Selasa, 12 Juli 2011

HIPERKALSEMIA

HIPERKALSEMIA

1. Definisi
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi ini merupakan ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis krisis hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat.
Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemmia melalui berbagai mekanisme. Sekresi hormon paratiroid berlebih yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatnya pelepasan kalsium dari tulang an meningkatnya penyerapan kalsium pada usu dan ginjal.
Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebakan kenaikan kalsium total ( dan secara khusus terionisasi ) dalam aliran darah.  Hiperkalsemia simtomatik akibat imobilisasi, bagaimanapun jarang terjadi, bila memang terjadi hal ini tampaknya terbatas pada individu dengan angka kepulihan kalsium yang tinggi 
( seperti pada remaja selama pertumbuhan yang cepat ). Sebagian besar kasus hiperkalsemia sekunder terhadap imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau multipel atau paralisis traumatik yang luas.
Diuretik tiasid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena diuretik ini memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi ekskresi kalsium urine. Sindrom susu – alkali dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptikum yang di obati dalam waktu lama menggunakan  antasida susu dan alkalin, terutama kalsium karbonat. Intoksikasi vitamin A dan D, juga penggunaan litium, dapat menyebabkan kelebihan kalsium.
Disamping itu meningkatnya kalsium dalamdarah juga didukung dengan asupan kalsium yang memang tinggi sertameningkatnya penyerapan kalsium pada sluran cerna.


2. Manisfestasi Klinis
Secara umum, gejala – gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksatabilitas neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala sperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi pada mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan kalsium yang bwrkaitan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri abdomen dan tulang dapat terjadi. Distensi abdomen dan paralitik ileus dapat menyulitka krisis hiperkalsemia hebat. Rasa haus yang hebat dapat terjadi sekunder terhadap poliuria yang disebabakan oleh beban zat terlarut ( kalsium ) yang tinggi. Pasien dengan  hiperkalsemia dapat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus peptikum karena hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganggu dengan kadar serum kalsium hanya 12mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum kembali pada normal setelah pengobatan.
Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum adalah sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya, toksisitas digitalis diperberat oleh hiperkalsemia.
Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga 17mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat atau poliuria secara khas ada. Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan muskular, mual yang tidak dapat dihilangkan, kram andomen, obstipasi ( konstipasi yang sangat hebat ) atau diare, gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi, konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan henti jantung.

3. Evaluasi Diagnostik 
Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5mg/dl ( SI: 2,6mmol/L ). Perubahan – perubahan kardiovaskuler dapat mencakup beragam disritmia dan perpendekan interval QT dan segmen ST. Interval PR kadang memanjang. Uji antibodi hormon paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan antara hiperparatiroidisme dengan malignansi sebagai penyebab hiperkalsemia. Kadar hormon paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme primer atau sekunder dan ditekan paa malignansi. Temuan  rontgen dapat menunjukan adanya osteoporosis, kavitasi tulang, atau batu saluran kemih.



4. Penatalaksanaan 
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum dan memeperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasari ( kemoterapi untuk malignansi atau paratirodektomi parsial untuk hiperparatiroidisme ) adalah penting.
Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan menungkatkan eksresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melaui diet. Pemberian larutan natrium klorida 0.9% intravena secara temporer mengencerkan kadar kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan menghambat reabsorbsi kalsium ditubular. Furosemid ( lasix ) sering digunakan dalam kaitannya dengan pemberian salin, selain menyebabkan dieuresis, furosemid meningkatkan ekskresi kalsium.
Kalsitosin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang tidak apat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitosin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan defosit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urine. Meskipun tesedia dalam beberapa bentuk, kalsitosin yang didapatkan dari salmon umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi terhadap kalsitosin salmon penting untuk dilakukan sebelum kalsitosin diberikan. Reaksi alergi sistemik mungkin terjadi karena hormon ini merupakan protein, resistensi terhadap medikasi ini dapat berbentuk kemudian karena pembentukan antibodi. Kalsitosin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkuta karena pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.
Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada pengendalian kondisi melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi. Kortikosteroid mungkin digunakan untuk menurunkan pergantian tulang dan reabsorbsi tubular bagi pasien dengan sarkoidosis, mieloma, limfoma, dan leukimia, pasien dengan tumor padat kurang responsif. Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklas. Pamidronat ( Aredia ) adalah agen yang paling paten dari preparat ini dan diberikan secara intravena, obat ini menyebabkan pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah SDP, dan miralgia. Etidronat ( didronel ) adalah bifosfonat lainnya yang diberikan secara intravena, tetapi kerjanya lambat. Mitharamycin, suatu antibiotik sitotoksik, menghambat resorpsi tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum. Preparat ini harus digunakan secara hati – hati karena memiliki efek samping yang signifikan, termasuk trombositosenia, nefrotoksisitas, dan hepatotoksistas. Garam fosfat inorganik dapat diberikan secara oral atau melalui selang nasogastrik (dalam bentuk phosbo-soda atau neutra-Phos), secara rektal ( sebagai enema retensi ), atau secara intravena. Terapi fosfat intravena dilakukan dengan sangat hati – hati dalam mengobati hiperkalsemia karena hal ini dapat menyebabkan klasifikasi dalam beragam jaringan, hipotensi, tetani, dan gagal ginjal akut.

5. Intervensi Keperawatan
Penting untuk memanatau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang beresiko terhadap kelainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan mobilitas pasien dan memperbanyak cairan, dapt membantu mencegah hiperkalsemia, atau setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat yang bereriko tehadap hiperkalsemia diberikan dorongan untuk ambulasi secepat mungkin, pasien rawat jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan tentang pentingnya ambulasi yang sering. 
Ketika memperbanyak cairan oral, perawat harus mwmpertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan pasien. Cairan yang menganduing natrium harus diberikan, kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi lainnya, karena natrium memudahkan ekskresi kalsium. Pasien yang dirawat dirumah didorong untuk minum 3 sampai 4 quart air setiap hari, jika memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan dilakukan sesuai kebutuhan, ketika gejala – gejala mental akibat hiperkalsemia timbul. Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mentak ini dapat pulih dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis, karenanya pasien dikaji terhadap tanda dan gejala toksisitas digitalis. Perubhan EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan blok jantung) , karenanya nadi pasien dipantau terhadap segala abnormalitas.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More