINISI<br />
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).<br />
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.<br />
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.<br />
<br />
B. ETIOLOGI<br />
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup:<br />
1. Perdarahan (hemorrhaging)<br />
2. Usia lebih dari 35 tahun<br />
3. Multiparitas<br />
4. Pengobatan infertilitas<br />
5. Multiple gestation<br />
6. Erythroblastosis<br />
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya<br />
8. Keguguran berulang<br />
9. Status sosial ekonomi yang rendah<br />
10. Jarak antar kehamilan yang pendek<br />
11. Merokok<br />
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat yaitu:<br />
a. Total bila menutup seluruh serviks<br />
b. Partial bila menutup sebagian serviks<br />
c. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta).<br />
d. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir).<br />
<br />
C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI<br />
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:<br />
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta:<br />
a) Kehamilan kembar (gamelli).<br />
b) Tumbuh kembang plasenta tipis.<br />
2. Kurang suburnya endometrium:<br />
a) Malnutrisi ibu hamil.<br />
b) Melebarnya plasenta karena gamelli.<br />
c) Bekas seksio sesarea.<br />
d) Sering dijumpai pada grandemultipara.<br />
3. Terlambat implantasi:<br />
a) Endometrium fundus kurang subur.<br />
b) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.<br />
<br />
D. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)<br />
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.<br />
<br />
<br />
Etiologi, kehamilan lanjut dan persalinan<br />
<br />
Segmen bawah melebar dan menipis<br />
<br />
Pembukaan serviks<br />
<br />
Plasenta menempel di segmen bawah/plasenta lepas dari dinding uterus<br />
<br />
Sinus uterus robek<br />
<br />
Perdarahan<br />
<br />
<br />
E. TANDA DAN GEJALA<br />
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:<br />
a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang<br />
b. Darah biasanya berwarna merah segar.<br />
c. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.<br />
d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.<br />
e. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.<br />
<br />
F. KOMPLIKASI<br />
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut:<br />
<br />
1. Pada ibu dapat terjadi:<br />
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan<br />
b. Anemia karena perdarahan<br />
c. Plasentitis<br />
d. Endometritis pasca persalinan<br />
2. Pada janin dapat terjadi:<br />
a. Persalinan premature<br />
b. Asfiksia berat<br />
<br />
G. PROGNOSIS<br />
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.<br />
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).<br />
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).<br />
<br />
H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN<br />
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:<br />
a. Kaji kondisi fisik klien<br />
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus<br />
c. Menganjurkan klien istirahat<br />
d. Mengobservasi perdarahan<br />
e. Memeriksa tanda vital<br />
f. Memeriksa kadar Hb<br />
g. Berikan cairan pengganti intravena RL<br />
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature<br />
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan < 37 minggu.<br />
<br />
I. DATA SISTEM PENGKAJIAN<br />
1. Pemeriksaan Fisik<br />
a) Umum<br />
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:<br />
1) Rambut dan kulit<br />
a. Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.<br />
b. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.<br />
c. Laju pertumbuhan rambut berkurang.<br />
2) Wajah<br />
a. Mata : pucat, anemis<br />
b. Hidung<br />
c. Gigi dan mulut<br />
3) Leher<br />
4) Buah dada / payudara<br />
a. Peningkatan pigmentasi areola putting susu<br />
b. Bertambahnya ukuran dan noduler<br />
5) Jantung dan paru<br />
a. Volume darah meningkat<br />
b. Peningkatan frekuensi nadi<br />
c. Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.<br />
d. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.<br />
e. Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.<br />
f. Diafragma meningga.<br />
g. Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.<br />
6) Abdomen<br />
a. Menentukan letak janin<br />
b. Menentukan tinggi fundus uteri<br />
7) Vagina<br />
a. Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)<br />
b. Hipertropi epithelium<br />
8) System musculoskeletal<br />
a. Persendian tulang pinggul yang mengendur<br />
b. Gaya berjalan yang canggung<br />
c. Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal<br />
<br />
b) Khusus<br />
1) Tinggi fundus uteri<br />
2) Posisi dan persentasi janin<br />
3) Panggul dan janin lahir<br />
4) Denyut jantung janin<br />
2. Pemeriksaan Diagnostik<br />
a. USG untuk diagnosis pasti, yaitu untuk menentukan letak plasenta.<br />
b. Pemeriksaan darah: Hb, Ht (Roeshadi, 2004).<br />
<br />
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />
1. Perfusi jaringan tidak efektif (plasental) b.d. kehilangan darah (hipovolemia).<br />
2. Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.<br />
<br />
K. PERENCANAAN<br />
No Dx Tujuan Intervensi Rasional<br />
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menunjukkan perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Membrane mukosa berwarna merah muda<br />
• Pengisian kapiler normal (< 2 dtk).<br />
• Haluaran urin adekuat.<br />
• Pernapasan adekuat • Kaji penyebab terjadinya perdarahan (abrasi plasenta, plasenta previa, merokok, penggunaan kokain, PIH (pregnance induced hiertention).<br />
• Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.<br />
• Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.<br />
• Monitor TTV<br />
• Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.<br />
• Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.<br />
• Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke aorgan vital dan fetus.<br />
• Untuk menetapkan terapi yang sesuai.<br />
• Untuk dapat mencegah komplikasi dari perdarahan.<br />
• Untuk mengetahui perkembangan dari perdarahan yang terjadi oek<br />
• Untuk mencegah komplikasi sedini mungkin.<br />
• Untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik.<br />
• Mencegah kekurangan elektrolit, cairan dan nutrisi.<br />
• Agar aliran darah lancar<br />
<br />
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat:<br />
• Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.<br />
• Mempertahankan tindakan yang mengontrol cemas.<br />
• Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi cemas.<br />
• Memonitor faktor risiko dari lingkungan<br />
• Membantu klien mengidentifikasi penyebab cemas yang dialaminya.<br />
• Mengajari klien cara melakukan teknik relaksasi<br />
• Klien dapat menyebtkan penyebab cemas yang sedang di alaminya.<br />
• Memberikan penjelasan kepada klien mengenai kondisi penyakit yang sedang dialaminya.<br />
• Mengetahui penyebab utama kecemasan dan dapat segera dilakukan pengobatan.<br />
• Untuk mengontrol terjadinya kecemasan.<br />
• Mengidentifikasi faktor penyebab ketidaknyamanan klien dan dapat dijadikan sebagai fokus utama penangana terhadap kecemasan klien.<br />
• Memberikan informasi sejelasnya kepada klien.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.<br />
Cunningham, FG, Norman, F, Kenneth, J, Larry, C & Katharine, D 2006, Obstetri williams, Edisi ke 21, EGC, Jakarta.<br />
<br />
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.<br />
<br />
Hanafiah, TM 2004, Plasenta previa, diakses tanggal 1 Juni 2009, http://library.usu.ac.id<br />
<br />
Manuaba, IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.<br />
<br />
McCloskey & Bulechek. 2000. “Nursing interventions classification (NIC)”, United States of America, Mosby.<br />
<br />
Meidean, JM. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”,United States of America. Mosby.<br />
<br />
Mochtar, R 1998, Sinopsis obstetri: Obstetri fisiologi, obstetri patologi, Edisi ke 2, EGC, Jakarta.<br />
<br />
NANDA 2005. “Nursing diagnosis definitions & classification”. Philadelphia. Locust Street.<br />
<br />
Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.<br />
<br />
Roeshadi, RH 2004, Gangguan dan penyulit pada masa kehamilan, diakses tanggal 12 Mei 2008, http://library.usu.ac.id<br />
<br />
Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson. 1995. Patofisiologi Volume 2. EGC : Jakarta<br />
<div><br />
</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-60324697416734756142011-05-17T00:32:00.001-07:002011-05-17T00:32:52.871-07:00Karakter cewek berdasarkan warna.Secara tidak sadar menyukai warna telah mengirimkan stimlus pada respon sikap kita. Pesan ini tersimpan jauh dalam alam sadar kita sehingga menjadi sikap yang terus menerus atau bisa dibilang watak anda sendiri. Berikut gambaran karakter sesuai warna yang disukai,<br />
1. Putih<br />
Cewek yang suka warna putih biasanya innocent. Perasaannya halus, memiliki ketulusan hati yang nggak usah dipertanyakan lagi. Tapi cewek penyuka warna putih gampang tersinggung, trus kalo ngambek lamaaaaaaa banget sembuhnya. Soalnya dia tuh pendendam dan satu lagi orangnya plinplan.<br />
<br />
2. Hitam<br />
Cewek yang suka warna hitam biasanya dominan, suka ngatur, selalu pengen dihargai lebih, stubborn, dan gengsinya gedheeeeeeee banget.<br />
Tapi dibalik itu semua cewek penyuka warna hitam punya sisi positif yaitu : bukan cewek gampangan, independent, berpendirian teguh, dan biasanya smart ( kalau yang satu ini emang tergantung orangnya mau belajar lebih atau nggak. Kalau nggak yaaaa nggak jadi smart-lah )<br />
<br />
3. Merah<br />
Cewek yang suka warna merah biasanya ramah, lovely, ceria, berani bahkan cenderung nekat. Cewek ini suka melakukan sesuatu yang bikin jantung berdegup kencang alias suka tantangan. Tapi jeleknya, cewek penyuka warna merah tuh kalo marah bisa sampai ngamuk2 dan kalo nangis tuh sampai meraung2 bahkan bisa menimbulkan kebanjiran.<br />
Kalo karakter cewek penyuka warna pink pada dasarnya sama aja sih dengan cewek penyuka warna merah, tambahannya cuma satu, cewek penyuka warna pink tuh rata2 lebih romantis.<br />
<br />
4. Biru<br />
Kesan pertama yang muncul kalo kita ngeliat cewek penyuka warna biru adalah cewek itu dingin dan susah didekati.Tapi kalo kita udah kenalan, kita bakal sadar kalo ternyata cewek nih bawaannya emang cool dan bisa bikin siapapun yang di dekatnya merasa nyaman dan damai.<br />
Cewek penyuka warna biru paling anti berkonfrontasi. Di satu sisi emang bagus sih. Tapi ini bakalan bikin makan ati trus lama2 depresi.<br />
<br />
5. Hijau<br />
Cewek penyuka warna hijau cenderung berpembawaan kalem ( dari cara ngomong sampai tingkah laku ), tapi selalu tampil fresh dan bikin suasana jadi fresh. Jarang tersinggung, jarang ngambek, berpegang teguh pada tata krama, udah githu pemaaf lagi orangnya.<br />
Kekurangannya cewek penyuka warna hijau tuh masih gampang percaya sama hal2 yang berbau mistis / mitos.( tapi kalo menurutku sih nggak masalah kalo percaya sama hal2 kayak githu, asal nggak ganggu orang lain aja )<br />
<br />
6. Kuning<br />
Cheerful! Talkactive, senang bercanda, dan suka ketawa kenceng2. Pokoknya cewek yang suka warna kuning nggak suka bersedih hati dan berada pada kondisi yang muram. Dia punya stok energi yang nggak ada habis2nya.<br />
Sayangnya, cewek penyuka warna kuning sering loose control! Gegabah dalam mengambil keputusan, ceroboh, hingga akhirnya jadi ribet sendiri.<br />
<br />
7. Ungu<br />
Cewek penyuka warna ungu cenderung berorientasi pada sesuatu yang berkelas plus mahal. Cewek penyuka warna ungu cenderung sombong dan suka pilih2 teman ( tapi nggak semua cewek penyuka warna ungu githu siiih ).<br />
Cewek penyuka warna ungu adalah cewek superfeminin dan superromantis. Dia sangat mengagung2kan cowok yang dicintainya dan selalu ingin memanjakan pacarnya.<br />
<br />
8. Coklat<br />
Cewek penyuka warna coklat tuh egois, sangat berpegang teguh pada prinsip2nya yang mana prinsip2 itu nggak bisa diterima sama orang lain. Udah githu orangnya kekanak2an banget. Kalo dia nggak berhasil melakukan apa keinginannya, dia bakalan muram dan menyendirieM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-43398603230559652072011-05-11T23:50:00.000-07:002011-05-13T13:55:51.580-07:00Retardasi mentalRetardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama pada retardasi mental ialah intelegensi yang terbelakang atau keterbelakangan mental. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.<br />
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.<br />
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO)<br />
Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).<br />
<br />
Etiologi<br />
<br />
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks). Keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.<br />
<br />
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :<br />
• Akibat infeksi atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya.<br />
• Akibat rudapaksa atau disebabkan fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.<br />
• Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.<br />
• Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu diberikan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.<br />
• Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.<br />
• Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.<br />
• Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam bentuknya. Hal ini mencakup jumlah terbesar dari penyebab genetic dan paling sering adalah trisomi yang melibatkan kromosom tambahan, misalnya 47 dibandingkan keadaan normal sebesar 46. Kelainan kromosom seks, seperti sindroma Klinefeker (XXY), sindroma Turner dan berbagai mosaic, dapat juga berkaitan dengan retardasi mental.<br />
• Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.<br />
• Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.<br />
• Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor – faktor biomedik maupun sosiobudaya.<br />
<br />
Manifestasi klinis<br />
<br />
Retardasi mental bukanlah suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satusatunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.<br />
<br />
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :<br />
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental.<br />
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental.<br />
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.<br />
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.<br />
<br />
Tingkat Kisaran IQ Kemampuan Usia Prasekolah<br />
(sejak lahir-5 tahun) Kemampuan Usia Sekolah<br />
(6-20 tahun) Kemampuan Masa Dewasa<br />
(21 tahun keatas)<br />
Ringan 52-68 • Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi<br />
• Koordinasi otot sedikit terganggu<br />
• Seringkali tidak terdiagnosis • Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun<br />
• Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial<br />
• Bisa dididik Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan<br />
Moderat 36-51 • Bisa berbicara & belajar berkomunikasi<br />
• Kesadaran sosial kurang<br />
• Koordinasi otot cukup • Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan<br />
• Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik • Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan<br />
• Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan<br />
Berat 20-35 • Bisa mengucapkan beberapa kata<br />
• Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri<br />
• Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit<br />
• Koordinasi otot jelek • Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi<br />
• Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana • Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan<br />
• Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali<br />
Sangat berat 19 atau kurang • Sangat terbelakang<br />
• Koordinasi ototnya sedikit sekali<br />
• Mungkin memerlukan perawatan khusus • Memiliki beberapa koordinasi otot<br />
• Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara • Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara<br />
• Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas<br />
• Memerlukan perawatan khusus<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
A. Tanda dan gejala :<br />
• Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali<br />
• Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator : RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.<br />
• Gangguan neurologis yang progresif<br />
• Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)<br />
1. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)<br />
Karakteristik :<br />
a. Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll<br />
b. Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidik khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.<br />
c. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.<br />
2. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)<br />
Karakteristik :<br />
a. Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.<br />
b. Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.<br />
c. Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.<br />
3. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)<br />
Karakteristik :<br />
a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.<br />
b. Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.<br />
c. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.<br />
4. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)<br />
Karakteristik :<br />
a. Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.<br />
b. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.<br />
c. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.<br />
<br />
B. Pemeriksaan fisik :<br />
• Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)<br />
• Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah<br />
• Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll<br />
• Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll<br />
• Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi<br />
• Geligi : odontogenesis yang tdk normal<br />
• Telinga : keduanya letak rendah; dll<br />
• Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia<br />
• Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna<br />
• Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll<br />
• Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll<br />
• Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll<br />
• Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk<br />
<br />
C. Pemeriksaan penunjang<br />
• Pemeriksaan kromosom<br />
• Pemeriksaan urin, serum atau titer virus<br />
• Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.<br />
<br />
Diagnosa<br />
<br />
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif<br />
• Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fungsi kognitif<br />
• Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik<br />
• Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial<br />
• Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM<br />
• Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan<br />
<br />
Intervensi<br />
<br />
• Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak<br />
• Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal.<br />
• Berikan perawatan yang konsisten<br />
• Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil<br />
• Berikan intruksi berulang dan sederhana<br />
• Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak<br />
• Dorong anak melakukan perawatan sendiri<br />
• Manajemen perilaku anak yang sulit<br />
• Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok<br />
• Ciptakan lingkungan yang aman<br />
<br />
Implementasi<br />
<br />
Pendidikan Pada Orangtua :<br />
• Perkembangan anak untuk tiap tahap usia<br />
• Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak<br />
• Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit<br />
• Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll<br />
<br />
Evaluasi<br />
<br />
• Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya<br />
• Keluarga dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena adanya ketidakmampuan<br />
• Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitaseM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-8604299197625995912011-05-10T00:34:00.000-07:002011-05-10T00:38:06.248-07:00Ramalan Kakek di Panti NenekSempat kaget awalnya. Setiap penjuru selalu menanyakan “sudahkah anda drramal?” setiap orangg pasti bingung. Ditengah lapang pandang hanya nenek dan kakek yang renta duduk santai dengan mata-mata kosong. Lalu dimana pamerannya??yang biasanya selalu disisipkan dengan peramal bola atau buku ajaib karya dirinya senndri.<br />
“hei…cepat!ntar ketinggalan lho,mumpung rame tuh…!!!” kata temanku<br />
“oh…boleh,ayo…” ku balas seadanya<br />
Menyusuri wisma-wisma kecil yang sepi memang lumrah baigku, tapi tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara keras seseorang berlogat Madura.<br />
“ayo cepat…kalo sudah selesai bayar sama saya rp 2000,-“<br />
Jelas aku kaget…memangnya apa yang dijual???belum terjawab pertanyaanku, lagi-lagi suara keras muncul, kali ini bukan si Madura yang teriak, melainkan anak-anak yang entah pada siapa mereka mengarahkan perhatian. Sontak aq lagsung masuk. AJIGILE…seorang kakek dikerumuni lebih dari 10 orang yang bukan hanya wanita, tapi juga pria. Ekspresi yang berbeda dari tiap orang itu membuatq makin bingung. Entah ada kebahagiaan, tapi juga ada kedukaan disana. TERRRNYATA inilah kakek peramal itu.<br />
Hitung menghitung, tulis menulis terus dirangkai sang asisten si kakek yang tidak lain dan tidak bukan temanku jga (ga disangka juga sih, asisten ma si kakek sama miripnya, kabarnya sih dia diramal memadu istrinya). Setiap angka kemudian dipaparkan pada kakek, dan kakek mengatakan KAWIN LARRI pada temanku yang setia, TIDAK DIRSTUI pada temanku yang telah menjalani hidup mati bersama kekasihnya, dan mengatakan BOROS kepadaku yang notabene bukan orang kaya…<br />
<br />
Kegaduhan tu telah meredup, karna saat itu aku berada ditengah-tengah gadis tak jelas sukunya. Mereka membicarakan hal yang tak ku mengerti dengan seorang nenek. Bahasa jawa, ya…it dia. Tapi tampang mereka tak seperti jawa. Atau bisa jadi mereka punya “kamus jawa hidup” milik pribadi, siapa tau….????<br />
Aku bersama temanku pengemar burung, omongannya agak nyeleneh…sampai-sampai nenek mengatakannya PAYAH, he….<br />
Meskipun dikatakan begitu, temanku tettap saja berbicara karna mungkin menurutnya nenek itu bisa membawa berkah baginya.<br />
“nek, berapa angka yang nenek suka???”tanya temanku<br />
TOENG TOENG!!!otakku mulai bening…aku tau yang dipikirkan temanku itu, okelah…aku ikut saja. Siapa tau angkanya “TEPAT” dalam bathinku.<br />
Tapi ternyata si nenek tak mengerti….dia hanya menjawab, kalau semua angka diambil satu, maka kacau semuanya, dan dilanjutkan dengan bahasa jawanya yang yah…tau lah orang tua, aku semakin tak megerti!<br />
Ngomong-ngomong jawa, aku sontak teringat sang kakek tadi. Rata-rata mereka yang bisa meramal adalah orang jawa.<br />
“hm, nek…bisa meramal ga???”<br />
“meramal???hm…aku ga bisa. Aku ga berani meramal…”<br />
“meramal itu sama saja bermain lotre (weis…angka lagi neh!). Kalau kamu tak yakin dengan angkamu, lebih baik jangan memasang. Kecuali kamu yakin Bandar itu benar-benar pintar dan jujur. Bisa saja kamu malah mati esok harinya…Tapi kalau kamu yakin, lanjutkan! Maka kamu akan sukses….”<br />
SSST……jangan salah, nenek bukan menghalalkan main angka. Menurutku, nenek ingin mengatakan, kalau memang kamu siap dan yakin untuk diramal…silakan, karna jika tidak maka nasibmu yang seharusnya baik malah akan hancur hanya karna ramalan yang menagtakan nasibmu buruk, sehingga kamu meggunakan segala cara untuk merubah nasibmu yang sebenanya sudah baik. Ya, ada benarnya…lihat saja teman-temanku tadi, muka yang sudah asem semakin terlihat pahit karena ramalan.<br />
Hebat juga ne nenek, pikirku…<br />
Tiba-tiba nenek tertawa ceikkikan, lho…kenapa ketawa nek?tanyaku<br />
“itu…temanmu (menunjuk teman perempuanku) dipukul sama laki-laki malah ga membalas”jawab nenek,<br />
“lho, kenapa…balas!tonjok…”sorakku pada temanku<br />
Lalu temanku menjawab, “nek…tolong pukul dia nek” manjanya<br />
Ngga…nenek ga berani. Kalau dia silat, kalian lari lalu bagaimana dengan saya???apa saya harus memegang “anunya”?<br />
Hahaha…kalo-kalo dientot nek, sahut temanku yan lain.<br />
Nenek menjawab, Lha iya…sama seperti maen lotre (lagi-lagi lotre…) kalo mainnya ditempat umum, mending jangan, kalau kamu masang angka trus ditinggal kabur hayo…kamu tinggal sendiri. Tapi kalau kamu yakin dan percaya dengan satu bandar yang jujur dan adil, silahkan…maka kamu akan sukses. Dia ga mungkin ninggalin kamu”<br />
<br />
Otakku dipaksa berputar lagi…sepertinya nenek ingin menyampaikan bahwa, kalau memang ingin begituan…jangan ditempat umum atau dihamburkan layaknya PSK, kalau ditinggal Bandar dan terlanjur hamil, apa mau dikata??? Lebih baik mencari Bandar yang jujur, adil dan cukup satu…dan di sahkan, maka akan nyaman hiduupnya.<br />
Nenek bilang, jangan bilang minta diramal, tapi tanyakanapa yang baik untuk kita,<br />
Nenek bilang semua orang itu baik, maka hati-hati dengan ramalan, kecuali kamu siap.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">Cerita kecil nenek kasmirah,</div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-20520811570705959162011-05-08T01:47:00.000-07:002011-05-08T01:47:21.933-07:00Hiperemesis GravidarumHiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).<br />
<br />
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).<br />
<br />
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).<br />
<br />
<br />
Etiologi<br />
<br />
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).<br />
Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG<br />
Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan–perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.<br />
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.<br />
Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.<br />
<br />
Patofisiologi<br />
<br />
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah.<br />
<br />
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik.<br />
<br />
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.<br />
<br />
<br />
Tanda dan gejala<br />
<br />
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :<br />
Tingkatan I (ringan)<br />
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita<br />
Ibu merasa lemah<br />
Nafsu makan tidak ada<br />
Berat badan menurun<br />
Merasa nyeri pada epigastrium<br />
Nadi meningkat sekitar 100 per menit<br />
Tekanan darah menurun<br />
Turgor kulit berkurang<br />
Lidah mengering<br />
Mata cekung<br />
<br />
Tingkatan II (sendang)<br />
Penderita tampak lebih lemah dan apatis<br />
Turgor kulit mulai jelek<br />
Lidah mengering dan tampak kotor<br />
Nadi kecil dan cepat<br />
Suhu badan naik (dehidrasi)<br />
Mata mulai ikterik<br />
Berat badan turun dan mata cekung<br />
Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi<br />
Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.<br />
<br />
Tingkatan III (berat)<br />
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)<br />
Dehidrasi hebat<br />
Nadi kecil, cepat dan halus<br />
Suhu badan meningkat dan tensi turun<br />
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental<br />
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.<br />
<br />
Penatalaksanaan<br />
Pencegahan<br />
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :<br />
Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.<br />
Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.<br />
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat<br />
Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak<br />
Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin<br />
Usahakan defekasi teratur.<br />
<br />
Terapi obat-obatan<br />
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan.<br />
Tidak memberikan obat yang terotogen<br />
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital<br />
Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6<br />
Antihistaminika seperti dramamine, avomine<br />
Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine.<br />
Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :<br />
Isolasi<br />
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan<br />
Terapi psikologik<br />
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.<br />
Terapi mental<br />
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.<br />
Terminasi kehamilan<br />
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.<br />
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-18287228705124213382011-05-08T01:33:00.001-07:002011-05-08T01:52:43.584-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5c1cuLh1rtx9QfAvyLWFrHe51CuxmcT4zdP35tkRyUtv2baA7t2tmoyNhwHObJAE_AxlrEaPtILnj49APa7_cQp7w0qR5CD5nFjpgJ012cocK-n_08rDXpD0EcO-DI8eIbkSo2rrPzinO/s1600/blskt.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5c1cuLh1rtx9QfAvyLWFrHe51CuxmcT4zdP35tkRyUtv2baA7t2tmoyNhwHObJAE_AxlrEaPtILnj49APa7_cQp7w0qR5CD5nFjpgJ012cocK-n_08rDXpD0EcO-DI8eIbkSo2rrPzinO/s200/blskt.jpg" width="200" /></a>BAYI RESIKO TINGGI, BBLR,PICU<br />
PENDAHULUAN<br />
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai berikut :<br />
1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)<br />
2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan<br />
<br />
3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah<br />
4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun yang tidak diperlukan badan<br />
5. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi<br />
6. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas<br />
<br />
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.<br />
<br />
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.<br />
<br />
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal yang dikategorikan dalam dua kelompok yaitu :<br />
A. Pelayanan Dasar<br />
1. Persalinan aman dan bersih<br />
2. Mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hiportermia<br />
3. Mempertahankan pernafasan spontan<br />
4. ASI Ekslusif<br />
5. Perawatan mata<br />
B. Pelayanan Khusus<br />
1. Tatalaksana Bayi Neonatus sakit<br />
2. Perawatan bayi kurang bulan dan BBLR<br />
3. Imunisasi<br />
<br />
Makalah ini akan membahas asuhan keperawatan bayi baru lahir yang sakit. Mengingat luasnya bahasan maka pembahasan akan difokuskan kepada masalah ikterus & hiperbilirubinemia, neonatus dengan ibu DM, neonatus prematur, hipertermia dan hipotermia. Selain itu juga dikaji respon keluarga terhadap neonatus yang sakit serta hubungan tumbuh kembang neonatus terhadap penyakit secara umum.<br />
<br />
EFEK SAKIT PADA NEONATUS<br />
<br />
Fase neonatus adalah fase yang sangat rawan akan hubungan ibu dan bayi. Karena kegagalan relasi pada masa ini akan memberi dampak pada tahap berikutnya. Kebutuhan psikologi fase ini melipurti tiga hal penting yaitu seeing (memandang), touching (sentuhan), dan caretaking (merawat dengan perhatian seluruh emosinya). Dengan demikian kesempatan ibu kontak mata dan menyentuh serta melakukan sendiri dalam mengganti popok adalah menjadi prioritas dalam intervensi perawat.<br />
<br />
Penyakit atau kecacatan pada anak mempengaruhi terbinanya hubungan saling percaya antara anak dengan orangtua. Penyakit pada anak dapat membuat harapan orangtua menurun, penyakit sering mengakibatkan gangguan dalam kemampuan motorik anak, keterbatasan gerak di tempat tidur dan berkurangnya kontak bayi dengan lingkungan. Intervensi keperawatan sangat penting untuk membantu keluarga dalam menghadapi bayi yang sakit. Keberadaan perawat yang selalu siap membantu sangat penting untuk menenangkan orangtua terhadap rasa ketidak berdayaannya.<br />
<br />
REAKSI EMOSIONAL PENERIMAAN KELUARGA<br />
<br />
Pada neonatus yang menderita sakit, maka keluarga akan merasa cemas, tidak berdaya, dan lain sebagainya yang merupakan reaksi keluarga terhadap kenyataan bahwa bayinya menderita suatu penyakit. Berikut adalah reaksi emosional penerimaan keluarga terhadap neonatus sakit dan bagaimana perawat mengatasi hal tersebut :<br />
<br />
1. Denial<br />
Respon perawat terhadap penolakan adalah komponen untuk kebutuhan individu yang kontinyu sebagai mekanisme pertahanan. Dukungan metode efektif adalah mendengarkan secara aktif. Diam atau tidak ada reinforcement bukanlah suatu penolakan. Diam dapat diinterpretasikan salah, keefektifan diam dan mendengar haruslah sejalan dengan konsentrasi fisik dan mental. Penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi harus concern. Kontak mata, sentuhan, postur tubuh, cara duduk dapat digunakan saat diam sehingga komunikasi berjalan efektif.<br />
<br />
2. Rasa bersalah<br />
Perasaan bersalah adalah respon biasa dan dapat menyebabkan kecemasan keluarga. Mereka sering mengatakan bahwa merekalah yang menjadi penyebab bayinya mengalami kondisi sakit. Amati ekspresi bersalah, dimana ekspresi tersebut akan membuat mereka lebih terbuka untuk menyatakan perasaannya.<br />
<br />
3. Marah<br />
Marah adalah suatu reaksi yang sulit diterima dan sulit ditangani secara therapeutik. Aturan dasar untuk menolak marah seseorang adalah hindari gagalnya kemarahan dan dorong untuk marah secara assertif.<br />
<br />
HIPERBILIRUBINEMIA<br />
<br />
Definisi :<br />
Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya akumulasi bilirubin dalam darah (level normal 5 mg/dl pada bayi normal) yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat jelas pada kulit, mukosa, sklera dan urine.<br />
<br />
Etiologi:<br />
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup (sefal hematoma, perdarahan subaponeoratik) atau inkompatabilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia : keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab hiperbilirubinemia adalah hipoksia/anoksia, dehidrasi dan acidosis, hipoglikemia dan polisitemia.<br />
<br />
Patofisiologi<br />
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.<br />
<br />
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan acidosis atau dengan hipoksia/anoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gagguan konjugasi hepar (defisiensi enszim glukoronil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.<br />
<br />
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kern ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada sususnan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat badan lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.<br />
Tabel.1 Perbandingan Tipe Unconjungatif Hyperbilirubinemia<br />
<br />
Fisiologis jaundice Jaundice yang berhubungan dengan Breast feeding Jaundice Breast milk Hemolitik desease<br />
Penyebab Fungsi hepatik immatur ditambah peningkatan bilirubin dari hemolisis RBC Intake susu yang jelek berhubungan dengan konsumsi kalori yang sedikit pada bayi sebelum susu ibu keluar Faktor-faktor pada susu ibu yang berubah, bilirubin menjadi bentuk lemak yang mana direabsorbsi usus Incompatibilitas antigen yang menyebabkan hemolisis sebagian dari RBC.<br />
Hati tidak mampu untuk mengkonjugasikan dan mengeksresikan kelebihan bilirubin dari hemolisis<br />
Onset Setelah 24 jam pertama (bayi prematur, bayi lahir lama) 2 - 3 hari 4 - 5 hari Selama 24 jam pertama<br />
Puncak 72 jam 2 - 3 hari 10 - 15 hari Bervariasi<br />
Durasi Berkurang setelah 5-7 hari Sampai seminggu<br />
Terapi Fototherapi jika bilirubin meningkat dengan cepat Berikan ASI sesering mungkin, berikan suplemen kalori, fototherapi untuk kadar bilirubin 18 - 20 mg/dl Hentikan ASI selama 24 jam untuk mendeterminasi sebab, jika kadar bilirubin menurun pemberian ASI dapat diulangi.<br />
Dapat dilakukan fototherapi tanpa menghentikan pemberian ASI Posnatal: fototherapi, bila perlu transfusi tukar<br />
Prenatal:<br />
Transfusi (fetus)<br />
Mencegah sensitisasi dari RH negatif ibu dengan RhoGAM<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
1. Riwayat keluarga dan kehamilan:<br />
- Orang tua atau saudara dengan neonatal jaundice atau penyakit lever<br />
- Prenatal care<br />
- DM pada ibu<br />
- Infeksi seperti toxoplasmosis, spilis, hepatitis, rubela, sitomegalovirus dan herves yang mana ditransmisikan secara silang keplasenta selama kehamilan<br />
- Penyalahgunaan obat pada orang tua<br />
- Ibu dengan Rh negatif sedangkan ayah dengan Rh positif<br />
- Riwayat transfusi Rh positif pada ibu Rh negatif<br />
- Riwayat abortus dengan bayi Rh positif<br />
- Obat-obatan selama kehamilan seperti sulfonamid, nitrofurantoin dan anti malaria<br />
- Induksi oksitosin pada saat persalinan<br />
- Penggunaan vakum ekstraksi<br />
- Penggunaan phenobarbital pada ibu 1-2 bulan sebelum persalinan<br />
<br />
2. Status bayi saat kelahiran:<br />
- Prematuritas atau kecil masa kehamilan<br />
- APGAR score yang mengindikasikan asfiksia<br />
- Trauma dengan hematoma atau injuri<br />
- Sepsis neonatus, adanya cairan yang berbau tidak sedap<br />
- Hepatosplenomegali<br />
<br />
3. Kardiovaskuler<br />
- Edema general atau penurunan volume darah, mengakibatkan gagal jantung pada hidro fetalis<br />
<br />
4. Gastrointestinal<br />
- Oral feeding yang buruk<br />
- Kehilangan berat badan sampai 5 % selama 24 jam yang disebabkan oleh rendahnya intake kalori<br />
- Hepatosplenomegali<br />
<br />
5. Integumen<br />
- Jaundice selama 24 jam pertama (tipe patologis), setelah 24 jam pertama (Fisiologik tipe) atau setelah 1 bulan dengan diberikan ASI<br />
- Kalor yang disebabkan oleh anemia yang terjadi karena hemolisis RBC<br />
<br />
6. Neurologik<br />
- Hipotoni<br />
- Tremor, tidak adanya reflek moro dan reflek menghisap, reflek tendon yang minimal<br />
- Iritabilitas, fleksi siku, kelemahan otot, opistotonis<br />
- Kejang<br />
<br />
7. Pulmonari<br />
- Apnu, sianosis, dyspnea setelah kejadian kern ikterus<br />
- Aspiksia, efusi pulmonal<br />
<br />
8. Data Penunjang<br />
- Golongan darah dan faktor Rh pada ibu dan bayi untuk menentukan resiko incompatibilitas, Rh ayah juga diperiksa jika Rh ibu negatif (test dilakukan saat prenatal)<br />
- Amniosintesis dengan analisa cairan amnion, Coombs test dengan hasil negatif mengindikasikan peningkatan titer antibodi Anti D, bilirubin level pada cairan amnion meningkat sampai lebih dari 0,28 mg/dl sudah merupakan nilai abnormal (mengindikasikan kebutuhan transfusi pada janin).<br />
- Coombs test (direct) pada darah tali pusat setelah persalinan, positif bila antibodi terbentuk pada bayi.<br />
- Coombs test (indirect) pada darah tali pusat, positif bila antibodi terdapat pada darah ibu.<br />
- Serial level bilirubin total, lebih atau sama dengan 0,5 mg/jam samapi 20 mg/dl mengindikasikan resiko kernikterus dan kebutuhan transfusi tukar tergantung dari berat badan bayi dan umur kehamilan.<br />
- Direct bilirubin level, meningkat jika terjadi infeksi atau gangguan hemolisis Rh<br />
- Hitung retikulosit, meningkat pada hemolisis<br />
- Hb dan HCT<br />
- Total protein, menentukan penurunan binding site<br />
- Hitung leukosit, menurun sampai dibawah 5000/mm3, mengindikasikan terjadinya infeksi<br />
- Urinalsis, untuk mendeteksi glukosa dan aseton, PH dan urobilinogen, kreatinin level<br />
<br />
Diagnosa Keperawatan<br />
Dx. 1. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan produk sisa sel darah merah yang berlebihan dan imaturitas hati<br />
<br />
Tujuan 1: Pasien mendapatkan terapi untuk menyeimbangkan eksresi bilirubin<br />
<br />
Tindakan:<br />
1. Kaji adanya jaundice pada kulit, yang mana mengindikasikan peningkatan kadar bilirubin<br />
2. Cek kadar bilirubin dengan bilirobinometer transkutan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan kadar bilirubin<br />
3. Catat waktu terjadinya jaundice untuk membedakan fisiologik jaundice (terjadi setelah 24 jam) dengan patologik jaundice (terjadi sebelum 24 jam)<br />
4. Kaji status bayi khususnya faktor yang dapat meningkatkan resiko kerusakan otak akibat hiperbilirubinemia (seperti hipoksia, hipotermia, hipoglikemia dan metabolik asidosis)<br />
5. Memulai feeding lebih cepat utuk mengeksresikan bilirubin pada feces<br />
<br />
Hasil yang diharapkan:<br />
1. Bayi baru lahir memulai feeding segera setelah lahir<br />
2. Bayi baru lahir mendapatkan paparan dari sumber cahaya<br />
<br />
Tujuan 2: tidak terjadi komplikasi dari fototherapi<br />
<br />
Tindakan:<br />
1. Tutupi mata bayi baru lahir untuk menghindari iritasi kornea<br />
2. Tempatkan bayi secara telanjang dibawah cahaya untuk memaksimalkan paparan cahaya pada kulit<br />
3. Ubah posisi secara teratur utnuk meningkatkan paparan pada permukaan tubuh<br />
4. Monitor suhu tubuh untuk mendeteksi hipotermia atau hipertermia<br />
5. Pada peningkatan BAB, bersihkan daerah perienal untuk menghindari iritasi<br />
6. Hindarkan penggunaan minyak pada kulit untuk mencegah rasa pedih dan terbakar<br />
7. Berikan intake fluid secara adekuat untuk menghindari rehidrasi<br />
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi iritasi mata, dehidrasi, instabilitas suhu dan kerusakan kulit<br />
<br />
Tujuan 3: Tidak adanya komplikasi dari transfusi tukar (jika terapi ini diberikan)<br />
<br />
Tindakan:<br />
1. Jangan berikan asupan oral sebelum prosedur (2-4 jam) untuk mencegah aspirasi<br />
2. Cek donor darah dan tipe Rh untuk mencegah reaksi transfusi<br />
3. Bantu dokter selama prosedur untuk mencegah infeksi<br />
4. Catat secara akurat jumlah darah yang masuk dan keluar untuk mempertahankan volume darah<br />
5. Pertahankan suhu tubuh yang optimal selama prosedur untuk mencegah hipotermia dan stress karena dingin atau hipotermia<br />
6. Observasi tanda perubahan reaksi transfusi (Tacykardia, bradikardia, distress nafas, perubahan tekanan darah secara dramatis, ketidakstabilan temperatur, dan rash)<br />
7. Siapkan alat resusitasi untuk mengatasi keadaan emergensi<br />
8. Cek umbilikal site terhadap terjadinya perdarahan atau infeksi<br />
9. Monitor vital sign selama dan stelah transfusi untuk mendeteksi komplikasi seperti disritmia jantung.<br />
<br />
Hasil yang diharapkan :<br />
1. Bayi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda reaksi transfusi<br />
2. Vital sign berada pada batas normal<br />
3. Tidak terjadi infeksi atau perdarahan pada daerah terpasangnya infus<br />
<br />
Dx.2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan bayi dengan potensial respon fisiologis yang merugikan<br />
<br />
Tujuan 1: Keluarga dapat memberikan suport emosional<br />
<br />
Tindakan:<br />
1. Hentikan fototherapi selama kujungan keluarga, lepaskan tutup mata bayi untuk membantu interaksi keluarga<br />
2. Jelaskan proses fisiologis jaundice untuk mencegah kekhawatiran keluarga dan potensial over proteksi pada bayi<br />
3. Yakinkan keluarga bahwa kulit akan kembali normal<br />
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya untuk memperpendek periode jaundice<br />
5. Jelaskan kegunaan ASI untuk mengatasi jaundice dan penyakit lainnya<br />
<br />
Hasil yang diharapkan :<br />
Keluarga menunjukkan pengertian terhadap terapi dan prognosa<br />
<br />
Tujuan 2: Keluarga dapat melaksanakan fototherapi dirumah<br />
<br />
Tindakan:<br />
1. Kaji pengertian keluarga terhadap jaundice dan terapi yang diberikan<br />
2. Instruksikan keluarga untuk:<br />
- Melindungi mata<br />
- Merubah posisi<br />
- Memberikan asupan cairan yang adekuat<br />
- Menghindari penggunaan minyak pada kulit<br />
- Mengukur suhu aksila<br />
- Mengobservasi bayi: warna, bentuk makanan, jumlah makanan<br />
- Mengobservasi bayi terhadap tanda letargi, perubahan pola tidur, perubahan pola eliminasi<br />
3. Menjelaskan perlunya test bilirubin bila diperlukan<br />
<br />
Hasil yang diharapkan:<br />
Keluarga dapat menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan fototherapi di rumah (khususnya metode dan rasional)<br />
<br />
HIPOTERMIA & HIPERTERMIA<br />
<br />
HIPOTERMIA<br />
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.<br />
<br />
Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.<br />
<br />
Etiologi dan faktor presipitasi<br />
- Prematuritas<br />
- Asfiksia<br />
- Sepsis<br />
- Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral<br />
- Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran<br />
- Eksposure suhu lingkungan yang dingin<br />
<br />
Penanganan hipotermia ditujukan pada: 1) Mencegah hipotermia, 2) Mengenal bayi dengan hipotermia, 3) Mengenal resiko hipotermia, 4) Tindakan pada hipotermia.<br />
<br />
Tanda-tanda klinis hipotermia:<br />
a. Hipotermia sedang:<br />
- Kaki teraba dingin<br />
- Kemampuan menghisap lemah<br />
- Tangisan lemah<br />
- Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata<br />
b. Hipotermia berat<br />
- Sama dengan hipotermia sedang<br />
- Pernafasan lambat tidak teratur<br />
- Bunyi jantung lambat<br />
- Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik<br />
c. Stadium lanjut hipotermia<br />
- Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang<br />
- Bagian tubuh lainnya pucat<br />
- Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)<br />
<br />
HIPERTERMIA<br />
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.<br />
<br />
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :<br />
- Suhu tubuh bayi > 37,5 C<br />
- Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit<br />
- Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang<br />
<br />
Pengkajian hipotermia & hipertermia<br />
1. Riwayat kehamilan<br />
- Kesulitan persalinan dengan trauma infant<br />
- Penyalahgunaan obat-obatan<br />
- Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu<br />
<br />
2. Status bayi saat lahir<br />
- Prematuritas<br />
- APGAR score yang rendah<br />
- Asfiksia dengan rescucitasi<br />
- Kelainan CNS atau kerusakan<br />
- Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C<br />
- Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal<br />
<br />
3. Kardiovaskular<br />
- Bradikardi<br />
- Takikardi pada hipertermia<br />
<br />
4. Gastrointestinal<br />
- Asupan makanan yang buruk<br />
- Vomiting atau distensi abdomen<br />
- Kehilangan berat badan yang berarti<br />
<br />
5. Integumen<br />
- Cyanosis central atau pallor (hipotermia)<br />
- Kulit kemerahan (hipertermia)<br />
- Edema pada muka, bahu dan lengan<br />
- Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)<br />
- Perspiration (hipertermia)<br />
<br />
6. Neorologic<br />
- Tangisan yang lemah<br />
- Penurunan reflek dan aktivitas<br />
- Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan<br />
<br />
7. Pulmonary<br />
- Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler<br />
- Retraksi dada<br />
- Ekspirasi grunting<br />
- Episode apnea atau takipnea (hipertermia)<br />
<br />
8. Renal<br />
- Oliguria<br />
<br />
9. Study diagnostik<br />
- Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi yang digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas<br />
- Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis<br />
- Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal dan potensila oliguri<br />
- Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal<br />
- Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi<br />
<br />
Diagnosa keperawatan<br />
Dx.1. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu lingkungan yang dingin atau panas.<br />
<br />
Tujuan 1 : Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan suhu tubuh<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji faktor yang berhubungan dengan resiko fluktuasi suhu tubuh pada bayi seperti prematuritas, sepsis dan infeksi, aspiksia atau hipoksia, trauma CNS, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin, trauma lahir dan riwayat penyalahgunaan obat pada ibu<br />
2. Kaji potensial dan aktual hipotermia atau hipertermia :<br />
- Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur<br />
- Monitor suhu lingkungan<br />
- Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi seperti baju basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar atau pendingin ruangan<br />
- Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya<br />
- Observasi warna kulit<br />
- Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure<br />
- Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea, kelembaban kulit, dan kehilangan cairan.<br />
<br />
Tujuan 2. Mencegah kondisi yang dapat mencetuskan fluktuasi suhu tubuh<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Lindungi dinding inkubator dengan<br />
- Meletakkan inkubator ditempat yang tepat<br />
- Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan + 24 C<br />
- Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator<br />
2. Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas<br />
3. Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil dan 6 – 12 jam postnatal, keringkan segera<br />
4. Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas<br />
5. Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat, inkubator dihangatkan dulu<br />
6. Pertahankan suhu kulit 36 – 36,5 C<br />
7. Sesedikit mungkin membuka inkubator<br />
8. Hangatkan selalu inkubator sebelum dipakai<br />
9. Gendong bayi dengan kulit menempel ke kulit ibu (metode kangguru)<br />
10. Beri topi dan bungkus dengan selimut<br />
<br />
Tujuan 3: Mencegah komplikasi dingin<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji tanda stress dingin pada bayi :<br />
- Penurunan suhu tubuh sampai < 32,2 C<br />
- Kelemahan dan iritabilitas<br />
- Feeding yang buruk dan lethargy<br />
- Pallor, cyanosis central atau mottling<br />
- Kulit teraba dingin<br />
- Warna kemerahan pada kulit<br />
- Bradikardia<br />
- Pernafasan lambat, ireguler disertai grunting<br />
- Penurunan aktivitas dan reflek<br />
- Distesi abdomen dan vomiting<br />
<br />
2. Berikan treatment pada aktual atau resiko injury karena dingin sebagai berikut :<br />
- Berikan therapy panas secara perlahan dan catat suhu tubuh setiap 15 menit<br />
- Pertimbangkan pemberian plasma protein (Plasmanate) setelah 30 menit<br />
- Berikan oksigen yang telah diatur kelembabannya<br />
- Monitor serum glukosa<br />
- Berikan sodium bikarbonat untuk acidosis metabolik<br />
- Untuk menggantikan asupan makanan dan cairan, berikan dekstrose 10% sampai temeperatur naik diatas 35 C<br />
<br />
Dx.2. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi.<br />
<br />
Tujuan : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi bayi dan perawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Beri informasi pada orangtua tentang :<br />
- Penyebab fluktuasi suhu tubuh<br />
- Kondisi bayi<br />
- Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh<br />
- Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan bepergian<br />
2. Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta mereka untuk mendemontrasikannya<br />
3. Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di inkubator<br />
4. Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan menunjukkan prilaku seperti diajarkan<br />
<br />
BAYI PREMATUR<br />
<br />
Definisi :<br />
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur.<br />
<br />
Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.<br />
<br />
Masalah yang umum terjadi diantaranya respiratory disstres syndrom (RDS), enterocolitis nekrotik, hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation, patetnt duktus arteriosus (PDA), edema paru, perdarahan intraventrikular. Stressor tambahan lain pada infant dan orangtua meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi. Respon orangtua dan mekanisme koping mereka dapat menimbulkan gangguan pada hubungan antar mereka. Diperlukan perencanaan dan tindakan yang adekuat untuk permasalahn tersebut.<br />
<br />
Bayi prematur dapat bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.<br />
<br />
Etiologi dan faktor presipitasi:<br />
Permasalahan pada ibu saat kehamilan :<br />
- Penyakit/kelainan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa, abruptio placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.<br />
- Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak adekuat<br />
- Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi<br />
- Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang, alkohol, merokok dan caffeine<br />
<br />
Pengkajian<br />
1. Riwayat kehamilan<br />
- Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah<br />
- Kehamilan kembar<br />
- Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk<br />
- Kemungkinan penyakit genetik<br />
- Riwayat melahirkan prematur<br />
- Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya<br />
- Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps umbilikus<br />
- Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alkohol<br />
- Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis.<br />
<br />
2. Status bayi baru lahir<br />
- Umur kehamilan antara 24 – 37 minggu, berat badan lahir rendah atau besar masa kehamilan<br />
- Berat badan dibawah 2500 gram<br />
- Kurus, lemak subkutan minimal<br />
- Adanya kelainan fisik yang terlihat<br />
- APGAR skore 1 – 5 menit : 0 – 3 mengindikasikan distress berat, 4 – 6 menunjukkan disstres sedang dan 7 – 10 merupakan nilai normal.<br />
<br />
3. Kardiovaskular<br />
- Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur<br />
- Saat kelahiran, terdengar murmur<br />
<br />
4. Gastrointestinal<br />
- Protruding abdomen<br />
- Keluaran mekonium setelah 12 jam<br />
- Kelemahan menghisap dan penurunan refleks<br />
- Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital<br />
<br />
5. Integumen<br />
- Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning<br />
- Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh<br />
- Kurus<br />
- Edema general atau lokal<br />
- Kuku pendek<br />
- Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis<br />
<br />
6. Muskuloskeletal<br />
- Cartilago pada telinga belum sempurna<br />
- Tengkorak lunak<br />
- Keadaan rileks, inaktive atau lethargi<br />
<br />
7. Neurologik<br />
- Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi<br />
- Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif<br />
- Tidak ada atau minimalnya tanda neurologik<br />
- Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu<br />
- Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik<br />
<br />
8. Pulmonary<br />
- Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea<br />
- Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, suprasternal, substrenal)<br />
- Terdengar crakles pada auskultasi<br />
<br />
9. Renal<br />
- Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir<br />
- Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam urine<br />
<br />
10. Reproduksi<br />
- Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol<br />
- Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia.<br />
<br />
11. Data penunjang<br />
- X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas<br />
- Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ<br />
- Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa<br />
- Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia<br />
- Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia)<br />
- Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.<br />
<br />
Diagnosa keperawatan<br />
Dx. 1. Resiko tinggi disstres pernafasan berhubungan dengan immaturitas paru dengan penurunan produksi surfactan yang menyebabkan hipoksemia dan acidosis<br />
<br />
Tujuan : Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi paru<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji data fokus pada kemungkinan disstres pernafasan yaitu :<br />
- Riwayat penyalahgunaan obat pada ibu atau kondisi abnormal selama kehamilan dan persalinan<br />
- Kondisi bayi baru lahir : APGAR score, kebutuhan resusitasi<br />
- Respiratory rate, kedalaman, takipnea<br />
- Pernafasan grunting, nasal flaring, retraksi dengan penggunaan otot bantu pernafasan (intercostal, suprasternal, atau substernal)<br />
- Cyanosis, penurunan suara nafas<br />
2. Kaji episode apneu yang terjadi lebih dari 20 detik, kaji keadaan berikut :<br />
- Bradykardi<br />
- Lethargy, posisi dan aktivitas sebelum, selama dan setelah episode apnea (sebagai contoh saat tidur atau minum ASI)<br />
- Distensi abdomen<br />
- Suhu tubuh dan mottling<br />
- Kebutuhan stimulasi<br />
- Episode dan durasi apnea<br />
- Penyebab apnea, seperti stress karena dingin, sepsis, kegagalan pernafasan.<br />
3. Berikan dan monitor support respiratory sebagai berikut :<br />
- Berikan oksigen sesuai indikasi<br />
- Lakukan suction secara hati-hati dan tidak lebih dari 5 detik<br />
- Pertahankan suhu lingkungan yang normal<br />
4. Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui terjadinya acidosis metabolik<br />
5. Berikan oabt-obat sesuai permintaan dokter seperti theophylin IV. Monitor kadar gula darah setiap 1 – 2 hari.<br />
<br />
Dx. 2. Resiko hipotermia atau hipertermia berhubungan dengan prematuritas atau perubahan suhu lingkungan<br />
<br />
Tujuan : Mempertahankan suhu lingkungan normal<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Pertahankan suhu ruang perawatan pada 25 C<br />
2. Kaji suhu rectal bayi dan suhu aksila setiap 2 jam atau bila perlu<br />
3. Tempatkan bayi di bawah pemanas atau inkubator sesuai indikasi<br />
4. Hindarkan meletakkan bayi dekat dengan sumber panas atau dingin<br />
5. Kaji status infant yang menunjukkan stress dingin<br />
<br />
Dx. 3. Defiensi nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya cadangan glikogen, zat besi, dan kalsium dan kehilangan cadangan glikogen karena metabolisme rate yang tinggi, tidak adekuatnya intake kalori, serta kehilangan kalori.<br />
<br />
Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan intake kalori yang adekuat pada bayi<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji refleks hisap dan reflek gag pada bayi. Mulai oral feeding saat kondisi bayi stabil dan respirasi terkontrol<br />
2. Kaji dan kalkulasikan kebutuhan kalori bayi<br />
3. Mulai breast feeding atau bottle feeding 2 – 6 jam setelah lahir. Mulai dengan 3 – 5 ml setiap kali setiap 3 jam. Tingkatkan asupan bila memungkinkan.<br />
4. Timbang berat badan bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan intake kalori untuk menentukan pemabatasan atau peningkatan intake<br />
5. Berikan infus dextrose 10% jika bayi tidak mampu minum secara oral<br />
6. Berikan TPN dan intralipid jika dibutuhkan<br />
7. Monitor kadar gula darah<br />
<br />
Dx. 4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan imaturitas, radiasi lingkungan, efek fototherapy atau kehilangan melalui kulit atau paru.<br />
<br />
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji dan hitung kebutuhan cairan bayi<br />
2. Berikan cairan 150 – 180 ml/kg berat badan dan 200 ml/kg berat badan jika dibutuhkan.<br />
3. Timbang berat badan bayi setiap hari<br />
4. Monitor dan catat intake dan output setiap hari, bandingkan jumlahnya untuk menentukan status ketidakseimbangan.<br />
5. Test urine : spesifik gravity dan glikosuria<br />
6. Pertahankan suhu lingkungan normal<br />
7. Kaji tanda-tanda peningkatan kebutuhan cairan :<br />
- Peningkatan suhu tubuh<br />
- Hipovolemik shock dengan penurunan tejanan darah dan peningkatan denut jantung, melemahnya denyut nadi, tangan teraba dingin serta motling pada kulit.<br />
- Sepsis<br />
- Aspiksia dan hipoksia<br />
8. Monitor potassium, sodium dan kadar chloride. Ganti cairan dan elektrolit dengan dextrose 10% bila perlu.<br />
<br />
Dx. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik bayi dan kemungkinan infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat<br />
<br />
Tujuan : Infeksi dapat dicegah<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji fluktuasi suhu tubuh, lethargy, apnea, iritabilitas dan jaundice<br />
2. Review riwayat ibu, kondisi bayi saat lahir, dan epidemi infeksi di ruang perawatan<br />
3. Amati sampel darah dan drainase<br />
4. Lakukan pemeriksaan CBC dengan hitung leukosit, platelets, dan imunoglubolin<br />
5. Berikan lingkungan yang melindungi bayi dari infekasi :<br />
- Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi<br />
- Ikuti protokol isolasi bayi<br />
- Lakukan tehnik steril saat melakukan prosedur pada bayi<br />
<br />
Dx. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rapuh dan imaturitas kulit<br />
<br />
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji kulit bayi terhadap kemerahan, iritasi, rashes, dan lesi serta keadaan pada area kulit yang tertekan.<br />
2. Kaji tempat-tempat prosedur invasif pada bayi<br />
3. Berikan perawatan kulit setiap hari. Lindungi kulit bayi dari kontak dengan agen pembersih atau plester.<br />
<br />
Dx. 7. Gangguan sensori persepsi : visual, auditory, kinestehetik, gustatory, taktil dan olfaktory berhubungan dengan stimulasi yang kurang atau berlebihan pada lingkungan intensive care<br />
<br />
Tujuan : Mempertahankan stimulasi sensori yang optimal tanpa berlebihan<br />
<br />
Tindakan :<br />
1. Kaji kemampuan bayi memberikan respon terhadap stimulus. Observasi :<br />
- Deficit neurologik<br />
- Kurangnya perhatian bayi terhadap stimulus<br />
- Tidak ada respon terhadap suara, kontak mata atau tidak adanya refleks normal<br />
- Efek obat terhadap perkembangan bayi<br />
2. Berikan stimulasi visual :<br />
- Arahkan cahaya lampu pada bayi<br />
- Ayunkan benda didepan mata bayi<br />
- Letakkan bayi pada posisi yang memungkinkan untuk kontak mata : tegakkan bayi<br />
3. Berikan stimulasi auditory :<br />
- Bicara pada bayi, lakukan dengan tekanan suara rendah dan jelas<br />
- Panggil bayi dengan namanya, bicara pada bayi saat memberikan perawatan<br />
- Bernyanyi, mainkan musik tape recorder atau hidupkan radio<br />
- Hindari suara bising di sekitar bayi<br />
4. Berikan stimulasi tactile :<br />
- Peluk bayi dengan penuh kasih sayang<br />
- Berikan kesempatan pada bayi untuk menghisap<br />
- Sentuh bayi dengan benda lembut seperti saputangan atau kapas<br />
- Berikan perubahan posisi secara teratur<br />
5. Berikan stimulasi gustatory dengan mendekatkan hidung bayi ke payudara ibu atau ASI yang ditampung.<br />
6. Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup.<br />
<br />
Dx. 8. Deficit pengetahuan (keluarga) tentang perawatan infant yang sakit di rumah<br />
<br />
Tujuan :<br />
1. Informasikan orangtua dan keluarga tentang :<br />
- Proses penyakit<br />
- Prosedur perawatan<br />
- Tanda dan gejala problem respirasi<br />
- Perawatan lanjutan dan therapy<br />
2. Ajarkan orangtua dan keluarga tentang treatment pada anak :<br />
- Therapy home oksigen<br />
- Ventilasi mekanik<br />
- Fisiotherapi dada<br />
- Therapy obat<br />
- Therapy cairan dan nutrisi<br />
3. Berikan kesempatan pada keluarga mendemontrasikan perawatan pada bayinya<br />
4. Anjurkan keluarga terlibat pada perawatan bayi<br />
5. Ajarkan keluarga dan orangtua bagaimana menyeimbangkan istirahat dan tidur dan bagaimana menilai toleransi bayi terhadap aktivitas.<br />
<br />
ASFIKSIA<br />
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.<br />
<br />
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score). Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA Score) sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang essensial.<br />
<br />
Tabel 2. Cara Menetapkan Nilai SIGTUNA<br />
Yang Dinilai 2 1 0 Nilai<br />
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada<br />
Denyut jantung > 100/menit < 100/menit Tidak ada<br />
Jumlah nilai = Nilai SIGTUNA<br />
<br />
Derajat vitalitas bayi baru lahir menurut nilai SIGTUNA adalah : (a) tanpa asfiksia atau asfiksia ringan nilai = 4, (b) asfiksia sedang nilai 2 – 3, (c) asfiksia berat nilai 1, (d) bayi lahir mati / mati baru “fresh still birth” nilai 0.<br />
<br />
Selama ini umumnya untuk menilai derajat vitalitas bayi baru lahir digunakan penilaian secara APGAR. Pelaksanaanya cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha nafas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. dari hasil penelitian di AS nilai APGAR sangat bermanfaat untuk mengenal bayi resiko tinggi yang potensial untuk kematian dan kecacatan neurologis jangka panjang seperti cerebral palsy. Dari lima variabel nilai APGAR hanya pernafasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia. Ketiga variabel lain lebih merupakan indikator maturitas tumbuh kembang bayi.<br />
<br />
Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga jalan nafas tetap bebas, merangsang pernafasan, menjaga curah jantung, mempertahankan suhu, dan memberikan obat penunjang resusitasi. Akibat yang mungkin muncul pada bayi asfiksia secara keseluruhan mengalami kematian 10 – 20 %, sedangkan 20 – 45 % dari yang hidup mengalami kelainan neurologi. Kira-kira 60 % nya dengan gejala sisa berat. Sisanya normal. Gejala sisa neurologik berupa cerebral palsy, mental retardasi, epilepsi, mikrocefalus, hidrocefalus dan lain-lain.<br />
<br />
Diagnosa Keperawatan<br />
Gangguan pertukaran gas<br />
<br />
Data penunjang/Faktor kontribusi :<br />
Oksigenasi yang adekuat dari bayi dipengaruhi banyak faktor seperti riwayat prenatal dan intrapartal, produksi mukus yang berlebihan, dan stress karena dingin. Riwayat prenatal dan intrapartal yang buruk dapat mengakibatkan fetal distress dan hipoksia saat masa adaptasi bayi. Pertukaran gas juga dapat terganggu oleh produksi mucus yang berlebihan dan bersihan jalan nafas yang tidak adekuat. Stress akibat dingin meningkatkan kebutuhan oksigen dan dapat mengakibatkan acidosis sebagai efek dari metabolisme anaerobik.<br />
<br />
Tujuan :<br />
Jalan nafas bebas dari sekret/mukus, pernafasan dan nadi dalam batas normal, cyanosis tidak terjadi, tidak ada tanda dari disstres pernafasan.<br />
<br />
Intervensi :<br />
• Amati komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta dan fetal (penyakit jantung atau ginjal, PIH atau Diabetes)<br />
• Review status intrapartal termasuk denyut jantung, perubahan denyut jantung, variabilitas irama, level PH, warna dan jumlah cairan amnion.<br />
• Catat waktu dan pengobatan yang diberikan kepada ibu sepertia Magnesium sulfat atau Demerol<br />
• Kaji respiratori rate<br />
• Catat keadaan nasal faring, retraksi dada, respirasi grunting, rales atau ronchi<br />
• Bersihkan jalan nafas; lakukan suction nasofaring jika dibutuhkan, monitor pulse apikal selama suction<br />
• Letakkan bayi pada posisi trendelenburg pada sudut 10 derajat.<br />
• Keringkan bayi dengan handuk yang lembut selimuti dan letakkan diantara lengan ibu atau hangatkan dengan unit pemanas<br />
• Amati intensitas tangisan<br />
• Catat pulse apikal<br />
• Berikan sentuhan taktil dan stimulasi sensori<br />
• Observasi warna kulit, lokasi sianosis, kaji tonus otot<br />
Kolaborasi<br />
• Berikan oksigen melalui masker, 4 - 7 lt/menit jika diindikasikan asfiksia<br />
• Berikan obat-obatan seperti Narcan melalui IV<br />
• Berikan terapi resusitasi<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991<br />
<br />
Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994<br />
<br />
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990<br />
<br />
Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia, 1988eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-72584972331093574992011-05-08T01:33:00.000-07:002011-05-08T01:52:48.894-07:00Neonatal<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5wp4Nv1dAa9Gao6B6i6_Tsrw133Cf_tog96-kZfNLDkStpnND5OPAV_8b9yrbYZkhyREp9YZNJCUG-zr289lvzYwtw7SV0BvTtxvXUjKDGo4hDuEIeEHpNG_tK_eIzKGPOoeBKf3eziMZ/s1600/neo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5wp4Nv1dAa9Gao6B6i6_Tsrw133Cf_tog96-kZfNLDkStpnND5OPAV_8b9yrbYZkhyREp9YZNJCUG-zr289lvzYwtw7SV0BvTtxvXUjKDGo4hDuEIeEHpNG_tK_eIzKGPOoeBKf3eziMZ/s1600/neo.jpg" /></a>PENDAHULUAN<br />
Pelayanan kesehatan neonatal harus di mulai sebelum bayi di lahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi ibu hamil perlu di prioritaskan seperti ; gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan. Di samping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabakan kematian perinatal yang meliputi; perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi.<br />
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang kritis, pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada bayi berat lahir rendah. Pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau keehatan bayi dan anak.<br />
Neonatus pada minggu pertama sangat dipengaryhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.<br />
<br />
PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG BAYI<br />
1. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG<br />
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang saling berkaitan dan sulit dipisahkan.<br />
? Pertumbuhan<br />
Adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya penambahan perbesaran sel-sel tubuh.<br />
? Perkembangan<br />
Adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai bertambahnya kemampuan/ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan aspek non fisik.<br />
Jadi yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah; suatu proses pertumbuhan fisik yang ditandai bertambahnya ukuran organ tubuh karena pertumbuhan sel dan suatu proses aspek non fisik menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan/ketrampilan yang menyangkut struktur dan fungsi tubuh.<br />
<br />
2. TUJUAN<br />
Tujuan mempelajari pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah:<br />
1. Untuk mengetahui tumbuh kembang bayi yang normal.<br />
2. Untuk mengetahui adanya kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi sedini mungkin.<br />
3. Untuk mengarahkan agar pertumbuhan dan perkembanagn bayi langsung selaras sesuai dengan usianya.<br />
<br />
3. TAHAP/FASE TUMBUH KEMBANG ANAK<br />
1. Fase neonatus : Sejak lahir sampai umur 4 minggu<br />
2. Fase bayi : 4 minggu sampai dengan 1 tahun<br />
3. Fase prasekolah/balita : 1 sampai dengan 5 tahun<br />
4. Fase anak sekolah : 6 sampai dengan 12 tahun<br />
5. Fase remaja : 12 sampai dengan 18 atau 21 tahun(belum<br />
menikah)<br />
<br />
4. PENGAWASAN MASA BAYI<br />
Pada masa ini bayi dilengkapi dengan beberapa kemampuan yaitu intrinsik dan reflek.<br />
<br />
<br />
a. Intrinsik<br />
Yaitu kemampuan yang telah ada sejak lahir melalui rangsangan-rangsangan dengan cara yang khas.<br />
Contoh: bayi akan tersenyum bilas dia diajak berbicara ibunya walaupun ia belum mengerti kata-kata yang diucapkan ibunya.<br />
b. Reflek<br />
Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi normal.<br />
1. Tonik neek reflek<br />
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan scara spontan memiringkan kepalanya.<br />
2. Rooting reflek<br />
Bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.<br />
3. Grasping reflek<br />
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.<br />
4. Moro reflek<br />
Reflek yang timbul diluar kemauan/kesadaran bayi.<br />
Contoh : bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakuakn gerakan yang mengangkat tubuhnay pada orang yang mendekapnya.<br />
5. Startle reflek<br />
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis.<br />
6. Stapping reflek<br />
Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah –olah berjalan.<br />
<br />
5. PERTUMBUHAN BB/TB/LK<br />
? Pertumbuhan Berat Badan selama masa bayi.<br />
- Triwulan I : 1-3 bulan, kenaikan rata-rata 700-1000 gr<br />
- Triwulan II : 4-6 bulan, kenaikan rata-rata 500-600 gr<br />
- Triwulan III : 7-9 bulan, kenaikan rata-rata 350-450 gr<br />
- Triwulan IV : 10-12 bulan, kenaikan rata-rata 250-350 gr<br />
? Pertumbuhan Panjang Badan<br />
- Triwulan I : 10 cm<br />
- Triwulan II : 6 cm<br />
- Triwulan III : 5 cm<br />
- Triwulan IV : 4 cm<br />
? Pertumbuhan Lingkar Kepala<br />
- Triwulan I : penambahan 2 cm/bulan<br />
- Triwulan II : penambahan 1 cm/bulan<br />
- Triwulan III : penambahan 2 cm/bulan<br />
- Triwulan IV : penambahan 1 cm/bulan<br />
<br />
6. TANDA-TANDA PERKEMBANGAN BAYI 0-3 BULAN<br />
Gerakan kasar Gerakan halus Bicara, bahasa, kecerdasan Bergaul dan Mandiri<br />
Menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama mudahnya ketika telentang Memberikan reaksi dan melihat kearah sumber cahaya. Mengeluarkan suara (mengoceh) Membalas senyuman<br />
<br />
7. STIMULASI PERKEMBANGAN BAYI 0-3 BULAN<br />
a. Pengungkapan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman<br />
Berbicara lembut, memeluk, membelai, mencium, menyanyikan lagu.<br />
b. Menirukan ocehan, gerakan mimik anak.<br />
Anak sering diajak bicara dan mendengarkan berbagai suara misalnya: suara burung, radio, kerincingan.<br />
c. Melatih anak membalikkan badan dari terlentang ke telungkup<br />
Ketika telentang anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik(berwarna, menyolok/berbunyi) benda itu kemudian digerakkan kesisi badannya, anak akan mengikuti benda itu sambil memiringkan badan, benda digerakkan terus agar anak berlatih membalikkan badannya.<br />
d. Melatih anak mengangkat kepala dan memperhatikan benda bergerak. Gerakkanlah benda yang menarik dihadapan anak, ketika ia telungkup angkatlah benda itu ke atas, sehingga anak dilatih mengangkat kepalanya ketika memperhatikan benda itu.<br />
e. Melatih anak menggenggam benda kecil<br />
Sentuhlah pensil atau benda yang serupa pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak akan berlatih menggenggam benda tersebut.eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-75378744248394580882011-05-04T19:53:00.000-07:002011-05-04T19:53:09.748-07:00Kisah Pohon Apel dan Seorang Anak Kecil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmHhvaeqrRQ4Lg1fBf_3YIPNPKNmu9Cy5UvoWuQE8lLrxZRMmaSTq3rueVk2toiIJVL00nmbgIutyosdpy2YlwXcpsMlFPO3q_GdFz9Yo8thnh0SQ79ZViATm1TodKwI4MAxmbhVNteSvs/s1600/pohon-apel.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmHhvaeqrRQ4Lg1fBf_3YIPNPKNmu9Cy5UvoWuQE8lLrxZRMmaSTq3rueVk2toiIJVL00nmbgIutyosdpy2YlwXcpsMlFPO3q_GdFz9Yo8thnh0SQ79ZViATm1TodKwI4MAxmbhVNteSvs/s1600/pohon-apel.jpg" /></a></div>Si Pohon Apel Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.<br />
<br />
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. ” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.<br />
<br />
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.<br />
<br />
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.<br />
<br />
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali.. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.<br />
<br />
Ini adalah cerita tentang kita semua… Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.<br />
<br />
Kutipan : by Arief RahmaneM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4129775778423955832.post-72205234471328955192011-05-04T05:56:00.000-07:002011-05-04T05:56:02.185-07:00Membedah Rasa Sakit Seorang Jomblo Part II<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-size: 11px; line-height: 18px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Naq5_iYf_jv2esXDwe516uDp6A8k7_JP2ZGBzhObpzdgUds7TJbVQ5lo3z2vHRlCnGbMDXmH7NYMsdZxMFdHLOTvsDBY32oK68RCD6QMvf21RRvBWBf5R-17ipiasdygk6WRMGQmnc3R/s1600/jomblo+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Naq5_iYf_jv2esXDwe516uDp6A8k7_JP2ZGBzhObpzdgUds7TJbVQ5lo3z2vHRlCnGbMDXmH7NYMsdZxMFdHLOTvsDBY32oK68RCD6QMvf21RRvBWBf5R-17ipiasdygk6WRMGQmnc3R/s1600/jomblo+2.jpg" /></a>sebelum membeberkan semuanya, pastikan Anda sudah membaca <a href="http://em-apriel.blogspot.com/2011/04/membedah-rasa-sakit-seorang-jomblo-part.html">bagian pertama</a> yang ditulis oleh Lex beberapa waktu yang lalu. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sudah? </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Oke, kita akan mulai dengan mengajak Anda mengingat semua pengalaman Anda selama ini, yang selalu gagal dalam urusan romansa. Penolakan demi penolakan Anda alami, dan meskipun ternyata Anda cukup beruntung hingga akhirnya berhasil mendapatkan pacar beberapa kali, namun semua berakhir singkat dengan cara yang tragis dan menyedihkan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Patah hati, sakit hati, pilu, pedih, perih, sedih, miris, kesepian, merasa tidak diinginkan, merasa menjadi korban kejamnya dunia dan semua emosi negatif lainnya menjadi bagian dari realita Anda. Ditambah dengan penyakit ngarep, romantic junkie, approval junkie dan penyakit-penyakit romansa kronis lainnya, Anda menjadi sosok yang sangat melankolis dan penuh kepahitan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Anda tenggelam dalam lagu-lagu cengeng dan mellow, film-film lokal dan Asia yang penuh dengan air mata dan momen-momen nan ngarep menjadi konsumsi sehari-hari Anda. Semuanya itu seolah-oleh semakin mengkonfirmasi apa yang Anda rasakan selama ini, “Tuh kan bener, dunia ini gak adil.” </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan Anda menarik diri dari lingkungan sosial Anda. Dari keluarga, kuliah, atau kantor. Anda menjadi seorang penyendiri, dan Anda memberikan alasan yang kuat pada diri Anda sendiri untuk menjadi seperti itu, “This is what I am! I'm a loner. No body understands what I feel.” </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Atau apabila Anda memiliki banyak teman yang senasib sepenanggungan, yang Anda lakukan adalah menghabiskan waktu untuk mengeluh, meraung dan meratapi nasib romansa Anda yang rasanya makin lama makin kelam. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Anda membiarkan diri Anda tenggelam dalam lautan emosi yang begitu kelam dan menyedihkan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya mengerti rasanya, karena saya juga pernah berada di situ dan mengalami hal yang sama. Bukan hanya saya, tapi Jet, dan Lex pun berasal dari tempat yang sama. We know how it feels. We feel you, bro. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak ada yang menyalahkan Anda kalau Anda sedih dan sakit hati. Anda berhak untuk merasakan semua hal itu. Apabila sesuatu yang menyakitkan terjadi pada diri seseorang, tentu respon yang normal adalah merasakan rasa sakit. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi masalahnya, apabila Anda terus larut dan terpuruk dalam keadaan itu, dan membiarkan diri Anda terus merasakan emosi-emosi tersebut, tanpa Anda sadari Anda membuat diri Anda kecanduan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya bisa mendengar Anda bertanya, “Hah? Kecanduan? Kecanduan apa?” </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kecanduan rasa sakit. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasa sakit, pedih, sedih, miris, pilu, senang, bahagia, berbunga-bunga, marah, kesal, jatuh cinta dan sebagainya yang Anda rasakan, itu semuanya adalah emosi. Emosi adalah proses fisiologi yang terjadi di dalam tubuh yang timbul ketika Anda mendapat stimulasi-stimulasi tertentu. Dan emosi memiliki pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan otak Anda. Begitu kuat sehingga apabila Anda membiarkan diri Anda larut dalam emosi, Anda akan kehilangan akal sehat Anda. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Semakin sering Anda merasakan gejolak emosi yang sama, maka makin mudah bagi Anda untuk memicu emosi tersebut. Semakin sering Anda mengakses emosi yang sama terus menerus, maka itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan tanpa Anda sadari Anda sudah kecanduan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika Anda merasakan rasa sakit hati, sedih, dan pilu terus menerus, maka Anda telah membiasakan diri Anda untuk merasakan hal-hal tersebut. Semakin sering Anda merasakan pedih, miris dan kesepian, maka akan semakin mudah bagi Anda untuk memicu emosi tersebut. Tidak perlu seorang wanita datang dan menolak Anda, Anda cukup melihat sosok wanita yang mirip dengan si dia saja dan Anda akan langsung merasakan semua rasa sakit hati Anda. Lagi dan lagi. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi saya yakin Anda ingin protes kepada saya saat ini, “Gue gak kecanduan rasa sakit kok! Justru gue gak pengen sakit hati lagi!” </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya, logika Anda memang berpikir seperti itu, karena akal sehat Anda tahu bahwa rasa sakit hati itu adalah sesuatu yang negatif dan merusak. Namun apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda rasakan tidak selalu sejalan, saya rasa Anda juga mengerti, kan? </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Anda pasti mengenal seseorang yang terkenal sebagai seorang pemarah berat. Sebenarnya pemarah bukanlah sifat ataupun karakter bawaan, tapi hanyalah sebuah kebiasaan. Dengan kata lain, si pemarah kecanduan rasa marahnya sendiri. Dia mungkin menyadari kalau kebiasaannya marah-marah itu adalah sebuah kebiasaan buruk. Tapi, baik disadari maupun tidak, seorang pemarah merasakan suatu kenikmatan tersendiri setiap kali dia mengerahkan amarahnya secara lepas. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hal yang sama dapat terjadi pada semua orang dengan jenis kasus yang berbeda. Ganti saja kata 'amarah' dengan kata lainnya. Seorang yang kecanduan 'cinta', misalnya, sangat menikmati perasaan 'sedang jatuh cinta'. Rasa berbunga-bunga dan getar-getar yang dia rasakan ketika bertemu dengan lawan jenis baru yang menarik hatinya, sehingga membuat dia sering bergonta-ganti pasangan. Dia jatuh cinta pada perasaan jatuh cinta itu sendiri. Kecanduan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hal yang sama terjadi pada Anda. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau Anda tidak kecanduan rasa sakit, lalu mengapa Anda sangat menikmati rasa pilu yang meresap ketika Anda mendengarkan lagu D'Masiv, Cinta Ini Membunuhku, berulang-ulang kali? </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau Anda tidak kecanduan rasa sakit, lalu mengapa Anda sangat menikmati rasa miris yang menyayat hati ketika Anda menonton drama percintaan, di mana sang pria menunggu semalaman dibawah hujan deras dan membawa kue kesukaan sang wanita hanya untuk melihat sang wanita berpelukan mesra dengan pria lain?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau Anda tidak kecanduan rasa sakit, lalu mengapa Anda sangat menikmati rasa kesepian yang melanda setiap malam, ketika Anda mengingat-ingat semua detil kejadian yang menyakitkan saat si dia sepertinya memberi harapan lalu akhirnya menolak dan menjauhi Anda?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Anda sudah kecanduan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi Anda tidak menyadarinya, dan ini yang membuat keadaan Anda semakin parah..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagi Anda yang baru mendengar tentang semua ini sekarang, mungkin hal ini kedengarannya absurd. tapi kecanduan emosi tertentu adalah realita yang terjadi pada setiap orang. Setiap orang memiliki kecanduannya sendiri. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Semakin cepat Anda menerima dan mengakui keadaan Anda, semakin cepat Anda dapat mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Karena hal ini akan sangat merusak hidup Anda apabila Anda tidak menyadarinya dan melakukan sesuatu. Rasa kecanduan itu akan mensabotase setiap hubungan Anda dengan orang lain, apalagi dengan wanita dalam dunia romansa. Karena apapun respon si wanita terhadap Anda, Anda akan selalu mencari rasa sakit tersebut. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Apabila si wanita memberi respon positif dan semuanya tampak berjalan lancar, Anda akan bertanya-tanya dalam hati Anda, “Kok bisa selancar ini? This is too good to be true. Gak mungkin dia suka sama gue semudah ini.” Anda merasa diri Anda tidak layak untuk mendapatkan hubungan yang lancar dan indah dengan wanita. Dan Anda mulai mencari bukti-buktinya. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika si dia tidak membalas sms Anda, atau menolak ajakan Anda, pergi hang out dengan pria lain, dan segala macam tindakan kecil lainnya, Anda akan menganggap ini sebagai konfirmasi dari perasaan negatif Anda. “Tuh kan, memang dia gak suka sama gue. Ah gue emang loser. Gak mungkin lah dia suka sama gue. Kenapa gue selalu mengalami hal seperti ini sih?” </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Anda terjebak dalam rasa ngarep dan self-pity. Kalau sudah begini, hasilnya akan sesuai dengan prediksi Anda. Si dia menolak dan menjauhi Anda. Jelas saja, siapa sih yang ingin bersama dengan orang yang selalu mengasihani diri sendiri dan menyedihkan seperti itu? </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya tahu penyakit ini tidak mudah untuk diatasi. Sama seperti orang yang kecanduan rokok, alkohol atau obat-obatan, sangat susah untuk menghentikan kebiasaan yang Anda nikmati. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pertama, Anda harus mengambil keputusan untuk mengatasi kecanduan Anda. Berjanjilah pada diri Anda sendiri. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kedua, Anda harus menghindar jauh-jauh dari semua sumber kecanduan Anda. Lagu-lagu cengeng, film-film percintaan, dan pikiran-pikiran negatif yang kerap kali menganggu Anda. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketiga, Anda harus merubah kebiasaan Anda yang selalu mellow itu. Pergilah bersenang-senang dengan teman-teman Anda, dan lupakan semua memori buruk yang pernah Anda alami. Jangan pernah Anda ingat-ingat lagi. Dan tentu saja, praktekkan dan install semua paradigma dan pola pikir yang sudah Anda pelajari lewat Hitman System. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Perlahan namun pasti, apabila Anda terus melakukan ketiga hal itu, saya jamin Anda pasti akan merasakan perubahan yang signifikan. Hidup Anda akan terasa lebih cerah dan berhubungan dengan wanita tidak lagi menjadi sebuah hal yang menimbulkan rasa sakit dan pilu. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hentikan kecanduan Anda sekarang juga! </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sahabat Anda, Kei Savourie</span></div><div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kutipan ; Hitmansystem.com</span></div>eM_apRieLhttp://www.blogger.com/profile/01848544979153294915noreply@blogger.com0