Jumat, 22 April 2011

CEREBRO VASCULER ACCIDENT (CVA)

CEREBRO VASCULER ACCIDENT (CVA)

KONSEP DASAR

1. Pengertian

Cerebro Vasculer Accident merupakan penyakit system saraf yang paling sering dijumpai dan merupakan peringkat ke-3 penyebab kematian di USA.  Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur, tapi yang paling sering pada usia 75 – 85 Tahun.  Pada bagian ini terminologi CVA akan dipakai sebagai istilah umum.  Bayak ahli saraf dan bedah saraf cenderung kepada penyebab CVA : Trombosis, emboli hemmoragic. Pelayanan medis dan pelayanan keperawatan berbeda tergantung kepada penyebab yang spesifik.  Stroke adalah terminology lain bila merujuk CVA.  Stroke klinis merujuk kepada perkembangan neurology defisit yang mendadak dan dramatis.  CVA dapat didahului oleh banyak faktor pencetus dan seringkali berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabakan masalah penyakit vascular, termasuk sakit jantung, hipertensi, DM, Obesitas, Kolesterol, merokok, stress, cara hidup.

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gr dan tersusun oleh lebih kurang 100 triliun neuron.  Otak terdiri dari 4 bagian besar yaitu : Cerebrum (otak besar),  Cerebelum (otak kecil), Brain Steam (Batang otak) dan Dien Cepalon.
Cerebrum terdiri 2 hemisfer cerebri, korpus colosum dan corteks cerebri.  Himisfer cerebri terdiri lobus frontalis, termasuk area motorik untuk gerakan volunteer, lobus parietal berperan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik, lobus temporalis adalah sensori untuk impuls pendengaran, oksipitalis mengandung korteks penglihatan primer.
Cerebelum terletak di fossa cranii posterior dan ditutupi oleh durameter.  Fungsi utamanya adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas yaitu :  Medulla oblongata, pons, dan main cefalon (otak tengah).  Medulla oblongata merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, mengeluarkan air liur dan muntah.  Pons merupakan penghubung yang penting pada kortiko cerebralis yang merupakan bagian pendek dari batang otak.
Diencefalon terbagi 4 : Talamus, sub thalamus, epitalamus dan hipotalamus.  Talamus merupakan penerima dan pengintegrasi sub cortical yang penting.  Epitalamus berperan pada emosi dasar  seseorang.  Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari system saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.

b. Sirkulasi Darah Otak
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20% konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme erobiknya.  Otak diperdarahi 2 pasang arteri : arteri carotis interna, arteri vertebralis.  Sirkulasi disebut sirkulus wilisi
Arteri carotis interna dan eksterna bercabang dari arteri carotis comunis.  Arteri Carotis interna masuk dalam tengkorak dan bercabang kira-kira kiasma optikum, menjadi arteri cerebri anterior dan media.  Arteri cerebri anterior mensuplai darah pada nucleus caudatus, putamen basal ganglion, capsula interna, korpus colosum, lobus frontalis parietalis, korteks somastatik dan korteks motorik.  Arteri cerebri media mensuplai ke lobus temporalis, parietalis dan frontalis corteks cerebri.
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri sub clavia sisi yang sama.  Arteri ini masuk melalui foramen magnum.  Cabang-cabang arteri ini memperdarahi medulla oblongata, pons, cerebellum, otak tengah dan sebagian diencefalon.  Arteri cerebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diencefalon, sebagian oksipitaslis temporalis, koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah vena dialirkan melalui 2 sistem : kelompok vena interna, mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, vena eksterna yang terletak di permukaan himesfer otak mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus basalis lateralis seterusnya ke vena-vena jugularis dicurahkan ke jantung.
3. Patofisiologi
Otak sangat tergantung oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.  Bila terjadi anoksia seperti halnya pada CVA, metabolisme di otak segera mengalami perubahan.  Kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 – 10 menit.  Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoksia.  Hipoksia sampai iskemia otak, iskemia dalam waktu singkat (kurang dari 10 – 15 menit) menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.  Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi infark otak yang disertai edem otak.  Tipe defisit fokal permanen akan tergantung kepada daerah otak yang mana terkena.  Daerah otak tergantung kepada pembuluh darah otak yang mana terkena.  Yang paling sering terkena arteri cerebral tengah, defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika pertama kali pasien dijumpai iskemia otak keseluruhan yang bisa teratasi.                          

4. Penyebab CVA
a. Trombosis
Trombosis merupakan penyebab paling umum dari CVA, yang paling sering adalah aterosklerosis.   Penyakit tambahan seringkali dijumpai pada trombosis : hipotensi, dan tipe lain dari cedera vaskuler.  CVA trombosis ini sering pada usia 60 – 90 tahun.  Timbul pada pembuluh darah besar dengan kerusakan dinding pembuluh darah pada tempat sumbatan.
Serangan gejala ini sering datang pada waktu tidur atau mulai bangun, diduga ada hubungan dengan pernyataan bahwa aktivitas simpatis pada orang tua menurun dan tidur telentang merendahkan tekanan darah yang menyebabkan iskemia otak.  Tanda-tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
b. Emboli Cerebral
Emboli cerebral merupakan penyebab kedua paling sering.  Pasien CVA sekunder dari emboli biasanya lebih muda, seringkali emboli bersumber dari thrombus di jantung.  Trombus miokardial yang paling sering akibat penyakit jantung rematik yang disertai mitral stenosis dan atrial fibrilasi.  Biasanya mengenai pembuluh darah kecil, paling sering terjadi pada arteri cerebral tengah.



c. Transient Ischemia Attack (TIA)
Terminologi ini ialah transient iskemia dengan episod temporer disfungsi neurologi.  Disfungsi neurologi bisa sangat parah disertai tidak sadar sama sekali dan hilang fungsi sensorik serta fungsi motorik atau mungkin hanya defisit dari focus.  Paling sering ialah : kelemahan kolateral dari muka, tangan, lengan dan kaki, transient disfasia dan sebagian sensori.  Serangan iskemia bisa terjadi sehari, seminggu, sebulan .  Diantara serangan pemeriksaan neurology normal.  TIA sering mendahului serangan trombosis.  Juga bisa oleh salah satu penyebab CVA.

ASUHAN KEPERAWATAN
5. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Pengertian pasien tentang penyakit atau gejalanya
2) Karakteristik serangan gejala
3) Ada sakit kepala : bagaimana sifat dan lokasinya
4) Defisit sensori
5) Kemampuan melihat : diplopia, penglihatan kabur
6) Dapat berfikir dengan tenang
7) Gejala lain yang seiring
b. Data Obyektif
1) Kekuatan Motorik : paresis atau plegi
2) Perubahan tingkat kesadaran, termasuk tidak sadar
3) Gejala peningkatan tekanan intra cranial
4) Status respiratorik
5) Kemampuan untuk berbicara : terjadi apasia
Gambaran klinis bervariasi tergantung daerah mana yang terkena.
Gejala fokal yang sering akibat terputusnya sirkulasi arteri cerebral, gejala-gejala ini adalah :
1) Kontra lateral paralysis
2) Kehilangan penginderaan kontra lateral
3) Kehilangan penginderan sensorik dan motorik yang nampak pada  muka, leher dan ekstremitas.
4) Dispasia atau apasia
5) Perubahan dalam perhitungan dan prilaku, mengabaikan sebelah tubuh yang paralise tidak mampu memperhatikan ekstremitas yang paralise
6) Kontra lateral humunimus hemianopsia.  Abnormalitas tersebut terjadi dalam berbagai bentuk :
a) Apasia sensorik : tak mampu menyusun kata-kata
b) Motor apasia : tidak mampu menggunakan symbol berbicara
c) Global apasia  : tak mampu mengambil pengertian dari apa yang dikatakan.
6. Analisa Data
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul sebagai berikut :


7. Perencanaan:
Hasil yang diharapkan dari pasien :
a. Saluran nafas bebas
b. Pasien mengungkapkan sedikit cemas]
c. Pola nafas pasien efektif
d. Pasien mengembangkan cara berkomunikasi
e. Pasien menderita sedikit masalah akibat  perubahan komunikasi verbal
f. Pasien menderita komplikasi minimal akibat inkontinen
g. Kontinen pasien membaik
h. Pasien bebas dari cedera atau trauma
i. Pasien membuat kompensasi lapangan penglihatan, persepsi, motor dan kehilangan penginderaan
j. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi
k. Kulit pasien utuh
l. Pasien dapat menelan
m. Sirkulasi cerebral adekuat

8. Implementasi
a. Membantu mencapai tujuan terapi

b. Perawatan pada fase awal
Pada fase ini ditujukan pada kelangsungan hidup dan pencegahan kerusakan otak yang lebih berat perawatan harus disertai penghayatan bahwa pasien suka disertai.  Pengkajian neurology dilaksanakan pada interval tertentu untuk menemukan perubahan kondisi, dan komunikasi.  Pemakaian antikoagulan tidak dianjurkan dalam usaha mencegah emboli, diberi heparin bila sudah yakin penyebabnya adalah trombosis/emboli bukan hemoragik serebral.
c. Fungsi Motorik

d. Nutrisi
Cairan hendaknya dibatasi beberapa hari setelah CVA sebagai upaya untuk mencegah edem.  Pada pasien menderita kesukaran menelan diberi cairan intra vena, NGT.  Bila kesadaran baik, makanan cairan diberi sedikit demi sedikit.
e. Aktivitas
Istirahat dan ketenangan penting walaupun CVA tidak berat
Pencegahan deformitas persendian sejak tingkat akut, mengatur posisi anggota badan yang menderita dan latihan pergerakan, harus ada jadwal untuk mengatur posisi.
f. Eliminasi
Out put urine harus dicatat dengan cermat dan dilaporkan untuk beberapa hari setelah terjadi CVA.  Jika terjadi inkontinen urine pasien diberi tahu bahw akan membaik beberapa hari kemudian, perlu dipasang kateter untuk mencegah retensi urine.
Inkontinen feses sering terjadi pada pasien CVA.   Eliminasi harus dicatat, karena diare akan timbul bila terjadi impact terjadi tanpa diketahui.  Suppositoria dapat diberikan sebagai pelunak tinja.
g. Perawatan fase rahabilitasi
Tiga tujuan keperawatan pada fase ini yaitu :
1) Pencegahan keterbatasan lebih lanjut
2) Meningkatkan kemampuan yang ada
3) Mengendalikan fungsi sedapat mungkin
h. Pengembalian fungsi
Pengembalian impuls-impuls motorik dan gerakan ekstremitas tahap demi tahap, intervensi yang sesuai adalah :
1) Latihan pasif : merangsang sirkulasi dan dapat memperbaiki jalur neuromuskuler
2) Latihan aktif dimulai sedini mungkin
3) Perhatian pada bagian sehat guna mempertahankan kekuatan
4) Ambulasi dini
i. Bedah
Setelah kondisi stabil pembedahan bisa dilaksanakan pada pasien yang selektif.  Bila gejala berhubungan dengan lesi aterosklerosis pada system ekstra cranial (arteri carotis internal  atau kedua arteri carotis ), arterektomi carotis ujung dapat dilaksanakan.  Perawatan pasca bedah :
1) Pengawasan yang ketat terhadap gejala neurology,
2) Pengawasan perdarahan pada  daerah insisi
3) Pengawasan terhadap pembengkakan leher dan keluhan dispagia
4) Harus disiapkan alat trakheostomi bila terjadi gangguan nafas berat.
j. Membantu kenyamanan dan Aktivitas Hidup Sehari hari
k. Dukungan Emosi
l. Masalah Persepsi
m. Aktivitas kebutuhan sehari-hari
n. Konsultasi dan Penyuluhan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More