This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 12 Juli 2011

LIMFOMA MALIGNA

LIMFOMA MALIGNA
(KANKER KELENJAR GETAH BENING)

B.Pengertian Limfoma maligna
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.
C.Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif

Perbedaan Gejala Klinis antara LNH dan PH

LNH
PH
Pola kelenjar getah bening yang terlibat
Sentrifugal; KGB yang terlibat lebih luas
Sentripetal; KGB yang terlibat setempat-setempat (terlokalisasi); KGB aksila adalah yang paling sering terkena

Sifat kelenjar getah bening
Keras dan berbatas tegas
Kenyal
Cincin Waldeyer, KGB epitroklear, traktus gastrointestinal dan testis
+
KGB Abdomen
+
- ; kecuali pada penderita PH jenis sel B dan usia lanjut
KGB mediastinum
< 20% pasien
> 50% pasien
Sumsum tulang
+
Hati
+ ; terutama pada tipe limfoma folikuler

D.Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
E.Patofisiologi Dan Gambaran Klinis
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
1.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
2.Sering keringat malam
3.Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan
F.Klasifikasi Patologi
Klasifikasi patologi limfoma telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis

G.Stadium limfoma maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1.Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.
2.Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
3.Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
4.Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak
H.Pemeriksaan Diagnosis
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna:
1.Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar
2.Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.
3.Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
I.Penatalaksanaan
Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa cara, sesuai dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah kambuh, stadium berapa, umur, kondisi badan, kebutuhan dan keinginan pasien. Secara garis besar penyembuhan terjadi sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan.

PATHWAYS

Kelenjar getah bening (nodal)

Diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal)

Mendesak jaringan sekitar
Mendesak Sel syaraf
Mendesak Pembuluh darah


ASUHAN KEPERAWATAN LOMFOMA MALIGNA

A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.Wajah pucat
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen terhadap perdaharan
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak ke jaringan luar
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan perawatan
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber


C.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
a.Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºC)
b.Intervensi :
Observasi suhu tubuh pasien
Rasional : dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)
Rasional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
Rasional : kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi.
Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.
Rasional : Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadi seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.
2.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
a.Tujuan : nyeri berkurang
b.Intervensi :
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.Intervensi :
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk makan
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
4.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
a.Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan
b.Intervensi :
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien
Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen).
5.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan perawatan
a.Tujuan : pasien tidak cemas/berkurang
b.Intervensi
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
Rasional ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur yang akan dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan meningkatkan pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
D.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºc)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang

HIPOMAGNESEMIA

HIPOMAGNESEMIA

1. Definisi
Hipomagnesemia mengacu pada konsentrasi magnesium serum dibawah normal. Kadar magnesium serum normal 1,5 sampai 2,5 mEq/L ( atau 1,8 – 3,0 mg/dl; SI 0,75 – 1,25mmol/L ). Hampir sepeirtiga magnesium serum berkaitan dengan protein, duapertiga sisanya terdapat sbagai kation bebas ( Mg2+). Seperti kalsium, kation ini adalah fraksi terionisasi yang terutamanya terlibat dalam aktivitas neuromuskular dan proses fisiologis lainnya. Seperti halnya kadar kalsium, kadar magnesium harius dievaluasi dalam kombinasi dengan kadar albumin. Kadar albumin serum yang rendah kan menurunkan magnesium total.
Hipomagnesemia adalah ketidakseimbangan yang umum pada pasien yang sakit secara kritis, namun hal ini sering terabaikan. Kekurangan magnesuim juga terjadi pada pasien lain yang sakit secara akut, seperti mereka yang mengalami putus alkohol dan mereka yang menerima makanan bernutrisi setelah periode kelaparan, seperti pada nutrisi selang atau nutrisi parenteral.
Rute kehilangan megnesium yang terpenting adalah traktus intestinalis. Kehilangan bisa dalam bentuk drainase dari penghisap nasogastrik, diare atau fistula. Karena ccairan dari gastrointestinal bagian bawah lebih banyak mengandung magnesium ( 10 – 14 mEq/L) di bandingkan dengan cairan dari traktus gastrointestinal bagian atas (1 – 2 mEq/L), kehilangan akibat diare atau fistula intestinal mungkin akan lebih menyebabkan kekurangan magnesium di banding dengan kehilangan yang diakibatkan oleh pengisapan lambung. Meskipun kehilangan magnesiu secara relatif kecil dalam penghisapan nasogastrik, hipomagnesia akan terjadi bila kehilangan berkepanjangan dan cairan parenteral tidak mengandung magnesium. Karena usus kecil distal adalah tempat utama penyerapan magnesium, segala bentuk fungsi usus, seperti reseksi intestin atau penyakit inflamasi usus, dapat menagarah pada hipomagnesemia.
Alkoholisme adalah penyebab hipomagnesia simtomatik yang paling umum di Amerika Serikat. Kondisi ini terutama sangat mengganggu ketika sedang mengobati putus alkohol. Karena hal ini, sangat di anjurkan bahwa kadar magnesium serum di ukur setiap 2 atau 3 hari pada pasien yang sedang menjalani penghentian alkohol. Meskipun kadar megnesium serum dapat normal saat masuk, kadar ini dapat turun sebagai akibat perubahan metabolisme yang berkaitan dengan terapi, seperti perpindahan magnesium intraseluler yang berkaitan dengan pemberian glukosa intravena.
Selama penggantian nutrisi, elektrolit seluler utama di tarik dari serum dalam disimpan dalam sel – sel yang baru saja mengalami sintesis. Karenanya, jika formula pemberian makan ebteral atau parenteral kandungan magnesiumnya kurang, maka hipomagnesemia serius akan terjadi. Kareana hal ini, kadar ion serum yang terutama interseluler ini harus di ukur pada interval yang teratur selama pemberian makan enteral, khususnya pada pasien yang telah mengalami periode kelaparan.
Penyebab lain hipomagnesemia termasuk pemberian aminoglikosida, siklosporine, sisplantin, diuretik, digiitalis, dan amfoteresin, dan pemberian cepat darah bersitrat khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal atau hepatik. Defisiensi magnesium sering terjadi  pada pasien dengan diabetik atau ketoasidosis. Kondisi ini secara primer merupakan akibat peningkatan ekresi megnaesium selama diuresis osmotik dan perpindahan magnesium kedalam sel – sel dengan terapi insulin.
2. Manisfestasi klinis
Manisfestasi klinis hipomagnesemia sangat berkaitan dengan sistem neuromuskuler.Beberapa efeknya akibat secara lnagsung dari rendahnya kadar meagnesium serum, lainnya akibat perubahan – perubahan sekunder dalam metabolisme kalsium dan kalium. Gejala – gejalanya biasanya belu terjadi sampai kadsar magnesium kurang dari 1 mEq/L ( SI: 0.5mmol/L ).
Diantara perubahan neuromuskuler adalah hiperesitrabilitas dengan kelemahan otot, tremor dan gerakan etitod ( gerakan – gerakan lambat kedutan involunter, dan memutar – mutar ). Perubahn  lainnya termasuk tetani, tonik klonik dan penggeneralisasian atau kejang vokal, dan stridor laringeal, dan tanda chvostek dan Trousseu positif, yang terjadi sebagian karena hipokalasemia yang menyertai.
Difesiensi magnesium mencetuskan disritmai ajntung seperti, PVC, takikardia supraventrikuler, dan fibrilasi ventrikuler. Peningkatan kerentanan terhadap toksisitas digitalis adalah berkaitan dengan rendahnya kadar megnesium serum. Ini merupakan oertimbanga penting karena pasien yang menerima digoksin juga mungkin mendapat tera[i diuretik, sehingga mencetuskan kehilangan magnesium melalui ginjal.
Hipomagnesemia mungkin disertai oleh perubahn suasana hati yang jelas. Apatis, deperesi gelisah atau agitasi ekstrim telah terbukti, juga ataksia, pusing, insomnia dan kealm pikir. Pada waktunya delirium dan psikosis nyata dapat terjadi, seperti halusinasi dengar atau lihat.

3. Evaluasi Diagnostik
Pada analisi laboraturium, kadar magnesium serum kurang dari 1,5mEq/L atau 1,8 mg/dl ( SI: 0,75mmol/L ). Hipomagnesemia seringkali berkaitan dengan hi[okalemioa dan hipokalsemia. Sekitar 25% magnesium berikatan dengan protein terutama seringkali dengan albumin. Penurunan albumin karenya dapat menurunkan hasil total konsentrasi magnesium. Evaluasi EKG mencerminkan difesiensi magnesium, kalium, dan kalsium, takiaritmia perpanjangan interval PR dan QT, pelebaran QRS, depresi ST, dan pendataran gelombang T. Torsades de pointes, suatu bentuk takikardia ventikuler berkaitan dengan perubahan ketiga elektrolit tersebut. PVC, PAT, dan blok jantung dapat juga terjadi. Kadar magnesium urine dapat membatu dalam mengidentifikasi penyebab penipisan magnesium dan dilakukan setela pemberian magnesium sulfat.

4. Penatalaksanaan
Defisiensi magnesium dapat diperbaiki hanya dengan diet saja. Sebagian magnesium yang utama adalah sayuran hijau, kacang – kacangan dan legume, serta buah – buahan seperti pisang, buah anggur dan jeruk. Magnesium juga banyak terkandung dalam mentega kacang dan coklat. Bila diperlukan, garam magnesium dapat juga diberikan per oral untuk menggantikan kehilangan kontinu. Daire adalah komplikasi umum dari magnesium bentuk oral. Pasien yang menerima nutrisi parenteral total membutuhkan magnesium dalam larutan intavena untuk mencegah perkembangan hipomagnesia. Pemberian intravena magnesium sulfat harus dilakukan melalui pompa IV, dan kalsium glukononat harus sudah tersedia untuk berjaga – jaga bila terjadi tetani hipokalsemik atau hipermagnesemia.
Gejala berat hipomagnesemia di atasi dengan pemberian magnesium parenteral. Magnesium sulfat merupakan garam magnesium yang paling umum digunakan. Konsentrasi garam magnesium seri dapat digunakan untuk mengatur dosisnya.

5. Intervensi keperawatan
Perawat harus waspada pada pasien yang beresiko terhadap hipomagnesemia dan mengamti terjadinya kondisi ini. Pasien yang sedang mendapat digitalis harus dipantau dengan ketat karena kekurangan magnesium mencetuskan toksisitas digitalis. Bila hipomagnesemia menjadi berat, perawat harus bersiap diri untuk melakukan tindak kewaspadaan kejang. Kewaspadaan keselamatan lainnya dilakukan, sesuai indikasi jika rejadi kelam pikir.
Karena kesulitan menelan ( dispagia ) dapat terjadi pada pasien denhan penipisan magnesium, kemampuan untuk menelan harus dinuji dengan air sebelum medikasi oral atau makanan diberikan. Disfagia kemungkinan berkaitan  dengan gerakan atetoid atau khoreiform ( berkejut cepat, involunter, dan tidak teratur ) yang berkaitan dengan kekurangan magnesium.
Bila kekurangan magnesium dikarenakan salah pengunaan diuretik atau laksatif., penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan masalah. Bagi pasien yang mendapat diet umum yang mengalami kehilangan megnesium abnormal, masukan makana yang banyak mengandung magnesium ( mis, sayuran hijau, kacang – kacangan dan lagume, pisang dan jeruk ) diperbanyak. Jika kekurangan berkenan dengan penyalahgunaan alkohol, rujukan pada pekerja sosial atau Alkoholics Anonymous diindikasikan.

HIPERKALSEMIA

HIPERKALSEMIA

1. Definisi
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi ini merupakan ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis krisis hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat.
Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemmia melalui berbagai mekanisme. Sekresi hormon paratiroid berlebih yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatnya pelepasan kalsium dari tulang an meningkatnya penyerapan kalsium pada usu dan ginjal.
Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebakan kenaikan kalsium total ( dan secara khusus terionisasi ) dalam aliran darah.  Hiperkalsemia simtomatik akibat imobilisasi, bagaimanapun jarang terjadi, bila memang terjadi hal ini tampaknya terbatas pada individu dengan angka kepulihan kalsium yang tinggi 
( seperti pada remaja selama pertumbuhan yang cepat ). Sebagian besar kasus hiperkalsemia sekunder terhadap imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau multipel atau paralisis traumatik yang luas.
Diuretik tiasid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena diuretik ini memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi ekskresi kalsium urine. Sindrom susu – alkali dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptikum yang di obati dalam waktu lama menggunakan  antasida susu dan alkalin, terutama kalsium karbonat. Intoksikasi vitamin A dan D, juga penggunaan litium, dapat menyebabkan kelebihan kalsium.
Disamping itu meningkatnya kalsium dalamdarah juga didukung dengan asupan kalsium yang memang tinggi sertameningkatnya penyerapan kalsium pada sluran cerna.


2. Manisfestasi Klinis
Secara umum, gejala – gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksatabilitas neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala sperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari hiperkalsemia. Dehidrasi terjadi pada mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan kalsium yang bwrkaitan dengan natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri abdomen dan tulang dapat terjadi. Distensi abdomen dan paralitik ileus dapat menyulitka krisis hiperkalsemia hebat. Rasa haus yang hebat dapat terjadi sekunder terhadap poliuria yang disebabakan oleh beban zat terlarut ( kalsium ) yang tinggi. Pasien dengan  hiperkalsemia dapat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus peptikum karena hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganggu dengan kadar serum kalsium hanya 12mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum kembali pada normal setelah pengobatan.
Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum adalah sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya, toksisitas digitalis diperberat oleh hiperkalsemia.
Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga 17mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat atau poliuria secara khas ada. Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan muskular, mual yang tidak dapat dihilangkan, kram andomen, obstipasi ( konstipasi yang sangat hebat ) atau diare, gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi, konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan henti jantung.

3. Evaluasi Diagnostik 
Kadar kalsium serum lebih tinggi dari 10,5mg/dl ( SI: 2,6mmol/L ). Perubahan – perubahan kardiovaskuler dapat mencakup beragam disritmia dan perpendekan interval QT dan segmen ST. Interval PR kadang memanjang. Uji antibodi hormon paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan antara hiperparatiroidisme dengan malignansi sebagai penyebab hiperkalsemia. Kadar hormon paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme primer atau sekunder dan ditekan paa malignansi. Temuan  rontgen dapat menunjukan adanya osteoporosis, kavitasi tulang, atau batu saluran kemih.



4. Penatalaksanaan 
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum dan memeperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasari ( kemoterapi untuk malignansi atau paratirodektomi parsial untuk hiperparatiroidisme ) adalah penting.
Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan menungkatkan eksresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melaui diet. Pemberian larutan natrium klorida 0.9% intravena secara temporer mengencerkan kadar kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan menghambat reabsorbsi kalsium ditubular. Furosemid ( lasix ) sering digunakan dalam kaitannya dengan pemberian salin, selain menyebabkan dieuresis, furosemid meningkatkan ekskresi kalsium.
Kalsitosin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang tidak apat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitosin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan defosit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urine. Meskipun tesedia dalam beberapa bentuk, kalsitosin yang didapatkan dari salmon umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi terhadap kalsitosin salmon penting untuk dilakukan sebelum kalsitosin diberikan. Reaksi alergi sistemik mungkin terjadi karena hormon ini merupakan protein, resistensi terhadap medikasi ini dapat berbentuk kemudian karena pembentukan antibodi. Kalsitosin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkuta karena pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.
Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada pengendalian kondisi melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi. Kortikosteroid mungkin digunakan untuk menurunkan pergantian tulang dan reabsorbsi tubular bagi pasien dengan sarkoidosis, mieloma, limfoma, dan leukimia, pasien dengan tumor padat kurang responsif. Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklas. Pamidronat ( Aredia ) adalah agen yang paling paten dari preparat ini dan diberikan secara intravena, obat ini menyebabkan pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah SDP, dan miralgia. Etidronat ( didronel ) adalah bifosfonat lainnya yang diberikan secara intravena, tetapi kerjanya lambat. Mitharamycin, suatu antibiotik sitotoksik, menghambat resorpsi tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum. Preparat ini harus digunakan secara hati – hati karena memiliki efek samping yang signifikan, termasuk trombositosenia, nefrotoksisitas, dan hepatotoksistas. Garam fosfat inorganik dapat diberikan secara oral atau melalui selang nasogastrik (dalam bentuk phosbo-soda atau neutra-Phos), secara rektal ( sebagai enema retensi ), atau secara intravena. Terapi fosfat intravena dilakukan dengan sangat hati – hati dalam mengobati hiperkalsemia karena hal ini dapat menyebabkan klasifikasi dalam beragam jaringan, hipotensi, tetani, dan gagal ginjal akut.

5. Intervensi Keperawatan
Penting untuk memanatau kekambuhan hiperkalsemia pada pasien yang beresiko terhadap kelainan ini. Melakukan intervensi, seperti meningkatkan mobilitas pasien dan memperbanyak cairan, dapt membantu mencegah hiperkalsemia, atau setidaknya meminimalkan keparahannya. Pasien dirawat yang bereriko tehadap hiperkalsemia diberikan dorongan untuk ambulasi secepat mungkin, pasien rawat jalan dan mereka yang dirawat dirumah diinformasikan tentang pentingnya ambulasi yang sering. 
Ketika memperbanyak cairan oral, perawat harus mwmpertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan pasien. Cairan yang menganduing natrium harus diberikan, kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi lainnya, karena natrium memudahkan ekskresi kalsium. Pasien yang dirawat dirumah didorong untuk minum 3 sampai 4 quart air setiap hari, jika memungkinkan. Bulk yang adekuat harus diberikan dalam diet untuk mengurangi kecenderungan terhadap konstipasi. Tindak kewaspadaan dilakukan sesuai kebutuhan, ketika gejala – gejala mental akibat hiperkalsemia timbul. Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mentak ini dapat pulih dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis, karenanya pasien dikaji terhadap tanda dan gejala toksisitas digitalis. Perubhan EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan blok jantung) , karenanya nadi pasien dipantau terhadap segala abnormalitas.

HIPOKALSEMIA

HIPOKALSEMIA

1.   Definisi
Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis. Bagaimanapun pasien, dapat mengalai kekurangan kalsium tubuh total ( seperti pada osteoporosis ) dan mempertahankan  kadar kalsium normal. Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi tulang adalah berkaitan dengan imobilisasi.

2.   Faktor Penyebab Hipokalsemia
Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam gangguan ini, seperti yang terjadi pada hipoparatiroidisme bedah. Hipoparatiroidisme akibat bedah sangat sering terjadi. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan. Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat ( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara membuangnya dari sirkulasi.
Inflamsi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses ini, hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi dugaan dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu hormon yang menurunkan ion kalsium ).
Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat. Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein, sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak menyerang orang Amerika terutama wanita pasca – menopause. Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan terhadap fraktur.

3.   Manisfestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari – jari, sekitar mulut, dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang di persarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk dengan hipokalsemia termasuk perubahan – perubahan mental seperti depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.

4.   Evalusi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kasar serum, perawat harus mempertimbangkan variabel lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien. Karena abnormalitas dalam kadar serum, mungkin perlu untuk menghitung serum kalsium yang diperbaiki jika kadar albumin serum abnormal. Untuk setiap penurunan serum albumin 1g/dl di bawah 4g/dl, kadar kalsium serum total di abaikan hingga mendekati 0,8 mg/dl.
Para praktisi klinis akan mengabaikan kadar kalsium serum yang rendah pada adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium yang berionisasi biasanya normal pada pasien dengan penurunan kadar kalsium seru total dan hipoalbuminemia konkomitan. Bila pH arteri meningkat ( alkalosis ), maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan protein. Sebagai hasilnya, porsi yang di ionisasi menjadi turun. Gejala – gejala hipokalsemia dapat terjadi pad adanya alkalosis. Asidosis ( pH rendah )mempunyai efek sebaliknya; yaitu, lebih sedikit kalsium yang berkaitan dengan protein dan dengan demikian lebih banyak yang terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanapun perubahan yang secara relatif kecil terjadi selama abnormalitas asam basa ini.
Idealnya, laboraturium harus mengukur kadar kalsium yang diionisasi. Bagaimanapun, kebanyakan laboraturium hanya melaporkan kadar kalsium total; dengan demikian, konsentraksi fraksi terionisasi harus diperkirakan berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara stimulan. Kadar hormon paratiroid akan menurun pada hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan fosfor harus dikaji untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan kalsium.

5.   Penatalaksaan  
Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk kalsium glukonat, kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibanding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian infus intravena kalsium yang terlalu cepat dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian kalsium intavena terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi ion kalsium dari traktus GI. Antasid hidroksida alumunium dapat diresepkan untuk menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati hipokalsemia. Dan terakhir, menigkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat di anjurkan ( produk dari susu; sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin, dan oyster segar ). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium IV maka kadar magnesium yang rendah di gali sebagai kemungkinan penyebab tetani.

6.   Intervensi keperawatan 
Penting artinya untuk menagamati hipokalsemia pada pasien beresiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat. Status jalan nafas harus di pantau dengan teliti karena dapat terjadi stridor laringeal. Tindak keamanaan kewaspadaan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir.
Individu beresiko terhadap osteoporosisi diintruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine.

Kamis, 07 Juli 2011

VARISELA

VARISELA

1. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

2. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus.

3. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

4. Sign / Symtoms
- Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
- Pusing.
- Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
- Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar).
- Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.

5. Komplikasi
Komplikasi Tersering secara umum :
a. Pnemonia
b. Kelainan ginjal.
c. Ensefalitis.
d. Meningitis.
Komplikasi yang langka :
a. Radang sumsum tulang.
b. Kegagalan hati.
c. Hepatitis.
d. Sindrom Reye.
Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang pari-paru atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak..

6. Treatment
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.

• Umum
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
- Jangan menggaruk vesikel.
- Kuku jangan dibiarkan panjang.
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan digosok.
Farmakoterapi
1. Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
- Parasetamol atau ibuprofen.
- Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).
Pencegahan :
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
- Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
- Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.


B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
Data Objektif :
a. Integumen : kulit hangat, pucat.
 adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

3. Intervensi
1) Diagnosa 1
a. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.
b. Intervensi
- Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dnegan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
- Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan kulit.
Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.
- Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.
 Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.
- Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.
Rasional : rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
- Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)
 Rasional : meningkatkan penyembuhan.
- Awasi tanda vital
 Rasional : Indikator terjadinya infeksi.

2) Diagnosa 2
a. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.
b. Intervensi
- Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Rasional : mengetahui keadaan integritas kulit.
- Berikan perawatan kulit
Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.


3) Diagnosa 3
a. Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.
b. Intervensi
- Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
- Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
Rasional : meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.

4) Diagnosa 4
a. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
b. Intervensi
- Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
 Rasional : memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
- Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
 Rasional : memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.

5) Diagnosa 5
a. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.
b. Intervensi
- Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
 Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.

4. Implementasi
1) Diagnosa 1
a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.
d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
f. Mengawasi tanda vital.

2) Diagnosa 2
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
b. Memberikan perawatan kulit.

3). Diagnosa 3
a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

4) Diagnosa 4
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

5) Diagnosa 5
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7
Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html
Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl

Si Daun Sirih dan Epistaksis (Mimisan)

Daun sirih

Secara tradisional, orang Indonesia spontan akan menggulung selembar daun sirih (piper betle lynn) dan memasukkannya ke hidung bocah untuk menyumbat darah yang keluar akibat mimisan. Dalam sekejap, aliran darah dari hidung itu pun berhenti.
Harus diakui, hingga saat ini, belum banyak kajian ilmiah tentang kaitan mimisan dengan daun sirih tersebut. Namun, dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia (1987) disebutkan, jika diisap, cairan daun sirih mampu menghentikan perdarahan pada hidung.
Adapun ekstrak daun sirih bisa digunakan untuk berkumur jika mulut sedang bengkak, menghilangkan bau mulut, serta menghentikan darah ketika gigi dicabut. Bahkan, rasa gatal dan bisul kecil dapat disembuhkan dengan mencuci bagian tersebut dengan ekstrak daun sirih.
Hal itu terjadi, antara lain, karena daun sirih mengandung styptic yang bisa menahan perdarahan. Sedangkan seluruh tumbuhan sirih mengandung arecoline yang bisa merangsang saraf pusat, meningkatkan daya pikir, gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran.
Daun sirih di yakini bisa meredakan kucuran darah dari hidung atau mimisan, khasiat daun sirih membantu menutupnya pembuluh darah yang pecah di hidung .Daun sirih lebih efektif karena memiliki dua fungsi.Fungsi pertama adalah mekanis dan kedua berfungsi kimiawi. Fungsi mekanis daun sirih adalah menekan pembuluh darah didalam hidung, saat gulungan daun dimasukkan ke dalam lubang hidung yang mimisan. Dengan begitu, otomatis penutupan pembuluh darah yang pecah bertambah cepat. Sedangkan fungsi kimiawi daun sirih disebabkan adanya kandungan zat kimia bernama tanin di dalamnya zat ini bisa membantu menutup pembuluh darah yang pecah di hidung. Sumber lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih mengandung betalephenol dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan anti jamur. Itulah sebabnya, daun sirih bersifat menahan pebuluh darah, menyembuhkan luka pada kulit, dan menghentikan pendarahan.Fungsi daun sirih sebagai desinfektan atau pembunuh kuman, membuat tanaman obat tradisional ini dapat membunuh bakteri atau kuman yang terdapat dalam hidung. Selain menghentikan pendarahan , akan mengurangi luka dihidung akibat infeksi.
Daun sirih juga mengandung eugenol yang bisa mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur candida albicans yang antara lain menyebabkan keputihan pada kaum wanita, dan bisa meredakan rasa nyeri. Selain itu, terdapat pula kandungan tanin yang bisa mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare.
Yang pasti, daun sirih mengandung banyak jaringan yang berisi kelenjar minyak aetheris atau minyak terbang (Kompas, 4/11/1971). Minyak yang bisa diperoleh dengan cara menyuling ini terutama mengandung senyawa chavicol dan fenol. Karena itu, minyak sirih sangat berguna untuk mengobati batuk dan radang selaput lendir tenggorokan.
Kenyataannya, daun sirih memang tidak asing dalam kehidupan dan pengobatan tradisional. Sejak sekitar tahun 600 SM, masyarakat tradisional Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan. Dari tata cara adat hingga pengobatan. Sayang, daun yang sangat bermanfaat ini semakin "hilang" dari halaman rumah…. ***

Pertolongan pada mimisan (epistaksis )
1. Duduk, agar hidung anak lebih tinggi dari jantung.
2. Membungkuk ke depan sedikit, dan bernapas dari
mulut.
3. Jangan tidur terlentang. Aliran darah ke hidung
bertambah deras,
dan darah dapat tertelan ke belakang.
4. Tekan hidung selama 5 menit. Yang ditekan adalah
seluruh bagian
depan cuping hidung, tepat di atas lubang hidung.
5. Tangan yang lain dapat digunakan untuk memberi
kompres dingin
menggunakan es pada tulang hidung, untuk memperlambat
aliran darah
ke hidung.
6. Bila setelah 5 menit masih berdarah, tekan lagi
selama 10 menit.
7. Kalau masih tetap berdarah, bawalah anak ke ruang
gawat darurat
rumah sakit.
8. Bila sudah sering mengalami mimisan, dapat meminta campuran lidokain 4% untuk mengurangi nyeri dan epinefrin 1 :
10.000 untuk
mempercepat darah berhenti. Pemasangan selama 10-15
menit seringkali
sudah cukup. Semprotan hidung oxymetazoline 0.05% juga
dapat
membantu
Panik kah Anda ketika tiba-tiba melihat si buah hati banyak mengeluarkan darah dari hidungnya?Bagi yang sering mengalami hal ini maupun yang ingin mengetahui seputar Mimisan, disini ada beberapa Fakta dan Tips seputar Mimisan, semoga bermanfaat.Apakah mimisan berbahaya?Sebagian besar mimisan pada anak tidak berbahaya.Jadi, tak perlu panik. Selama anak terlihat sehat dan aktif, juga tidak disertai gejala lain seperti demam,orangtua tak perlu kelewat khawatir.Tapi harus selalu waspada ! Mengapa dari hidung sering keluar darah atau mimisan?Maklum saja, hidung punya banyak pembuluh darah,terutama di balik lapisan tipis cupingnya.Mengapa mimisan paling sering terjadi pada anak?Selaput lendir dan pembuluh darah anak masih tipis dan sensitif, sehingga saat ada faktor pencetus seperti udara dingin atau trauma ringan, darah pun langsung mengucur keluar. Terjadinya pun umumnya spontan, ringan, dan mudah berhenti.Apa saja faktor pencetus mimisan pada anak?- TraumaSeperti akibat benturan benda keras, kemasukan benda asing, atau dikorek-korek yang membuat selaput lendir dan pembuluh darah di hidung terluka dan menyebabkan perdarahan.- Penggunaan AC tidak bijakCara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering.Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.- Reaksi refluksKhusus untuk bayi, mimisan bisa terjadi karena reaksi refluks. Ini terjadi saat bayi muntah atau gumoh.Aliran balik makanan dari lambung ke mulut atau hidung dapat menyebabkan mimisan. Muntahan yang banyak mengandung zat asam itu bisa mengiritasi atau melukai hidung. Mimisan pada bayi umumnya juga sembuh sendiri dan tidak perlu penanganan khusus.- Faktor keturunanAnak-anak tertentu lahir dengan pembuluh darah di hidung yang gampang pecah dan berdarah. Jika kelembapan udara sangat rendah seperti di negeri subtropis dan suhunya sangat dingin, maka anak-anak seperti ini umumnya tidak sehingga hidungnya terus-menerus mengeluarkan darah. Padahal, banyak anak lain yang tidak merasakan gangguan serupa.Pernah ada kasus seorang anak Indonesia batal melanjutkan sekolahnya selama musim dingin ke negeri empat musim "hanya" karena berbakat mimisan.Bagaimana mengatasinya?Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menghentikan perdarahan tanpa bantuan obat dan alat. Cukup dengan duduk dengan posisi badan dan kepala agak maju ke depan. Lalu gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menekan dan menutup hidung. Sedangkan mulut dibuka untuk bernapas. Lakukan selama 1-2 menit. Tak berapa lama kemudian biasanya darah langsung berhenti.Dengan memajukan kepala berarti darah tidak akan mengalir kembali ke tenggorokan. Gunanya mencegah iritasi dan batuk, tersedak, atau muntah darah. Posisi duduk juga membuat aliran darah lebih lambat, karena posisi jantung sebagai pusat pompa darah berada di bawah hidung. Berbeda jika anak dibaringkan, karena posisi jantung berada sejajar dengan hidung, sehingga darah yang mengalir pun relatif lebih cepat.Jika cara pertama belum berhasil, cobalah kompres hidung dengan es. Bungkuslah es dengan saputangan lalu tempelkan di antara kening dan hidung. Selain es, benda lain seperti makanan atau minuman beku bisa digunakan. Es dan benda dingin lainnya yang ditempelkan mampu mengecilkan pembuluh darah sehingga perdarahan pun cepat berhenti. Kompres bisa dilakukan saat perdarahan sedang berlangsung maupun berhenti.Hal yang penting dilakukan, bersikaplah tenang saat si kecil mimisan. Kepanikan orangtua dapat membuat anak ikut panik dan menangis. Akhirnya, perdarahan sulit dihentikan.Bagaimana kalau darah belum berhenti keluar?Jika dalam waktu 15-20 menit perdarahan tidak kunjung berhenti, ulangi gerakan menutup dan menekan hidung seperti dijelaskan tadi. Segera datangi klinik dokter atau rumah sakit terdekat jika mimisan tidak berhenti.Dokter akan membantu dengan memberikan obat tetes atau obat semprot yang mampu menghambat pecahnya pembuluh darah. Bahkan, boleh jadi bagian hidung yang berdarah dibakar (dikostik) agar darah tidak terus-menerus keluar, kemudian hidung dibersihkan. Kalau tidak berhasil, dokter akan memberi tampon atau kapas dengan salep vaselin selama 1-2 hari. Fungsinya menekan dan mengistirahatkan perdarahan.Setelah darah berhenti keluar, apa yang harus dilakukan?Usahakan anak tidak mengembuskan napas lewat hidung terlalu keras. Anak juga harus dijelaskan agar tidak mengorek-ngorek hidung atau bekas luka yang mengering.Tindakan itu akan menyebabkan hidung mengalami perdarahan kembali.Akankah kejadian mimisan reda selamanya?Jika sudah diatasi maka gangguan mimisan pun akan berhenti. Mimisan karena demam berdarah, misalnya, tentu akan hilang setelah demam berdarahnya sembuh.Demikian juga dengan mimisan karena penyakit infeksi,setelah diobati, mimisan pun segera pergi.Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah.Mimisan seperti apa yang perlu ditangani serius?Meski mayoritas kasus mimisan tidak berbahaya, orangtua hendaknya waspada jika frekuensi mimisan itu cukup sering, tiap 1-2 hari. Ini karena ada kemungkinan si kecil mengidap penyakit berbahaya.Penyakit seperti ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), demam berdarah, leukemia, thalasemia berat, atau hemofilia, bisa juga menunjukkan gejala mimisan. Ini karena kadar trombosit yang rendah bisa menyebabkan perdarahan di hidung. Anak hemofilia bisasaja memiliki kadar trombosit yang normal, tapi faktor pembekuan darahnya rendah sehingga sering mengalami perdarahan. Meski kasusnya sangat jarang, anak darah tinggi dan gagal ginjal pun memiliki risiko besar mengalami mimisan. Demikian juga anak dengan riwayat hipertensi (tekanan darah tinggi).Perhatikan gejala-gejala yang mungkin menyertai. Jika disertai demam, kemungkinan penyebabnya penyakit infeksi seperti demam berdarah. Jika disertai munculnya bercak-bercak darah kemungkinan menjurus pada leukemia atau ITP. Sedangkan pada sinusitis umumnya mimisan disertai sakit kepala.Berbeda dari mimisan normal yang umumnya bersumber pada bagian anterior (bagian depan rongga hidung), maka mimisan yang disertai penyakit berbahaya bersumber dari bagian dalam hidung (posterior). Tak heran, darah yang keluar banyak dan sulit dihentikan.Perdarahan yang banyak bisa membuat anak kekurangan darah (anemia). Bahkan, bukan tidak mungkin menyebabkannya pingsan. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan vitamin dan mineral. Lain hal jika anak kehilangan darah cukup banyak. Sangat mungkin dia harus menjalani transfusi darah.Apakah pemakaian obat-obat tertentu dapat menyebabkan mimisan?Ya, penggunaan obat-obat tertentu pun bisa menyebabkan mimisan. Obat antipanas yang mengandung acetyl salicylic acid, misalnya, pada beberapa anak bisa menyebabkan mimisan. Segera konsultasikan pada dokter jika obat tertentu memberikan reaksi kurang baik seperti mimisan pada anak.TIPS MENCEGAH MIMISAN* Gunakan AC dengan bijak dan aman. Jangan menyetel AC terlalu dingin dan lama. Selain boros energi, udara di ruangan akan menjadi sangat dingin dan kering. Untuk Indonesia, suhu 23-26oC relatif cukup.* Hindari anak dari paparan asap rokok. Selain dapat mengiritasi saluran pernapasan, rokok juga bisa mengeringkan saluran hidung. Ini jelas akan membuat anak mudah mengalami mimisan.* Saat gatal, pilek, atau membersihkan kotoran hidung,ajari anak untuk menggunakan tisu maupun saputangan. Hindari kebiasaan mengorek-ngorek hidung atau mengembuskan udara lewat hidung terlalu keras.* Usahakan banyak makan sayur dan buah guna memperkuat selaput lendir hidung.* Jauhkan anak dari benda-benda pencetus alergi dirumah. Barang-barang berbahaya juga sebaiknya disingkirkan agar tidak sampai mencederai anak.Semoga bermanfaat.

Mimisan atau keluarnya darah yang mengalir dari hidung, kerap terjadi begitu saja pada sikecil . Bila darah yang keluar berjumlah banyak dan sulit dihentikan, perlu hati-hati. Mimisan atau episteksis lebih banyak terjadi pada balita dibandingkan orang dewasa. Penyebabnya selaput lendir hidungnya masih tipis sehingga pembuluh darah mudah pecah. Selain tipisnya, selaput lendir, mimisan juga terjadi karena pecahnya pembuluh darah di hidung anak, tumor dihidung, tumor disinus paranasal atau tumor di nasofaring. Pecahnya pembuluh darah di hidung paling banyak disebabkan oleh kebiasaan buruk anak, misalnya sering mengutak-atik kotoran hidung (mengupil) sehingga pembuluh darah di sekitar hidung rusak atau mengalami infeksi. Pecahnya pembuluh darah pada hidung juga bisa dipicu oleh udara yang terlalu dingin, atau kondisi udara yang terlalu kering.Daun sirih di yakini bisa meredakan kucuran darah dari hidung atau mimisan, khasiat daun sirih membantu menutupnya pembuluh darah yang pecah di hidung .Daun sirih lebih efektif karena memiliki dua fungsi.Fungsi pertama adalah mekanis dan kedua berfungsi kimiawi. Fungsi mekanis daun sirih adalah menekan pembuluh darah didalam hidung, saat gulungan daun dimasukkan ke dalam lubang hidung yang mimisan. Dengan begitu, otomatis penutupan pembuluh darah yang pecah bertambah cepat.Sedangkan fungsi kimiawi daun sirih disebabkan adanya kandungan zat kimia bernama tanin di dalamnya zat ini bisa membantu menutup pembuluh darah yang pecah di hidung. Sumber lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih mengandung betalephenol dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, dan anti jamur. Itulah sebabnya, daun sirih bersifat menahan pebuluh darah, menyembuhkan luka pada kulit, dan menghentikan pendarahan.Fungsi daun sirih sebagai desinfektan atau pembunuh kuman, membuat tanaman obat tradisional ini dapat membunuh bakteri atau kuman yang terdapat dalam hidung. Selain menghentikan pendarahan , akan mengurangi luka dihidung akibat infeksi. (info-sehat)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More